Bagian tujuh

17.9K 1.1K 11
                                    

Jangan lupa vote & comment

Happy reading 🤍

__________

Salah satu sudut halaman di rumah Zara sudah dihias secantik mungkin. Sudut itu diberi banyak bunga dan inisial huruf A & Z diletakkan di tengah-tengahnya. Umi dan Nurul mengusung tema outdoor untuk acara lamaran Aby dan Zara.

 Umi dan Nurul mengusung tema outdoor untuk acara lamaran Aby dan Zara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awalnya Zara tidak ingin diberi seperti itu. Zara hanya ingin lamaran biasa saja karena tidak banyak juga yang diundang, tetapi Umi dan Nurul menolak. Umi ingin pesta lamaran yang berkesan untuk anak bungsunya. Sedangkan Aby? Ia hanya diam saja tentang masalah ini. Aby sama sekali tidak ikut andil dengan pesta lamarannya. Hanya mengiyakan saja apapun yang diinginkan uminya.

Ya, Zara menyetujui melanjutkan perjodohan ini. Zara sudah memikirkannya. Entah kenapa, Zara merasa semua berharap dengan perjodohan ini. Apalagi tatapan Umi, Ayah, Ibu dan Abah. Tersirat penuh harap saat mereka menunggu jawaban dari Zara beberapa hari lalu saat mereka makan malam bersama yang kedua kalinya. Hati Zara terlalu lemah jika menyangkut orang tua.

Jika kalian menganggap Zara terlalu tidak memikirkan diri sendiri, memang begitulah adanya. Zara selalu mengedepankan orang lain, tidak peduli dengan dirinya akan seperti apa nantinya. Zara hanya menyakinkan dirinya sendiri bahwa semua pasti akan baik-baik saja.

"Kamu suka dekorasinya, Zara?"

Nurul sudah berdiri disamping Zara. Saat ini mereka di balkon lantai dua seraya memerhatikan beberapa orang suruhan Umi yang mondar-mandir sedang mempersiapkan yang diperlukan untuk acara besok. Semua diurus oleh Umi, karena Umi ingin Zara duduk manis saja menunggu acara lamaran tanpa perlu turun tangan.

Zara tersenyum. "Suka, Mbak," jawab Zara singkat.

"Nggak terlalu biasa aja, kan?" tanya Nurul lagi.

"Eh, ini malah terlalu berlebihan mbak. Zara malah pengin yang biasa aja."

Nurul terkekeh mendengar jawaban Zara.

"Aku cuma ngetes kok. Kamu itu udah dianggep keluarga sama Umi. Jadi jangan sungkan sama Umi sama aku juga."

Zara hanya mengulum senyumnya. Ia masih memperhatikan kegiatan di lantai satu.

"Zara, Aby itu bisa dikatakan anak kesayangan Umi." ucap Nurul tiba-tiba.

Zara mengalihkan perhatiannya pada Nurul disampingnya.

"Oh ya, Mbak?"

Kali ini Nurul yang tersenyum.

"Aby itu bungsu. Umi selalu protektif dengan Aby sejak kecil. Aby bisa dikatakan sangat lemah waktu kecil. Sering sakit-sakitan, dan umi yang selalu jagain Aby.  Makanya Aby lebih deket sama Umi daripada Ayah."

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang