Happy reading
"Van, biar gue aja yang ngikutin Jiji,"ucap Gilbert saat hendak mengikuti Jiji. Evan yang mendengar perkataan dari Gilbert pun hanya bisa mengangguk dalam diam.
Sepeninggal Gilbert, yang terjadi hanyalah keheningan. Hingga keheningan tersebut di pecah oleh kata kasar dari Evan.
"Udah puas lo bego selama ini?,"tanya nya dingin pada Ray yang hanya terdiam mematung dan tetap memegang ponsel milik Jiji yang ada digenggamannya.
"Udah puas lo nyakitin adek gue terus menerus?,"tanyanya lebih dingin lagi.
"UDAH PUAS LO BASTARD? JAWAB GUE ANJING!!!,"amuknya marah. Ara yang melihat Evan mengamuk pun langsung memegang lengannya untuk menghentikan.
"Udah Vann,"ucapnya menengahi.
"Gue nggak akan bisa berhenti buat ngebencinya. NGGAK AKAN PERNAH BERHENTI!!! MULAI DETIK INI, MENJAUH LO DARI HIDUP DIA. Dan juga, pertemanan kita sampe sini aja,"ucapnya mengamuk dan pergi dari kantin dalam keadaan marah besar. Semua teman-temannya yang melihat hal tersebut pun hanya bisa diam , tak seorang pun yang membelanya. Karena, ini memang murni kesalahannya. Kesalahannya dengan percaya kepada Elin tanpa pernah mencari keberanan yang ada dibaliknya. Kesalahannya yang sudah menyakiti Jiji berkali-kali.
"Arghhhh,"erangnya dengan mengacak-acak rambutnya kasar. Saat ini, karena kesalahan itu, semua temannya hilang. Karena kesalahan itu, kebahagiaan nya pun menghilang. Karena kesalahan itu, dia kehilangan orang yang dicintainya untuk kedua kalinya. Kenapa dia sangat bodoh?
🍂🍂🍂
"Ji,"panggil Gilbert yang melihat Jiji dari kejauhan. Mendengar ada yang memanggilnya, Jiji memalingkan wajahnya ke sumber suara yang terus memukul dadanya keras. Gilbert yang melihatnya pun langsung segera berlari ke arahnya.
Sesampainya dihadapan Jiji, dia melihat wajahnya sudah pucat. Warna bola mata yang tadi nya merah darah pekat, mulai berangsur-angsur memudar. Gilbert yang melihat itu pun semakin khawatir. Tak berselang beberapa detik, tubuh Jiji sudah tumbang yang segera ditangkap oleh Gilbert. Melihat Jiji yang sudah tak sadarkan diri membuatnya langsung menggendong Jiji dan mulai berlari ke arah luar sekolah dengan maksud membawanya ke rumah sakit terdekat untuk ditangani.
🍂🍂🍂
"Jiji udah sadar?,"tanya Fiya pada Gilbert yang sekarang sedang berada diluar ruang rawat inap Jiji.
"Belum. Dokter bilang, saat ini dia sedang dalam masa kritis. Efek kuat dari alter ago tersebut membuatnya menggunakan banyak tenaganya. Dan karena tenaganya terpakai dengan banyak, membuat kerja jantungnya tak stabil dan membuatnya drop kek gitu,"balasnya lesu. Semua orang yang melihat hal tersebut pun langsung menatap Jiji dari balik kaca pintu rawat tersebut.
"Kasihan banget Jiji. Masalah dia banyak, pekerjaan membebaninya, dan ditambah dengan penyakit yang sudah mengerogoti dia,"ucap Reva menatap sahabatnya iba.
"Kenapa kebahagiaan dia harus di ambil kayak gitu?,"lanjut Resty kasihan.
"Kalau kalian merasa kebahagiaan direnggut secara paksa kayak gitu, maka tugas kalian semua sekarang adalah menjadi alasan kebahagian bagi Jiji. Kalian semua sanggup membuat Jiji bahagia?,"tanya Ara tenang dan terpancarkan semangatya.
"Gue sanggup,".
"Gue juga,".
"Me too,".
"Kita juga,".
"Janji loh ya. Jangan bikin dia sedih lagi. Sedari dulu, dia selalu yang ngejaga kita, dan sekarang tugas kita semua buat jaga dia,"lanjutnya sambil tersenyum.
"Kita janji,"balas mereka serempak. Setelah mengatakan hal tersebut, mereka kembali menatap ke arah Jiji yang terbaring lemah sambil tersenyum tulus.
Tuhan, tolong bahagiakan Jiji-batin Ara.
Tolong ringankan beban di pundak kecil dan rapuh nya ,tuhan-batin Evan.
Kita semua janji, akan menjadi alasan kebahagiaannya. Tolong jangan pisahkan kita-batin mereka semua.
🍁🍁🍁
Hello gaes
Back lagi nih ama kisahnya Jiji&Ray
Gimana? Suka nggak? Semoga aja suka ya
Thanks ya bagi pembaca setia aku karena terus menunggu ceritanya kembali up...
Dannnnnn
Jangan lupa votemant sebanyak-banyaknya ya gaesss
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN : SANTA [END]
Novela Juvenil[BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA GUYS] "Ji,"panggil Gilbert pada Jiji yang sedang berada di hadapannya. "Hmm,"balas Jiji. "Ji, sampai sekarang, gue masih tetap suka sama lo. Sekeras apapun dulu lo nyuruh gue buat lupain lo, tapi gue nggak bisa...