Bagian empatpuluh empat

31.7K 1.4K 72
                                    

Bacanya pelan-pelan aja🤍🤍

Happy reading 🤍

__________

Aby mengamati lekuk wajah Zara yang terpasang alat-alat medis sebagai penopang hidupnya. Kesepuluh jarinya menggenggam sebelah tangan Zara yang bebas dari jarum infus. Ada rasa takut dalam diri Aby ketika melihat wajah Zara. Aby takut wajah itu akan tetap damai dalam waktu yang lama. Aby tidak ingin itu terjadi.

"Kamu tau? Kemarin kacau banget." Aby memulai bercerita.

"Dalam sehari, semuanya berubah. Ayah dan Raffa sama-sama mukul aku karena kamu. Tapi itu setimpal, Ra. Aku pantes dapet itu."

Aby mengelus punggung tangan Zara pelan. Seakan tangan Zara merupakan barang yang mudah pecah.
"Kalo kamu bangun, kamu bakal obatin luka aku?" tanya Aby dengan senyumannya.

"Kamu biasanya selalu perhatian dengan hal terkecil sekalipun. Selalu mastiin makanan aku pedes atau nggak, selalu mastiin penampilan aku udah rapih atau belum, selalu mastiin aku udah makan atau belum..."

Aby menjeda ucapannya sebentar. "Aku kangen diperhatiin kamu lagi."

Aby terkekeh kecil ketika mengingat ia pernah menyuruh Zara untuk tidak perlu mengurus urusan di kamarnya. "Bodohnya aku."

Aby menghela napas panjang. "Dan anak kita.. jagoan kecil kita gak bisa sama kita lagi. Dia pergi." Tenggorokan Aby tercekat saat mengatakannya.

"Kamu jangan ikutan pergi. Ya?" Aby bertanya lirih. Tapi tetap saja Zara tidak akan menjawab. 

Aby mengecup tangan Zara lama. Tanpa sadar air matanya jatuh ke tangan Zara. Ini baru sehari tapi Aby sangat merindukan Zara. Ia ingin bercerita segalanya, mencoba memperbaiki kesalahannya, memulai dari awal menjadi pasangan sesungguhnya. Namun, apa mungkin Zara bisa menerimanya lagi?

Aby bangkit dan mencium kening Zara. "Cepet bangun, Sayang. Jangan lama-lama. Semuanya nunggu kamu."

Setelah mengucapkan itu, Aby keluar dari ruangan. Aby disambut dengan kehadiran Ayah dan Umi di hadapannya begitu pintu terbuka. Aby melirik Ayah yang memasang wajah datar. Mereka belum mengatakan apa-apa lagi sejak kemarin.

"Kamu pulang. Siap-siap kerja," suruh Ayah tiba-tiba. 

Aby mengerutkan keningnya. "Apa?"

"Ayah perlu bicara dua kali?"

Aby memijit pangkal hidungnya. "Yah, Zara lagi sakit. Ayah masih mikirin kerjaan?"

"Kamu gak harus 24 jam disini. Bukan kamu aja yang jaga Zara. Masih ada yang lainnya," jawab Ayah.

"Zara istri aku, Yah." Aby mencoba menyanggah permintaan ayahnya.

Ayah mengangkat alisnya. "Kamu pikir setelah Zara bangun nanti dia masih anggap kamu suaminya?"

Aby terdiam. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Umi yang melihat itu menghampiri Aby dan meraih tangannya.

"Udah, ikutin kata Ayah. Kamu pulang sama Umi aja," ucap Umi menengahi perdebatan kecil yang sering terjadi antara Ayah dan anak itu.

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang