10. Rindu

25.6K 1.9K 71
                                    

"Maafkan ayah, Zwiena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Maafkan ayah, Zwiena. Ayah khilaf."

Dia kembali memeluk Zwiena, kali ini pelukannya bukan pelukan kasar ataupun nafsu melainkan pelukan yang penuh ketulusan antara ayah dan anak.

Setelah kejadian itu, sikap ayah menjadi berubah drastis, yang biasanya dia kasar kepada Zwiena, sekarang dia malah memanjakannya. Membelikan kebutuhan Zwiena untuk sehari-hari bahkan perawatan untuk wajahnya.

Sebenarnya Zwiena takut menerimanya, tapi Regan tidak suka mendengar kata penolakan, jadi mahu tidak mahu Zwiena harus menerimanya.

"Jangan ke ge'eran saya membelikanmu ini itu bukan berarti saya sayang sama kamu, tapi karena kamu telah memenuhi nafsu saya."

Seperti ada atmosphere yang menyambar tubuhnya, sungguh, ucapan Regan barusan sangat menyakitkan. Ya Tuhan apakah sekarang Zwiena budak nafsunya Regan yang harus melayaninya ketika dia sedang ditahap dunia napsunya itu?

"Hiks ... k-kenapa ayah tega bilang seperti itu hiks ... aku ini anakmu," lirih Zwiena.

"Cih, sampai kapanpun kamu tidak akan pernah saya anggap sebagai anak!" Tegas Regan.

Zwiena menunduk lemah mendengarkan ucapan ayahnya barusan. Kenapa? Kenapa Zwiena memiliki takdir seperti ini Tuhan?

Zwiena melirik ayahnya yang sedang tersenyum smirk  ke arahnya. Zwiena takut tatapan dan senyuman itu.

"Kamu iblis bukan ayahku!"

Seminggu telah berlalu, berbagai macam kejadian telah berlalu juga, beruntung wanita sinting itu tidak mengganggu Zwiena lagi.

Karena Abian seminggu ini berada di luar kota, otomatis Zwiena tidak bertemu dengannya.

Zwiena enggan ke kantin karena sekarang Zwiena membawa bekal. Eh--ralat, setiap hari membawa bekal maksudnya jadi untuk apa ke kantin.

Zwiena pun bahkan tidak memiliki satupun teman di sekolah ini, bukan karena dia enggan berteman tetapi mereka yang takut berteman dengannya yang notabene anak sering di bully.

Zwiena melanjutkan suapan terakhirnya, namun, tangannya berputar arah, tangan Zwiena yang sedang memegang sendok ditarik, sekarang suapan terakhirnya mendarat mulus di mulut Abian.

Siapa lagi pelakunya kalau bukan Abian, kalau kalian bertanya kenapa Abian bisa berada di lingkungan sekolah ini? Jawabannya gampang, karena dia sekarang menjadi kepala sekolah di sekolah Lavender's ini, katanya sih biar bisa berdekatan dengan Zwiena dan biar gampang mengantar jemput. Terlalu posesif kepada Zwiena.

"Aku merindukanmu, sweety," bisiknya seraya mengerucutkan bibirnya dengan memasang puppy eyes.

"Aku tidak."

"Jahat! Huuu Zwiena jahat cama aku," ucapnya dengan nada seperti anak kecil.

Zwiena tertawa melihat ekspresi Abian saat ini, bisa-bisanya tampang sangar, tapi di hadapan Zwiena dia bagaikan anak kecil yang manja terhadap ibunya.

Crazy Man [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang