Happy Reading Guys
"Udah ketemu?,"tanya Evan pada Gilbert dan Rahmad.
"Nggak ada Van,"jawab Gilbert.
"Udah pulang kali,"balas Ray.
"Nggak Ray. Mobilnya Jiji masih ada di parkiran,"ucap Ari yang membuat Evan tambah gusar. Kemana adeknya pergi? Telponnya nggak aktif. Evan pun langsung mengacak rambutnya kasar.
"Arghhh sialan,"umpat Evan sambil memukul meja yang langsung membuat semua pasang mata menatap ke arahnya. Yang di tatap pun hanya bersikap bodo amat.
Drrtt drrttt
"Napa njing?,"ucap Evan ngegas pas penelepon.
"Santay bangsat,".
"Apaan? Kalau nggak penting gue tutup,"balasnya.
"Jiji di rumah sakit,".
"Kok bisa?,"tanyanya khawatir.
"YA MIKIR LAH ANJING!!!!,"
Evan pun langsung ingat, pasti GERD nya kambuh.
"Shit. Gue otw kesana. Share lock,"balasnya dan langsung mematikan sambungan teleponnya.
"Jiji kemana Van?,"tanya Ara khawatir.
"Rumah sakit,"jawabnya singkat.
"GERD nya kambuh?,"tanya Fiya memastikan.
"Hmm,"balasnya sambil memeriksa alamat yang dikirimkan oleh Onar.
"Kita sekarang kesana,"ucapnya dingin dan langsung pergi ke kasir untuk membayar makanan dan langsung pergi meninggalkan restoran yang diikuti oleh yang lainnya.
®®®
"Keadaan dia gimana?,"tanya Evan saat sudah berada di samping Onar.
"Gue nggak tahu. Itu lagi di periksa sama dokter,"balasnya cemas.
"Aishhh,".
"Eh anjing, kok GERD nya bisa kambuh sih? Lo nggak bisa banget rawat dia,"emosi Onar.
"Diam lo bangsat. Gue udah larang dia, tapi ntah kenapa tadi dia nggak mau dengarin gue,"jelasin juga emosi.
"Hush, diam-diam. Ini di rumah sakit,"ucap Rahmad menengahi.
Ray sedari tadi hanya bisa diam dan merutuki kesalahannya karena kasar pada Jiji.
Tak berselang lama, dokter yang menangani Jiji pun keluar.
"Dok, gimana keadaan adek saya?,"tanya Evan cemas.
"GERD yang dia derita sudah semakin parah. Jika kalian membawa dia lebih cepat, pasti hal ini nggak akan terjadi. Jadi, untuk terakhir kalinya saya sarankan untuk menjauhkan segala macam makanan pedas dari pasien. Karena, jika hal ini terulang lagi, lambung pasien bisa rusak total,"jelas dokter yang langsung membuat Evan menangis.
"Hiksss, napa gue nggak bisa rawat Jiji? Kenapa banyak sekali yang dia derita? Hiks, gue nggak berguna banget jadi kakaknya,"tangisnya pecah yang langsung membuat Ara memeluknya dengan maksud menenangkan Evan.
"Udah Van, jangan salahin diri lo. Ini udah takdir tuhan. Tugas lo sekarang berdoa yang terbaik buat adek lo. Berdoa, agar penyakitnya bisa kembali pulih,"ucapnya sambil mengelus punggung Evan lembut.
Fiya pun juga tak kuasa menahan tangisnya, dan dengan sigap Rahmad juga memeluknya.
Gue siapa yang peluk 😭. ○_○
Ray pun juga ikut merutuki dirinya. Gara-gara dia, Jiji telat untuk di obati.
"Dok, apakah boleh kita masuk?,"tanya Sidik mewakili.
"Boleh. Tapi jangan menganggu istirahat pasien,"peringatnya yang dibalas anggukan dari Sidik.
"Kalau begitu, saya pamit dulu,"lanjutnya dan berlalu meninggalkan ruangan Jiji.
Setelah kepergian sang dokter, mereka mulai masuk ke dalam ruangan Jiji dan menemukan tubuh Jiji yang pucat pasi dengan alat bantu pernapasan yang melekat di mulutnya.
Semua orang yang ada disana hanya bisa merutuki kesalahan mereka masing-masing.
®®®
Sudah hampir tiga minggu Jiji dirawat, dan keadaannya semakin lama semakin pulih. Dan sekarang, dia sudah diperbolehkan pulang.
(Btw, Jiji nih langganan amat dah ama rumah sakit😹🤣).
"Setelah ke luar dari sini, jangan makan sesuatu yang berbau pedas lagi. Jika kamu masih bersikeras untuk makannya, saya tidak bisa pastikan kalau lambung kamu bakal aman,"peringat dokter yang menangani Jiji.
"Iyaaaaa dokkkkkk,"balasnya sambil memutar bola matanya malas.
"Jika administrasinya sudah selesai, pasien boleh keluar dari sini,"ucapnya yang membuat Jiji seolah-olah merasa diusir.
"Bangke....Dokter ngusir saya!!!??,"sulutnya marah.
"Eghh nggak gitu,"balasnya kikuk.
"Dah lah, kesel saya,"balasnya dan mulai meninggalkan dokter tersebut yang merasa bersalah. Gilbert dan Evan yang melihat hal tersebut pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mereka karena melihat tingkah kekanak-kanakan Jiji.
"Kita pamit dulu ya dok. Makasih udah ngobatin Jiji,"ucap Evan berterima kasih.
"Nggak papa. Itu sudah jadi tanggung jawab saya sebagai dokter,"balasnya.
Setelah itu Evan dan Gilbert langsung pergi mengikuti Jiji yang sudah menghilang entah kemana.
®®®
Hallo readers..... Gimana sama cerita aku? Suka? Semoga aja suka.
Maaf ya aku suka telat upnya.
Thanks ya buat yang udah mau baca cerita aku....
D
A
N
.
.
.Jangan lupa vote and comment...
ILY😘😘😘
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN : SANTA [END]
Fiksi Remaja[BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA GUYS] "Ji,"panggil Gilbert pada Jiji yang sedang berada di hadapannya. "Hmm,"balas Jiji. "Ji, sampai sekarang, gue masih tetap suka sama lo. Sekeras apapun dulu lo nyuruh gue buat lupain lo, tapi gue nggak bisa...