Bagian duapuluh tiga

18.1K 1K 28
                                    

Holaa👋
Maaf ya kemarin-kemarin aku ngilang😁

Vote comment gengs

Happy reading 🤍

__________

"Aku tunggu."

Zara menutup panggilan dari Aby dan seketika layar ponselnya berubah menjadi roomchat dengan Aby. Disana tertera pesan Aby berupa foto berdua dirinya dengan Aby saat mereka bertunangan. Lalu dibawahnya ada pesan yang ingin disampaikan Aby untuk resepsionis yang Zara tidak mengerti apa maksud pesan tersebut.

Zara berbalik kembali menemui resepsionis tadi lalu tersenyum sekilas.

"Bagaimana, Mbak?" tanya wanita yang berprofesi sebagai resepsionis disini.

Zara menggeleng. "Mungkin lain kali saja saya temui  Aby," Zara kembali tersenyum di akhir ucapannya.

Sebenarnya Zara sedikit kecewa dengan Aby yang tiba-tiba membatalkan rencana makan siang mereka hari ini. Padahal Zara sudah sampai di kantor AB corp dan membawa makanan yang ia masak dengan sepenuh hati. Tapi Zara juga harus mengerti jika ini makan siang penting bagi Aby.

Pandangan Zara kini tertuju ke note di meja resepsionis. Terselip sedikit pemikiran konyol di otaknya.

"Boleh saya minta selembar note -nya?" tanya Zara meminta izin.

"Oh, tentu."

Wanita yang ber-name tag  Riani tersebut memberikan note di mejanya dan tidak lupa juga sebuah pulpen. Zara berpikir sejenak untuk mencari kata-kata yang pas untuk dituliskan disana. Setelahnya, Zara melipat kertas tersebut.

"Saya boleh minta tolong lagi?"

Riani mengangguk singkat. "Ya, ada apa?"

"Tolong berikan ini ke Aby. Kalau beliau tidak ada di ruangannya, tolong berikan saja ke sekretarisnya dan sampaikan pesan saya," ucap Zara sambil memberikan note yang baru ditulisnya.

"Baiklah, ada lagi yang mau disampaikan?" tanyanya lagi.

Zara menggeleng lalu tersenyum. "Sudah itu saja, saya permisi dulu," pamit Zara kemudian berlalu dari sana.

Langkah Zara sudah membawanya keluar untuk menghampiri pak Damar yang belum sempat memarkirkan mobil. Pak Damar melihat Zara dengan pandangan heran karena mereka baru sampai beberapa menit lalu, dan Zara sudah keluar saja dari gedung raksasa itu.

"Nggak usah diparkir, Pak. Kita pulang aja," ungkap Zara yang mengerti kebingungan Pak Damar.

Tanpa banyak tanya, Pak Damar langsung membukakan pintu penumpang untuk Zara. Tidak lupa Zara mengucapkan terima kasih kepada Pak Damar sebelum dirinya benar-benar masuk ke dalam mobil. Mobil melaju perlahan meninggalkan halaman gedung AB corp.

Zara hanya diam selama perjalanan, tidak ada obrolan sama sekali. Entahlah, Zara hanya merasa tidak tertarik dengan obrolan apapun sekarang.

"Langsung pulang, Mbak?" tanya Pak Damar memecahkan keheningan di mobil ini.

"Iya, langsung pulang aja," jawab Zara singkat dengan mata yang masih memandang jalanan ibukota yang padat.

Sedetik kemudian, Zara beralih melihat ke samping kanannya yang terdapat boks tempat makan yang masih bersandar di jok mobil. Tiba-tiba Zara mengingat suatu hal.

"Pak, soal rumah Mas Aby yang pernah bapak ceritain itu, boleh antar saya kesana? Sekalian kasih makan siang ini." Zara bertanya pelan.

"Boleh aja, Mbak. Tapi paling disana cuma sebentar, dijaga ketat soalnya."

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang