Prolog

79.3K 2.5K 12
                                    

Darah telah membasahi dress bagian luar milik Zara. Napasnya sudah tersengal menahan rasa sakit di bagian perutnya. Dilihatnya Aby yang sangat cemas bahkan matanya berkaca-kaca melihat keadaan istrinya yang bersimbah darah. Zara mengangkat tangannya yang terdapat sedikit noda darah untuk menyentuh pipi suaminya.

"Aku masih pengen masakin sarapan buat kamu, Mas." Zara berucap lirih.

Aby mengangguk cepat. "Iya, a-aku tau. Kamu gak boleh kemana-mana. T-tetap sama aku. Hmm?"

Zara tersenyum. Tangannya masih setia mengusap rahang Aby yang kini terdapat noda darah dari tangannya.

"Masih pengen ngerapihin baju kamu.."

"Habis ini kamu bebas mau ngapain aja. A-aku gak bakal marah lagi."

Zara memejamkan matanya menahan sakit yang luar biasa pada perutnya. Tangan yang digunakan untuk mengusap rahang Aby kini digunakan untuk meremas pundak Aby. Perutnya terasa lebih sakit daripada bagian belakang tubuhnya.

"TOLONG BAWA MOBILNYA LEBIH CEPAT!" Aby berteriak pada sopir yang melajukan mobil menuju rumah sakit terdekat.

"Sayang, jangan pejamin mata kamu. Liat aku, kamu harus terus liat aku. J-jangan merem."
Kini Aby sudah terisak dengan memegang tangan Zara kuat.

Zara kembali membuka matanya. Zara meneliti wajah tampan Aby untuk direkam dalam ingatannya. Rambut tebalnya, alis yang sangat Zara sukai, hidung mancung yang jarang dimiliki orang asia. Pandangannya berhenti pada mata elang yang telah basah oleh air mata.

"Mas Aby," panggil Zara pelan.

"Hm? Kenapa, Sayang?" sahut Aby dengan suara bergetar.

"Jangan nangis, dia gak suka liat kamu nangis." Suara Zara terdengar sangat tenang namun hal itu justru membuat Aby semakin kacau. Aby memejamkan matanya berusaha menghalau pikiran buruk yang mungkin akan terjadi nantinya.

Aby menghapus air mata di pipinya kemudian tersenyum walau hatinya sangat sakit melihat Zara seperti ini. "Gak nangis, kan?"

Zara ikut tersenyum melihatnya. Sedetik kemudian, napas Zara kembali tersengal dengan cepat. Aby yang melihatnya kembali sesak melihat Zara yang terlihat sangat kesakitan. Genggaman mereka saling mengeratkan satu sama lain dengan Aby yang berusaha menahan air matanya untuk tidak menetes.

"Jangan pergi, Ra," Aby berucap lirih sambil mengusap pipi Zara kemudian mencium punggung tangan Zara pelan. Air matanya jatuh begitu saja membasahi punggung tangan Zara.

"Maaf, Abyan." Zara mengatakan itu sebelum kegelapan menyergap kesadarannya.

__________





Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang