Bagian tiga

23.1K 1.2K 4
                                    

Jangan lupa vote & comment

Happy reading 🤍

__________


Aby membereskan beberapa pekerjaannya yang masih berserakan di meja kerjanya. Ia memperhatikan jam di dinding ruangannya.

16.35

Masih tersisa beberapa jam untuk bersiap-siap memenuhi janji dengan seseorang. Aby tersenyum tipis saat mengingat seseorang itu. Bagaimana tidak? Seseorang itu yang membuatnya bisa bertahan sampai di titik ini. Selalu menyemangati dirinya saat Aby hampir menyerah melanjutkan perusahaan warisan ayahnya.

Ya, Aby awalnya tidak pernah mau meneruskan perusahaan yang ayahnya rintis pada masa mudanya.

Aby mengira jika suami Nurul yang akan melanjutkan ini, tetapi suaminya Nurul memilih untuk meneruskan pekerjaannya sendiri menjadi pilot. Padahal Aby sendiri saat kuliah mengambil jurusan arsitektur dan tentunya ingin merealisasikan mimpinya menjadi arsitek handal. Namun sampai kini mimpi itu tetap menjadi mimpi. Ayah benar-benar memaksanya untuk meneruskan perusahaan.

Ponsel Aby berdering singkat. Menandakan ada pesan masuk.

Asha
Udah pulang?

Aby tersenyum lagi. Entah mengapa jika sesuatu bersangkutan dengan gadis itu ia selalu tersenyum. Aby dengan cepat mengetikkan sesutu di ponselnya.

Aby
Lagi beres-beres, bentar lagi selesai

Tidak lama usai pesan terkirim, ponsel Aby berbunyi lagi.

Asha
Yaudah, aku mau dandan yang lama kalo kaya gitu

Aby hanya tersenyum dan langsung memasukkan ponsel ke dalam saku jasnya lalu berjalan keluar untuk segera pulang dan bersiap-siap untuk menemui gadis spesialnya.

__________

Aby sudah menunggu sekitar 20 menit di kafe tempat biasa ia bertemu dengan Shasa. Aby sengaja lebih awal datang agar gadisnya tidak menunggu dirinya karena Aby tahu jika Shasa tidak suka menunggu. Aby sudah membiasakan diri untuk selalu datang lebih awal jika bertemu dengan Shasa.

Lonceng di pintu kafe berbunyi. Aby langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Shasa yang sudah tahu tempat duduk biasanya mereka duduki langsung menghampiri Aby sambil tersenyum.

"Udah lama, ya?" tanya Shasa saat sudah duduk di hadapan Aby.

Aby tersenyum lembut. "Gak, kok. Kalaupun lama gak masalah buat aku," jawab Aby dengan satu tangannya merapikan rambut Shasa yang sedikit berantakan.

Shasa mengangkat tangannya untuk memanggil waiters.

"Kamu pesen apa?" tanya Shasa lagi.

"Samain aja sama kamu."

Shasa kemudian menyebutkan pesanan mereka, lalu mengembalikan buku menu. Shasa menatap Aby yang juga sedang menatapnya.

"Tumben kamu yang ngajakin aku jalan duluan, biasanya kan aku," ucap Shasa seraya menopang dagunya.

"Jadi serba salah, ya. Padahal kemaren yang misuh gak pernah diajakin jalan siapa coba?" ujar Aby dengan menopang dagu meniru Shasa.

Shasa yang ditatap lekat oleh Aby pun salah tingkah dan memalingkan wajahnya dari Aby. Sudah beberapa tahun mereka bersama tetapi Shasa masih salah tingkah jika ditatap lekat oleh Aby.

"Siapa yang misuh-misuh? Aku cuma bilang doang," ucap Shasa tak mau kalah.

Aby tertawa kecil. "Bilang tapi sambil ngambek, gitu?" Shasa tidak menjawab, namun dari raut wajahnya Aby memgerti Shasa sedikit kesal. Ternyata Shasa menganggap serius ucapannya tadi.

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang