07. Pulang ke rumah Abian

22.7K 1.9K 33
                                    

Kringg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kringg ...

Akhirnya bel pulang sekolah pun bunyi.

"Huft ... Lelah sekali seharian ngerjain ujian dadakan, kenapa sih, guru seneng banget ngadain ulangan dadakan? Nggak kasihan apa sama muridnya," Gumam Zwiena.

"Ya sudah anak-anak sebelum pulang mari kita berdoa menurut kepecayaan masing-masing. Berdoa mulai." ucap bu guru.

Semua murid dikelas turut berdoa dengan kepercayaannya masing-masing termasuk dengan Zwiena.

"Berdoa selesai. Kita akhiri pembelajaran ini dan have a nice day after school."

Guru itupun langsung keluar dari kelas di ikuti dengan murid lain yang sudah siap merapihkan peralatan tulisnya.

Seorang datang menghampiri Zwiena, "Zwiena kamu udah ditungguin tuh didepan pintu." ucap salah satu teman kelas Zwiena.

Zwiena mengerutkan keningnya, bertanya siapa yang mencarinya? Atau jangan-jangan antek-antek siswa yang mahu membully Zwiena lagi? Ya Tuhan jangan sampai hari ini Zwiena di bully. Karena luka Zwiena masih belum sepenuhnya kering.

"Siapa?" Tanya Zwiena.

"Tunanganmu."

Zwiena membulatkan matanya sempurna setelah mendengar apa yang dikatakankan temannya barusan.

What the fuck! Apaan ini 'tunanganmu' Zwiena tahu siapa pelakunya, sudah ketebak dari cara mnyampaikan amanah pada temannya itu, selalu ngawur dengan apa yang dia ucapkan.

"Oh Abian, ya sudah ini sebentar lagi aku keluar kok, terima kasih, ya, sudah memberi tau ku," kata Zwiena berterima kasih padanya. Tidak  lupa dengan senyumannya, namun dia hanya membalas anggukan dan langsung pergi begitu saja tanpa membalas senyuman dari gadis ini.

"Nasib jadi anak rendahan yang tiap hari di bully seperti ini, selalu tidak dihargai meskipun hanya tersenyum."

Zwiena pun keluar kelas dengan wajah yang murung, karena temannya yang tidak mahu membalas senyumannya. Tanpa di sadari oleh Zwiena, seorang lelaki memperhatikan raut wajah Zwiena yang murung.

"Sabar ya, sebentar lagi permainannya segera di mulai." Gumam lelaki itu.

***

"Kamu nginap di rumahku, ya, malam ini, aku sudah izin ke ayah kamu," ucap Abian.

Zwiena hanya membalas dengan anggukkan.

"Good girl," ucapnya mengelus rambut Zwiena dengan lembut, selembut benang sutra.

Sesampainya dirumah Abian, lelaki itu tidak langsung berduan dengan Zwiena dirumah, dia menyuruh Zwiena untuk pergi duluan ke dalam kamar, karena dirinya mesti melakukan pekerjaan yang belum selesai.

"Kamu langsung ke kamar saja, kamarnya ada di lantai du pojok kanan dari tangga," Tunjuk Abian mengarahkan Zwiena pada kamar yang dia maksud.

"Ķamu mau kemana?" Tanya Zwiena.

"Aku mau ke ruang kerja dulu, sweety," kata Abian mengecup kening Zwiena, lalu pergi menuju ruang kerja.

Sebelum memasuki kamar, Zwiena menelurusi rumah Abian yang tampak seperti istana di negeri dongeng.

Tuhan. ingin rasanya Zwiena berteriak saat melihat hiasan kaca dengan springkel mutiara asli yang bertaburan serbuk berlian di pinggirnya. Sangat terpesona dengan hiasan yang Zwiena lihat saat ini. 

Oke cukup menjelajahi istana ini, Zwiena harus temukan kamar yang dimaksud Abian.

Langkah demi langkah, kini Zwiena sudah berada di lantai 2. Dia  mengikuti arahan yang dibilang Abian tadi kalau kamarnya ada di sebelah kanan tangga paling pojok.

Langkahnya terhenti saat sudah menemukan kamar yang dituju. Dengan bertuliskan

'Hai nona cantik, semoga betah, ya, di kamar ini yang nuasanya serba pink.'

Di papan kecil yang bergelantung di pintu. Zwiena terkekeh pelan melihat kemanisan yang diberikan Abian secara tidak langsung.

"Huft ... Benar-benar hari yang melelahkan," Gumam Zwiena tersenyum seraya melihat bingkai berisi foto seorang wanita.

Zwiena baru sadar setelah memandangi dengan ditail ternyata itu fotonya sewaktu dia terbaring dirumah sakit.

"Kamu memang penuh kejutan Abi. Sepertinya aku mulai mencintai mu Abian," kata Zwiena dalam hati.

Tidak butuh waktu lama untuk Zwiena terlelap dalam mimpinya dengan memeluk foto tersebut.

***

"Akhirnya selesai juga, Argh .. nasib jadi CEO selalu saja mendapatkan dokumen deadline," Cibir Abian merapihkan dokumen-dokumennya ke dalam laci.

Pusingnya seakan hilang ketika mengingat bahwa Zwiena berada di rumahnya saat ini, "Ya tuhan, kenapa aku bisa lupa kalau Zwiena ada di rumahku."

Tidak perlu berpikir panjang, Abian langsung bergegas menuju kamar yang di tempatkan Zwiena. Tidak sabar hatinya ingin bertemu dengan si cantik.

Dia bagaikan obat penenang jika aku dalam ke adan not bad.

Dia bagaikan obat penenang jika aku dalam ke adan not bad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Jangan lupa untuk follow, vote dan komen, ya, prensky biar Pou seneng 😇

Salam hangat dari Pouri ❤️

Crazy Man [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang