Bagian tigapuluh delapan

24.4K 1.3K 41
                                    

Selamat malam semua👋
Aku double update tapi vote komen-nya jangan kendor yaa

Happy reading 🤍

__________


Zara memeluk lututnya seraya memandangi matahari sore yang perlahan tenggelam dari balkon kamarnya. Ia tersenyum sekilas walau hanya melihat hal tersebut. Baru kali ini ia dapat tersenyum kembali setelah empat hari berlalu sejak kejadian itu. Dan selama empat hari itu yang Zara lakukan hanyalah berdiam diri di kamar. Tidak keluar kecuali untuk melakukan kegiatan rumah seperti bersih-bersih atau memasak dan makan. Makan pun tidak pernah teratur.

Sedangkan Aby, dia pergi keesokan paginya setelah kejadian tersebut dan tidak pulang sampai hari ini. Tak ada maaf atau ucapan apapun. Zara juga tak melihat kepergian Aby karena ia mengurung diri di kamar mandi saat itu. Namun Zara merasa sedikit lega ketika Aby tidak ada. Setidaknya ia tidak melihat wajah Aby. Hatinya sangat sakit walau hanya membayangkan wajah Aby.

Zara masih dapat mengingat dengan jelas apa yang terjadi saat itu. Namun ketika pikiran itu terlintas kembali, Zara akan mencoba untuk mengalihkan perhatiannya pada apapun.

Tangan Zara tergerak untuk mengambil ponselnya. Ia menghidupkan ponselnya. Terlihat pesan Alea juga Raffa yang meramaikan ponsel Zara begitu data seluler Zara hidupkan. Mereka menanyakan kabar Zara yang menghilang selama empat hari ini.

Alea
Eh, udah aktif. Lo kemana, sih, Zar?
Gue ikut panik pas Mas Raffa bilang lo centang satu mulu
Tapi gue liat Aby baik-baik aja sih kemaren meeting, jadi gue rasa lo baik-baik juga.
Beneran gak papa, kan, Zar?

Mas Raffa
Ra?
Are you okay?

Tetapi tujuan Zara menghidupkan kembali ponselnya bukan untuk membalas pesan mereka. Zara memencet tombol panggil pada nomor yang roomchat-nya ia pinned selain Aby. Terdengar nada sambung cukup panjang sebelum akhirnya sebuah suara yang sangat ia rindukan memanggilnya.

"Assalamualaikum, Ndu," sapa ibunya di seberang sana.

Ah, baru mendengarnya saja air mata Zara ingin menetes lagi.

"Waalaikumussalam, ibu.."

"Aduh, rasanya udah lama banget gak dengar suara kamu, Ndu."

Zara tersenyum. "Oh ya? Zara kira baru kemarin."

Ibunya tertawa disana. "Kamu gimana?" Baik, kan?"

Zara tidak langsung menjawab. Lagi-lagi ia teringat tentang hari itu kembali. "Zara.. Alhamdulillah baik," jawab Zara seadanya. Toh, ia memang sudah sedikit membaik sekarang.

"Abah sama ibu gimana?" Zara balik bertanya.

"Alhamdulillah kami juga baik disini."

Zara menunduk sebentar. Ia mencoba menahan air matanya yang hendak keluar. "Zara kangen ibu," ungkapnya lirih.

"Zara mau pulang, boleh?"

Tidak terdengar apapun disana. Setelah cukup lama diam, ibu menghela napas panjang.

"Kamu lagi ada masalah sama Aby, ya?"

Zara tertegun. Zara bahkan belum menceritakan pada siapapun tentang masalahnya, tapi ibunya dapat mengatakan hal itu.

"Kemarin Aby telepon ibu. Dia gak cerita apa-apa, tapi dia bilang maaf berkali-kali sama ibu. Ibu memang gak liat Aby, tapi ibu tau kalo Aby nangis saat itu."

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang