Happy reading 🤍
__________
"Baik, saya cukupkan pertemuan hari ini."
Wanita itu tersenyum singkat kemudian berdiri dari bangkunya diikuti dengan beberapa orang yang ikut berdiri untuk menghormati wanita tersebut. Suara ketukan antara sepatunya dengan lantai marmer yang dipijaknya menjadi pengiring langkahnya. Oh, tidak lupa dengan ucapan kagum terus mengalir dari asisten barunya yang baru resmi bekerja hari ini sejak keduanya keluar dari ruangan rapat.
"Wah, saya sebenarnya mau mengatakan ini sejak masa percobaan saya. Saya gak pernah lihat perempuan yang punya wibawa seperti Ibu. Saya baru lihat itu dari Ibu Shaquita. Gimana ya jelasinnya, Ibu tuh bener-bener tegas tapi gak galak. Gak kaya bos saya dulu."
Shaquita sedikit terkekeh akan perkataan terakhir dari Laura. Itu adalah tawa pertamanya dalam tiga hari ini dan lumayan menghibur. Meskipun hanya sedikit.
Laura masih mengoceh tentang dirinya sampai Shaquita akhirnya berhenti tepat di depan pintu ruangannya, Laura ikut berhenti. Baik langkahnya juga bicaranya. Shaquita berbalik badan menatap Laura. Laura meneguk ludahnya kasar karena merasa mendapatkan tatapan intimidasi dari Shaquita. Padahal Shaquita tidak berniat mengintimidasi, mungkin itu muncul begitu saja dalam dirinya.
"Saya boleh minta tolong?"
Laura mengangguk cepat. "Tentu saja. Saya siap melaksanakan apapun." Badannya tiba-tiba berdiri tegak seperti orang latihan baris-berbaris.
"Tolong pesankan saya camilan di kafetaria, bisa?"
"Roti bakar rasa coklat dengan toping es krim vanilla, onion ring, lalu minumannya ice vanilla latte pake whipped cream yang banyak dan mango smoothies?"
Shaquita sedikit memiringkan kepalanya heran. "Kamu tau?"
Laura tersenyum bangga. "Saya fans nomor satu Ibu Shaquita, jadi saya tau semuanya tentang Ibu termasuk cemilan yang sering Ibu pesan."
Shaquita ikut tersenyum. Senyum yang jarang ia tunjukkan pada siapapun. Bahkan Laura sampai terdiam melihat senyuman cantik bos barunya itu.
"Terima kasih, Laura."
"My pleasure."
Setelah mengatakan itu, Laura berlalu dari hadapannya. Shaquita menatap kepergian Laura sampai benar-benar hilang dari pandangan. Sifatnya yang banyak bicara dan mudah menyampaikan apa yang dirasanya, mengingatkannya pada seseorang. Yaitu Shasa, dirinya dulu.
Shaquita menundukkan kepala sebentar lalu kembali melanjutkan langkah ke dalam ruangan. Ia mendudukkan diri di sofa panjang yang terdapat di ruangan. Sebelah tangannya meraih iPad yang tidak jauh dari jangkauannya. Niat awal ingin menyelesaikan pekerjaan, namun sebuah judul berita yang lewat di beranda pencariannya menarik perhatian Shaquita.
Jari telunjuknya mengambang tepat di atas judul tersebut. Bimbang dengan pilihan antara membukanya atau tidak.
Putra-Putri Pimpinan AB Corp Menyorot Perhatian, Netizen: Family Goals of The Year
Pada akhirnya, Shaquita mengkliknya. Hal pertama kali yang ia lihat adalah gambar candid sepasang kekasih yang nampak berjalan keluar dari gedung dengan dua anak laki-laki di gendongan suami lalu satu anak perempuan di genggaman sang istri yang sedang menengadah melihat ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahta Hati [End]
Storie d'amore*Follow my profile* Zara Aleena Sabiya (24 tahun), seorang sekretaris di salah satu perusahaan AB corp, dijodohkan dengan Abyan Nandana (27 tahun) pemilik AB corp, yang masih memiliki hubungan dengan kekasihnya-Shaquita Ayyara selama sembilan tahun...