Bagian duapuluh empat

18.9K 1K 11
                                    

Sebelum aku UAS, update dulu ye kann..

Happy reading 🤍

_________

"Dor!"

"Astaghfirullah, Mas Aby ngagetin." Zara yang sedang fokus dengan masakannya berteriak tertahan karena kelakuan Aby barusan.

Sejak pulang, Zara terus memikirkan tentang nomor telepon rumah Aby yang didapatnya tadi. Zara sedikit merasa bersalah pada Aby karena ke rumah Aby yang satunya tanpa izin Aby. Sampai akhirnya membuat Zara tidak fokus dengan suara-suara di sekitarnya. Bahkan suara Bu Inar yang izin ke depan duluan pun tidak Zara dengarkan dengan baik.

Aby terkekeh melihat Zara terkejut. "Padahal aku pelan ngomongnya, Ra."

Zara meraih tangan Aby untuk disalim. Jika diingat kembali, momen Zara salim dengan Aby setelah pulang kerja sangat langka karena Aby jarang pulang cepat. Zara tersenyum dalam hati mengingat momen ini.

"Tetep aja ngagetin."

Zara sudah kembali menyelesaikan kegiatannya. Sedangkan Aby berdiri tepat di sisi Zara memperhatikan langsung kegiatan memasak yang tertunda. Bahkan kedua tangannya sudah ia tumpukan di meja dapur. Zara yang merasa salah fokus karena dilihat oleh Aby terus-menerus, kembali menghadap Aby yang terlihat hanya memakai kemeja dengan lengan yang sudah digulung sampai siku.

"Kamu mending mandi aja, deh, Mas. Aku gak bisa masak nanti," tutur Zara.

"Kenapa emang? Kan aku cuma liatin doang, gak ngerusuhin kamu," balas Aby.

"Tapi aku nggak bisa fokus kalo kamu disini," lirih Zara yang masih bisa didengar Aby. Perhatiannya kembali pada masakannya.

Aby tersenyum jahil. Berdehem pelan kemudian merapatkan tubuhnya pada Zara. Zara reflek sedikit bergeser ketika Aby semakin tidak berjarak dengannya.

"Mas Aby! Jangan rese," rengek Zara.

Tawa Aby pecah begitu saja. Baru kali ini Aby mendengar Zara berbicara dengan nada seperti itu. Ternyata terdengar menggemaskan di telinganya.

"Cie salting," goda Aby.

"Gak salting, cuma merasa terganggu," timpal Zara tidak mau kalah.

"Ih, aku nggak ganggu lho, Ra. Aku mau bantuin ini."

"Bantu apa?"

"Bantu liatin sampe mateng."

Aby nyengir. Zara sampai tertegun melihat cengiran Aby. Sampai akhirnya Zara ikut tertawa. Ternyata seperti ini rasanya bercanda dengan suami sendiri.

"Gak, aku bantu beneran kok. Mau aku bantu apa?"

Kali ini Aby benar-benar serius dengan tawarannya. Sedangkan Zara menatap Aby sangsi. Tidak percaya jika Aby bisa diandalkan dengan permasalahan dapur.

"Pindahin nasi aja dari rice cooker ke mangkuk gede ini terus tolong taruh di meja makan sekalian."

Zara memilih memberikan pekerjaan yang ringan untuk Aby karena tidak ingin mengambil resiko. Bukan tidak percaya, tetapi rata-rata lelaki apalagi yang sebagian besar hidupnya selalu di kantor, pasti jarang atau bahkan tidak pernah berurusan dengan dapur, bukan?

"Gampang," remeh Aby dan mulai mengeksekusi perintah dari Zara.

"Centongnya mana, Ra?" tanya Aby.

Zara mengerutkan keningnya heran setelah mendengar pertanyaan dari Aby. "Ini sih apa, Mas?" Zara menunjuk centong yang masih tergeletak di dalam mangkok besar yang sudah ditunjuk Zara sebelumnya.

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang