Happy Reading Guys"Dekk, udah. Ntar sakit lo kambuh,"ucap Evan khawatir pada Jiji.
"Dikit lagi Van,"balasnya yang masih terus mengunyah makanan yang ada di mulutnya. Melihat Jiji yang terus melanjutkan makan nya pun membuat Evan langsung mengambil Rabokki dari tangan Jiji yang membuat Jiji langsung kesal.
"Lo apa-apaan sih?,"ucapnya ngegas.
"Ji, lo kenapa sih? Lagi ada masalah. Nggak biasanya lo kek gini. Dulu saat gue larang lo makan pedes, lo pasti lakuin apa yang gue bilang dan nggak bakal makan yang pedes-pedes. Tapi kenapa sekarang lo nggak mau dengarin gue. Ji, lo itu mengidap penyakit Gastroesophageal Reflux Disease dari kecil, perut lo itu lemah. Lo nggak boleh makan yang kek gini,"jelas Evan yang hanya dibalas acuh oleh Jiji.
"Jiiii......,"bukannya menjawab Evan, Jiji malah pergi dari sana meninggalkan yang lainnya.
"Ray, lo kejar Jiji ya. Dia nggak bakalan dengarin gue,"ucap Evan pada Ray.
"Si Gilbert aja,"balasnya cuek.
"Evan aja nggak di dengerin, apalagi gue,"balas Gilbert. Ray yang mendengarkan hal tersebut pun kesal dan langsung berdiri. Sebelum beranjak dari sana, dia mengatakan sesuatu pada Gilbert yang langsung membuat semua orang terheran-heran.
"Jadi pacar nggak berguna banget lo,"ucapnya judes dan langsung pergi dari sana menyusul Jiji.
®®®
"Lo kekurangan perhatian ya? Makanya pen diperhatiin gitu sama semua orang?,"sarkas Ray yang baru datang dan sudah duduk disamping Jiji. Saat ini mereka sedang berada di rooftop gedung resto.
"Maksudnya?,"tanya Jiji tak mengerti.
"Lo sok-sok an makan pedes padahal lo nggak bisa makannya. Trus pen semua orang perhatian sama lo,"ucapnya dengan nada yang masih sama, yaitu datar dan tajam.
"Gue..........,"Jiji nggak bisa berkata-kata. Yang di bilang sama Ray itu bener, dia mau diperhatiin. Tapi bukan sama semua orang, melainkan diperhatiin oleh Ray. Membuat Ray nggak dingin lagi sama dia, dan dengan cara menyakiti diri sendiri. Dia tahu itu salah, tapi dia pengen nyoba, apakah Ray bakal perhatian sama dia kalau dia sakit?
"Bener kan,"balasnya dingin. Jiji pun hanya bisa diam dan meremas bawahan bajunya kuat-kuat.
"Lo tadi kenapa marah sama gue? Gue ada salah ya?,"ucapnya mengalihkan topik.
"Nggak usah sok ngalihin topik,"balasnya judes. Jiji yang mendengarkan hal tersebut pun hanya bisa diam. Jiji di sibukkan oleh pikirannya, sedangkan Ray mulai mendengarkan musik melalui aerphone nya.
Dia kenapa jadi judes banget? Dan kenapa gue masih belum bisa baca pikirannya dia?- batin Jiji bingung.
Tak berselang lama, Jiji mulai merasakan nyeri pada dadanya karena efek GERD nya tadi.
(GERD itu gejalanya gara² asam lambung dia naik, dia bakal membuat ulu hati seseorang nyeri/ untuk sekedar info bagi yang nggk tahu)
"Sshhhh,"ringisnya yang terus menerus menepuk dadanya. Jiji melihat ke arah Ray yang saat ini sedang memejamkan matanya dan mendengarkan musik dan tidak mendengarnya yang sedang kesakitan.
Jiji pun langsung beranjak dari sana dan pergi keluar sebelum semua orang menyadari kalau penyakitnya sudah kambuh.
Sepanjang menuruni tangga, Jiji tidak henti-hentinya memukul dadanya untuk menahan nyeri yang melanda.
Jiji langsung mengambil ponsel miliknya dan mulai menelepon seseorang."Onarrr, tolong jemput sshhh gue......,"ucapnya kesakitan.
"Lo kenapa?,"
"Jemput aja. Gue share lock sekarang,"balasnya dan mematikan sambungan. Setelah menelepon Onar, Jiji langsung mengirimkan alamatnya dan mulai berjalan ke pintu samping resto. Dia tidak mau Evan dan yang lainnya melihat keadaannya seperti ini.
Selang beberapa menit akhirnya Onar datang dengan menggunakan mobilnya. Onar kaget saat melihat wajah Jiji yang sudah pucat sambil terus memukul dadanya dengan kasar karena sakitnya tak kunjung hilang.
"Ji, lo kenapa?,"tanyanya khawatir.
"Gue.........Salah apa sama lo Ray?,"tanya nya dan langsung tumbang di pelukan Onar.
®®®
"Dia kemana?,"gumam Ray saat melihat Jiji sudah tak berada disampingnya.
"Ahhh, bodo amat lah. Palingan dia balik lagi ke tempat Evan,"monolognya dan berdiri dari duduknya dan mulai menuruni anak tangga menuju ke tempat Evam dan yang lainnya berada.
"Jiji mana?,"tanya Fiya bingung saat melihat Ray kembali seorang diri.
"Lah, bukannya dia udah kesini?,"tanya nya bingung.
"Maksud lo?, "tanya Icha tak paham.
"Tadi bareng gue nggak ada,"balasnya.
"Nggak ada gimana?,"tanya Ara.
"Iya nggak ada. Tapi kan gue ketiduran trus pas gue dah bangun dia nggak ada. Gue kira dia udah balik kesini,"jawabnya yang semakin membuat orang bingung.
"Trus sekarang dia kemana?,"tanya Evan.
"Nggak tahu,"balasnya.
®®®
Gimana guys sama cerita aku? Suka? Semoga aja suka yaThanks buat yang udah mau baca cerita aku
D
A
N
.
.
.Jangan lupa vote and comment ya guys
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN : SANTA [END]
Roman pour Adolescents[BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA GUYS] "Ji,"panggil Gilbert pada Jiji yang sedang berada di hadapannya. "Hmm,"balas Jiji. "Ji, sampai sekarang, gue masih tetap suka sama lo. Sekeras apapun dulu lo nyuruh gue buat lupain lo, tapi gue nggak bisa...