Happy Reading Guys
Pagi yang cerah, namun tak secerah hati Jiji mulai menyambut. Jiji yang sedang bersiap-siap untuk sekolah pun harus menghentikan kegiatannya karena mendengar suara dering ponsel miliknya. Jiji yang melihat nama sang penelepon adalah Gilbert pun langsung mengangkatnya.
"Ada apa?," tanya nya pada Gilbert yang sedang di seberang telepon.
"Hari ini gue jemput ya," suaranya dari balik sana.
"Nggak usah. Gue berangkat sendiri aja,"jawab Jiji.
"Nggak ada penolakan. Ini gue udah di depan rumah lo,"ucapnya.
"Yaampun. Oke-oke deh. Gue ngalah,"balas Jiji dan langsung menutup teleponnya dan bergegas keluar dari kamarnya.
Ketika di ambang tangga, Jiji sudah melihat Gilbert yang sekarang sedang berbicara pada Evan.
"Sarapan dulu gih,"ucap Evan pada Jiji yang langsung di angguki olehnya. Jiji pun langsung duduk di samping Gilbert dan mulai melahap sandwich kesukaannya. Setelah selesai memakan sandwichnya, Jiji segera meminum susu coklat kesukaannya.
"Van, gue berangkat dulu ya,"ucap Jiji pada Evan ketika selesai meminum susu coklatnya hingga tandas tak tersisa.
"Iya. Hati-hati,"balas Evan. Setelah itu, Jiji langsung mengecup kedua pipi Evan singkat dan langsung pamit dari sana bersama Gilbert.
"Gue pergi dulu Van,"ucap Gilbert.
"Oke. Jaga adek gue,"pesan Evan.
"Iya,"balasnya dan langsung mengikuti Jiji keluar rumah.
Setelah keluar rumah, Gilbert langsung menaiki motor sport miliknya dan langsung diikuti oleh Jiji.
"Pegangan,"ucapnya pada Jiji.
"Iya-iya,"balas Jiji dan langsung memegang hoodie yang dikenakan oleh Gilbert. Setelah merasa Jiji sudah memegangnya, Gilbert langsung menjalankan motornya meninggalkan pekarangan rumah Jiji.
Ditengah perjalanan menuju ke sekolah, Jiji dan Gilbert di hadang oleh segerombolan preman yang berbadan besar.
"Napa nih?,"tanya Jiji pada Gilbert.
"Ntahlah,"balas Gilbert dan langsung menghentikan motor miliknya.
"TURUN LO!!!!," perintah salah satu preman tersebut.
"Lo disini aja,"ucap Gilbert pada Jiji dan langsung turun dari motor miliknya.
"SERAHIN SEMUA BARANG YANG KALIAN PUNYA!!!,"teriak nya pada Jiji dan Gilbert.
"Kalau kita nggak mau gimana?,"tanya Gilbert yang sudah mengeluarkan aura dingin nya.
"Nyawa kalian taruhannya,"jawabnya.
"Cih,"decih Jiji yang langsung membuat para preman tersebut marah.
"SERANG!!!!!!,"teriaknya pada anggota nya yang lain.
Bugghhh
Krekkkk
Terjadi lah baku hantam antara para preman dan Gilbert. Sedang Jiji hanya menatap datar ke arah mereka. Lama kelamaan Jiji melihat Gilbert yang sudah kewalahan menghadapi mereka semua karena memang jumlah mereka itu sangat banyak dan Gilbert hanya seorang diri. Ketika melihat Gilbert yang sudah kelelahan pun, Jiji mulai turun tangan.
"Berani banget lo ngeroyok dia,"ucap Jiji dingin sambil berdiri di samping Gilbert yang sudah mulai melemah.
"Cewek nggak usah ikut campur. Lemah juga,"ucap preman tersebut.
"Lemah lo bilang?,"ucap Jiji dingin pada preman tersebut.
"Iya kan?,"tanya nya dengan sebuah smirk di mulut nya.
"Gue iyain aja dah,"balas Jiji.
"Mau gue tunjukin yang nama nya cewek lemah yang lo bilang itu nggak?,"lanjutnya pada preman tersebut.
Bughhh....
Satu tonjokkan dari Jiji tepat mengenai preman yang tadi.
"Bangsat lo. SERANG DIA,"ucap preman tersebut dan langsung mulai menyerang Jiji diikuti oleh preman yang lainnya. Jiji yang mulai di serang oleh mereka pun tak segan-segan untuk membalas mereka dengan lihainya.
"AGIL, AWAS!!!!!!,"teriak Jiji pada Gilbert yang langsung menoleh kebelakang dan langsung membalas preman yang akan menyerang kepalanya dengan sebuah balok kayu.
Bugh....
"Shit,"umpat Jiji saat salah satu preman tersebut menonjok pipinya dan langsung membuat ujung bibirnya mengeluarkan darah.
"Bangsat lo anjing,"lanjutnya dan langsung membalas mereka membabi buta. Bahkan, Jiji tak segan-segan untuk menoreskan sebuah pisau ke lengan sang lawan.
Tiga perempat dari mereka sudah mulai tumbang, dan Jiji juga sudah mulai kelelahan.
"JI, BERHENTI AJA. BIAR GUE YANG LAWAN SISANYA,"teriak Gilbert pada Jiji. Jiji yang mendengarkan Gilbert berbicara seperti itu pun hanya membalas acuh. Ia tetap melanjutkan aksinya dan sesekali melukai wajahnya.
"Fiuuuhhh.....akhirnya selesai juga,"ucap Jiji merasa senang karena sudah berhasil membuat mereka semua tumbang.
"Ji, lo nggak papa?,"tanya Gilbert khawatir pada Jiji saat melihat muka Jiji yang ada beberapa luka lembab.
"It's okay. Kita ke dokter ya. Luka lo kayak nya parah,"ucap Jiji pada Gilbert.
"Nggak usah Ji. Obatin di sekolah aja. Lagian dikit lagi sampai di sekolah kan,"balasnya.
"Serius nggak papa?,"tanya Jiji yang masih khawatir.
"Iya nggak papa. Yaudah ayo, nanti kita telat,"ucap Gilbert dan hendak menaiki motornya tapi di hadang oleh Jiji.
"Biar gue aja,"ucap Jiji pada Gilbert yang langsung menautkan kedua alisnya tanda tak mengerti.
"Maksudnya?,"tanya nya.
"Biar gue aja yang bawa motor. Luka lo tuh parah banget tahu nggak,"jawab Jiji.
"Nggak. Gue aja,"tolak Gilbert.
"Gue yang bawa motor atau gue nggak mau ngomong sama lo satu tahun,"ancam Jiji pada Gilbert.
"Yahhh kok gitu,"balasnya.
"Mau atau nggak?,"tanya Jiji dengan menaikkan alisnya sambil tersenyum.
"Yaudah, iya-iya. Tapi jangan diamin gue ya,"pinta Gilbert yang langsung di acungi jempol oleh Jiji. Setelah itu, Jiji langsung menaiki motor milik Gilbert dan disusul oleh sang pemilik motor. Setelah merasa Gilbert sudah duduk dengan benar, Jiji langsung menjalankan motor tersebut menuju ke sekolah.
®®®
Gimana readers sama cerita aku???? Suka????? Semoga aja suka ya.........
Thanks buat yang udah mau baca cerita aku.....
Dan......
Jangan lupa vote and comment ya biar aku tambah semangat nulisnya..........
I love you guys.......😘😘😘😘
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN : SANTA [END]
Fiksi Remaja[BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA GUYS] "Ji,"panggil Gilbert pada Jiji yang sedang berada di hadapannya. "Hmm,"balas Jiji. "Ji, sampai sekarang, gue masih tetap suka sama lo. Sekeras apapun dulu lo nyuruh gue buat lupain lo, tapi gue nggak bisa...