Happy Reading Guys
"Morning anak ayam kyu,"ucap Jiji yang baru datang pada teman-temannya.
"Kesambet apaan lo?,"tanya Ara bingung.
"Emang kenape?,"tanyanya.
"Tumben happy kek gitu, biasanya kek orang nggak pernah idup tingkah lo,"sarkasnya.
"Happy salah, judes salah. Serba salah idup gue sama lo deh Ra,"balas Jiji kesal.
"Emang Ji,"balas Icha ikut-ikutan. Jiji yang mendengarkan hal tersebut pun langsung memberenggut kesal.
"Yaiyalah happy, maren kan habis di tembak cogan. Siapa sih yang nggak happy habis di tembak sama the most wanted boy sekolah kita,"celutuk Reva menggoda Jiji.
"Heh taik, nggak usah sok ikut-ikutan lo asu. Maren aja lo mau di tembak ama Hafiz, lo udah kabur duluan njirr. Sok-sok ngapain gue lagi lo,"balas Jiji kesal pada Reva yang langsung membuatnya kicep.
"Udah ih jan berantem,"lerai Fiya.
Jiji yang kesal pun langsung berjalan ke bangku miliknya dan melihat Ray tidak ada disana. Biasanya Ray itu datangnya lebih awal dari Jiji, makanya Jiji bingung kenapa Ray tidak ada di tempat duduknya.
"Ra, Ray mana?,"tanya Jiji pada Ara bingung.
"Noh di depan, samping Si Ucup,"tunjuk Ara pada Ray yang sedang mendengarkan musik sambil memejamkan matanya dan menyandarkan tubuhnya pada kursi. Jiji pun langsung menolehkan kepalanya ke arah Ray.
"Loh, kenapa tuh anak duduk disana?,"tanyanya bingung. Ara yang tak tahu pun hanya mengedikkan bahunya acuh.
Jiji langsung melangkahkan kakinya menuju meja Ucup.
Sebenarnya nama dia adalah Canda Beyond Evich. Tapi dia menyuruh orang lain memanggil nya dengan nama Ucup. Dia bilang gini, "Panggil gue Ucup aja. Soalnya kalau ada orang yang nanya nama gue, trus kalian jawab Ucup, dan orang tersebut pasti bakal ngira kalau gue ini orangnya pasti jelek, pada nyata nya kegantengan gue ini mengalahkan Manu Rios...Eaaaakkk" gitu. Pede banget kan dia.Okay back to story.
Tuk tuk tuk
"Ray,"panggil Jiji yang sama sekali tak ada sahutan dari nya.
"Mau gue bangunin Ji?,"tawar Ucup.
"Nggak usah,"balasnya.
"RAYYYYYYY!!!!,"teriaknya yang masih belum ada balasannya.
"Kampret nih anak,"gumamnya yang langsung menarik aerphone yang berada di telinganya. Ray yang di ganggu pun langsung kesal dan membuka matanya. Saat melihat Jiji sudah berada di hadapannya, kekesalannya bertambah meningkat.
"Pergi,"ucapnya dingin dan penuh penekanan.
Dia kenapa sih? Gue ada salah ya? Kok gua nggak ada dengar batinan dari dia?- batin Jiji bingung.
"LO TULI ATAU GIMANA???!!!," bentaknya yang langsung membuat semua pasang mata menatap ke arah mereka bingung. Gilbert yang baru datang pun langsung tercengang kaget dan langsung menghampiri Ray.
"JANGAN BENTAK DIA JUGA ANJING,"ucap nya kesal pada Ray.
"Cih,"decihnya kesal.
"PERGI DARI SINI,"ucapnya penuh penekanan sambil menatap mata Jiji yang sedang menahan air matanya untuk keluar.
Karena tidak ada pergerakan dari Jiji, Gilbert terpaksa menariknya pergi dari hadapan Ray sebelum semuanya menjadi rumyam.
Setelah kepergian Jiji, Ray langsung mengacak-acak rambutnya kasar dan pergi keluar dari kelas.
"RAY LO MAU KEMANA?,"teriak Ucup yang sama sekali tak dibalas oleh Ray.
®®®
"Ji, mau gue anter pulang?,"tanya Gilbert pada Jiji yang sedang memasukkan buku-buku miliknya ke dalam tas.
"Nggak usah deh Gil,"balasnya menolak.
"Trus lo pulang sama apa?,"tanyanya.
"Ntar sama taxi aja. Lagian gue ada urusan bentar. Lo pulang aja dulu,"balasnya lagi.
"Hmm, hati-hati ya. Kalau ada apa-apa, kabarin gue,"balasnya yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Jiji. Setelah itu, Gilbert langsung meninggalkan Jiji seorang diri. Jiji menatap ke arah kursi milik Ray. Disana masih ada tas miliknya. Ya, sedari tadi Ray membolos, dan sampai sekarang dia belum kembali juga.
Jiji langsung menggendong tas miliknya dan mulai berjalan ke arah kursi Ray. Dia mengambil tas milik Ray dan langsung pergi meninggalkan ruang kelas.
"Dia dimana ya?,"gumam Jiji.
"Taman? Atau Rooftop?,"gumamnya lagi.
"Okay taman aja,". Jiji langsung melangkahkan kaki nya menuju ke taman belakang sekolah. Sesampainya disana, dia tidak menemukan Ray sama sekali. Dan sepertinya pilihan terakhir adalah rooftop. Jiji pun kembali melangkahkan kakinya menuju rooftop.
Sesampainya di rooftop Jiji mulai mengelilinginya. Saat di sudut rooftop, Jiji menemukan Ray yang sedang terlelap di sofa usang sambil mendengarkan musik melalui aerphone milikmya. Sinar sore menerpa wajah tampan nya. Jiji yang melihat hal tersebut pun langsung menghalangi sinar tersebut menggunakan tangan miliknya.
Jiji tak henti-hentinya memandangi wajah tampan Ray yang sedang terlelap. Saat sedang sibuk memandangi wajah Ray, Jiji di kagetkan dengan Ray yang mulai mengerjapkan matanya.
"Kenapa lo disini?,"tanyanya dingin sambil melepaskan aerphone miliknya.
"Gue mau nganterin tas. Lo daritadi bolos. Btw, lo udah makan?,"tanya Jiji.
"Nggak usah sok peduli dengan gue. Lo bukan siapa-siapanya gue,"balasnya dingin dan langsung merampas tasnya dari tangan Jiji dan pergi meninggalkan Jiji yang masih termenung kaget.
Kenapa hati gue sakit banget dengarnya- batin Jiji sambil memegang dadanya.
®®®
Gimana readers sama cerita nya gue? Suka? Semoga aja suka ya
Thanks buat yang udah mau baca cerita gue
D
A
N
.
.
.Jangan lupa vote and comment ya guys
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN : SANTA [END]
Teen Fiction[BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA GUYS] "Ji,"panggil Gilbert pada Jiji yang sedang berada di hadapannya. "Hmm,"balas Jiji. "Ji, sampai sekarang, gue masih tetap suka sama lo. Sekeras apapun dulu lo nyuruh gue buat lupain lo, tapi gue nggak bisa...