Bagian empat

19.9K 1.1K 7
                                    

Jangan vote & comment

Happy reading 🤍

__________


Aby mendudukkan dirinya di pantry dapur miliknya sembari meminum jus jeruk kemasan yang sudah dituang ke gelas. Aby tinggal sendirian di Jakarta jadi Aby jarang memasak dan mengurus rumahnya sendiri. Dua hari sekali ada Bu Lastri yang membantu membersihkan rumahnya. Atau jika Shasa senggang akan datang membawakan makanan rumahan juga membantu membersihkan rumah Aby.

Ponsel Aby berdering lama. Aby meraih ponselnya dan langsung mengangkat panggilan yang masuk. Senyumnya terukir lebar mengetahui siapa yang memanggilnya.

"Assalamualaikum, Umi," sapa Aby hangat.

"Waalaikumussalam anaknya Umi. Gimana kabar kamu disana? Makannya teratur kan?" tanya Umi dari seberang sana.

Aby terkekeh kecil.

"Alhamdulillah sehat, Mi. Aku selalu sehat buat Umi. Umi sama Ayah sehat-sehat aja kan?"

"Alhamdulillah Umi sama Ayah sehat. Kamu lagi sibuk ngapain sekarang, By?"

"Emm, biasa sih sibuk ngurusin 'anak pertama' Ayah. Rewel banget kalo ditinggal sehari aja tuh anaknya Ayah," canda Aby yang menyebut perusahaannya dengan anak pertama Ayahnya.

Umi tertawa dari seberang sana. Aby yang mendengarnya tiba-tiba merindukan pelukan Uminya.

"Kamu udah ikhlas kan masalah ngurus perusahaan Ayah?"

"Aby udah ikhlas kok, Mi. Udah terbiasa ngurus kaya gituan. Lagipula Aby juga masih bisa nerusin hobi Aby buat gambar desain rumah disini. Walaupun gak sering sih," jelas Aby.

Hening.

"Umi? Umi beneran baik-baik aja kan?" tanya Aby khawatir karena Umi nya diam saja di seberang sana.

"Umi baik-baik aja kok. Emang kamu kira Umi kenapa?" Umi terkekeh disela ucapannya.

"Ya abis Umi diem aja. Kan gak kaya biasanya."

"Aby.." panggil Uminya.

"Iya?" sahut Aby pelan.

Uminya terdengar menghembuskan nafas berat.

"Kalo Umi sama Ayah minta suatu hal sama kamu, kamu nolak nggak?"

Aby mengernyitkan dahinya. Heran dengan ucapan uminya. Tidak biasanya Umi berbicara dengan nada suara yang terdengar sangat memohon?

"Umi sama Ayah mau minta apa sama Aby?" tanya Aby penasaran.

"Kamu pulang dulu ke Palembang ya? Nanti dibicarain sama Ayah."

"Loh, tapi kerjaan Aby gimana? Ayah nanti marah lagi kalo anaknya ditinggal gitu aja."

Umi kembali terkekeh kecil.

"Kan ada Raffa yang bisa pegang sebentar."

"Yah, Raffa juga sibuk mi ngurusin perusahaan lain juga. Apalagi lagi bucin kaya nya si Raffa sama karyawan kantornya," jelas Aby lalu meminum jus nya lagi.

"Emang Raffa lagi deket sama siapa? Kok gak ada bilang?"

"Umi kaya gak ngerti Raffa aja. Mana mau dia bilang-bilang ke Umi masalah cewek. Aby aja taunya pas gak sengaja liat isi pesannya Raffa," ungkap Aby tanpa rasa bersalah.

"Hush, kamu gak sopan banget liatin pesannya Raffa. Itu kan privasinya dia, Aby,"  tegur uminya.

Aby berjalan ke arah westafel untuk menaruh gelas yang dipakainya untuk minum jus tadi.

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang