Happy reading 🤍
__________
Aby membuka pintu rumah dengan terburu-buru. Matanya berkeliling mencari keberadaan Zara namun tidak terlihat dimanapun berada."Zara!"
Aby berteriak berharap Zara akan menyahuti panggilannya. Tidak ada. Aby menilik bagian dapur, kolam renang, belakang rumah, kamar mandi bawah tidak ada sama sekali. Aby terus berusaha mencari di lantai dua. Ia membuka kamar Zara dan kosong. Zara tidak ada disana.
Aby diam sejenak kemudian masuk ke dalam mencermati kamar Zara. Wangi kamar ini masih sama. Aby menyukainya. Rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat kamar ini. Terakhir adalah malam itu. Malam yang Aby sendiri tidak mau mengingatnya. Apalagi dengan Zara sendiri.
Aby melangkah gontai menuju kamar mandi. Ia mengetuk pelan pintu tersebut.
"Ra, kamu di dalem?"
Tidak ada sahutan. Aby langsung membuka kamar mandi. Disana tidak ada Zara juga. Aby berniat kembali menutup pintu tapi matanya menangkap tiga benda yang berfungsi sama tergeletak di atas wastafel. Tangis Aby meluruh seketika. Aby merasa menjadi lelaki paling bodoh. Bagaimana bisa dirinya yang merupakan suami Zara sendiri, tidak mengetahui ini dan harus mengetahuinya dari orang lain. Apa benar Aby ini suaminya?
"Zara.."
Aby memanggil nama Zara berulang-ulang. Ia ingin sekali mendekap Zara. Mengatakan ia sangat merindukan dirinya. Meminta maaf padanya. Dan mengatakan bahwa Aby mencintainya. Aby baru menyadari itu setelah semua yang terjadi. Ternyata ia lebih takut kehilangan Zara daripada Shasa.
Aby mengusap matanya yang berair. Aby harus menenangkan diri dan mencari Zara saat ini. Aby tidak ingin kehilangan Zara yang kedua kalinya. Tangan Aby bergerak mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Aby mencoba memanggil nomor Zara disana. Terdengar nada sambung, namun tidak diangkat oleh Zara. Aby tidak menyerah. Ia masih berusaha menelepon Zara berkali-kali sambil berjalan menuju mobilnya dan mengeluarkan mobil dari pekarangan rumah.
"Angkat, Ra."
Tidak diangkat Zara lagi. Merasa yang dilakukannya sia-sia, Aby beralih memanggil Tere. Mungkin saja saat ini Zara disana.
"Halo?"
"Re, Zara ada di rumah lo?" tanya Aby langsung begitu panggilan dijawab.
"Eh, beneran Aby?" Tere menyahut bingung. Pasalnya Aby tidak pernah menghubungi Tere terlebih dahulu. Selalu Tere duluan. Itupun hanya percakapan penting.
Aby menghela napas lelah. "Gue gak punya waktu, Zara ada disana?" tekan Aby.
"Sorry, sorry. Zara? Dia gak kesini—"
Aby memutuskan sambungan telepon setelah mengetahui maksud dari ucapan Tere. Masih dengan berkendara, Aby menelepon siapapun yang mempunyai hubungan baik dengan Zara. Termasuk Reina dan Karina. Namun mereka menjawab dengan jawaban yang sama. Hal itu membuat Aby menepikan mobilnya di pinggir jalan terlebih dahulu.
Aby menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"Kamu kemana, Ra.." Aby berujar pelan.Hari sudah hampir malam dan Zara masih belum ia temukan. Aby melirik ponselnya yang menampilkan nomor terakhir yang belum ia coba panggil. Milik Alea. Aby merasa ragu untuk memanggilnya. Karena pastinya Alea tidak akan memberitahu keberadaan Zara jika Alea sudah mengetahui semuanya.
"Persetan," umpat Aby.
Aby akhirnya memanggil nomor tersebut. Beberapa nada sambung terdengar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tahta Hati [End]
Romance*Follow my profile* Zara Aleena Sabiya (24 tahun), seorang sekretaris di salah satu perusahaan AB corp, dijodohkan dengan Abyan Nandana (27 tahun) pemilik AB corp, yang masih memiliki hubungan dengan kekasihnya-Shaquita Ayyara selama sembilan tahun...