Raga mungkin bisa lemah, mulut bisa mengatakan apa saja, tapi rasa tulus yang ada tidak akan pernah bisa berbohong. Jika tubuh bisa menolak, apa hati bisa selaras demikian?
Sama halnya dengan hubungan, Hilal tidak pernah mengambil hati setiap perkataan Arabella yang tidak berdasar, karena ia tahu jika pikiran gadis itu sering kali tidak tenang semenjak hari itu, di mana dirinya difonis sakit.
Tidak hanya Arabella, orang lainpun pasti tidak akan bisa berpikir jernih saat mengetahui keadaan dirinya yang seburuk itu.
Arabella tidak salah, tidak ada kata dan perlakuan yang pantas untuk menghakiminya atas semua perlakuannya yang sering kali kekanankan dan selalu memikirkan kemungkinan terburuk. Gadis itu hanya terlalu sayang kepada orang-orang di sisinya.
Terkadang Arabella menyerah pada dirinya sendiri, ia tidak ingin berharap terlalu dalam untuk sembuh, cukup berikan dirinya waktu lebih lama bersama kedua orangtuanya dan juga Hilal, lebih dari itu Arabella tidak mengharapkannya.
Hari ini mungkin akan menjadi waktu indah dan juga menegangkan bagi Arabella dan orang-orang yang menyayanginya. Harapan baru akan diusahakan, hari operasi untuk dirinya yang sudah ditunggu-tunggu dan disiapkan sebaik mungkin akhirnya tiba.
Hari ini Arabella akan menjalani operasi untuk tumor di otaknya, dengan ditemani ketiga orang yang selalu senantiasa bersamanya dan mendoakan dengan tulus.
Di atas brankar yang ditidurinya, Arabella menatap satu persatu kedua orangtuanya dan juga Hilal yang menunjukkan senyum menguatkan, meskipun garis khawatir di wajah mereka tidak bisa disamarkan.
"Rileks ya, aku tunggu di luar." Ucap Hilal sambil menggenggam erat tangan Arabella, lalu mencium tangan gadis itu dalam.
Arabella tersenyum dengan anggukan kecil. Rasa takut tentu saja ada, tapi rasa senangnya pada hari ini terlampau besar, dirinya tidak berharap lebih jauh, tidak ingin kembali kecewa terlalu dalam pada harapan. Yang terpenting sekarang ialah dirinya harus menjalankan operasi ini hidup atau mati.
"Mama doain yang terbaik. Kamu kuat ya." Melepas anak pergi untuk melakukan operasi besar bukanlah hal yang mudah. Sebagai seorang Ibu yang hanya memiliki seorang putri seperti Rania ini cukup sulit baginya untuk tidak secemas sekarang saat harus melihat Arabella dengan keadaannya sekarang. Dirinya hanya bisa berharap agar semua ini bisa berlalu dengan kesembuhan putrinya tercinta.
Satu kecupan di dahi Arabella, Danish berikan. Tidak ada kata bijak yang mampu dirinya katakan untuk Arabella, satu kecupan mungkin sudah lebih baik untuk menjukkan perasaannya. Putrinya, nyawanya selama ini, sumber kebahagiaannya dalam hidup, hari ini dia akan menjalankan hal yang besar. Danish harap Arabella akan sembuh dan bisa bertatap mata dengannya untuk waktu yang lebih lama.
"Papa sayang sama kamu." Ucapnya, diakhir dengan kecupan untuk kedua kalinya di dahi putrinya tersebut.
"Aku juga sayang sama Papa, Mama." Balas Arabella sambil tersenyum lembut pada keduanya.
Lalu Arabella mengalihkan perhatiannya pada Hilal yang tidak banyak bicara, laki-laki itu hanya mengelus puncak kepalanya dengan pelan. Hilal paham betul jika memberikan waktu untuk orangtua dan anaknya saat ini lebih baik daripada dirinya yang memberikan kata-kata yang hanya akan berakhir menguap.
Hilal mengangkat kepalan tangan kanannya. "kamu nggak akan lagi mau perlombaan di atas lapangan, tapi aku bakal tetap bilang semangat. Berjuang semampu kamu, kalau kamu merasa udah nggak mampu dan hanya bisa sampai di situ, aku mohon jangan dipaksa, dibanding lihat kamu semakin tersiksa, aku lebih bahagia kalau kamu nggak ngerasain sakit lagi." Ucap Hilal, ia tahu ucapan ini mungkin tidak akan bisa diterima dengan lapang dada oleh orangtua Arabella, tapi bukanlah dirinya benar?
KAMU SEDANG MEMBACA
HILAL
Fanfiction🏅 1 Di Fullsun (Lengkap) Cinta itu buta, bukan tapi cinta itu tulus, menerima apapun keadaannya meskipun sudah tidak sempurna lagi. Di sini Hilal akan mengajarkan apa itu cinta yang tulus? Dan hubungan yang serius bukan hanya bisa dijalani oleh ora...