Bagian duapuluh satu

19.7K 1.2K 34
                                    

Jangan lupa vote comment

Happy reading 🤍

__________


Aby membuka pintu utama rumahnya dan mendapati Bu Inar yang sedang menyapu ruang tamu. Bu Inar mengangguk sungkan pada Aby.

"Oh, Tuan Aby pulang lebih awal ternyata," ucap bu Inar tersenyum.

Aby membalas senyuman Bu Inar dengan senyuman tipis. "Zara dimana?" tanya Aby.

Bu Inar terpaku sejenak dengan pertanyaan Aby. Pasalnya Aby jarang sekali menanyakan tentang Zara pada Bu Inar ataupun Pak Damar.

"Ada di kamarnya, Tuan," jawab Bu Inar.

Aby mengangguk pelan. "Saya ke atas dulu."

Setelah mengucapkan itu, Aby berlalu dari ruang tamu dan menuju lantai atas. Kaki Aby terhenti di lantai dua dan mengedarkan pandangannya ke sekitar. Masih sama sepinya dengan bulan-bulan sebelumnya. Aby membayangkan betapa kesepiannya Zara selama ini lalu kenapa ia baru menyadarinya baru-baru ini. Tidak, kata yang tepat adalah berpura-pura tidak menyadarinya.

Karena foto yang diberikan Raffa kemarin, Aby jadi banyak berpikir tentang Zara. Apa yang ia sukai, apa yang tidak ia suka, bagaimana ia selama ini, rasanya Aby ingin mengetahui semua tentang Zara tanpa terkecuali. Namun Aby juga tidak tau harus bertanya dengan siapa. Mengenai Zara yang tidak bisa minum kopi saja ia tidak sengaja mendengar Zara sempat mengucapkannya saat Aby dan Zara menghadiri acara.

Aby menghela napas berat kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar. Sebelum membuka pintu kamar, Aby sempat melihat ke samping kanannya dan mendapati pintu kamar Zara yang setengah terbuka. Samar-samar terdengar suara lembut seperti suara wanita menyanyi dari dalam sana. Tanpa sadar, Aby melangkah mendekati pintu tersebut dan melihat ke dalamnya.

Aby tercenung beberapa saat melihat Zara tanpa kerudung instan yang biasa menghiasi kepalanya sehari-hari. Ini kali kedua Aby melihat Zara tanpa kerudung setelah malam pernikahannya tiga bulan yang lalu. Jika kemarin Aby melihat dengan cahaya yang remang-remang, kali ini Aby melihatnya dengan jelas. Rambut bergelombang dengan panjang setengah punggung berwarna hitam kecoklatan. Aby bahkan bisa mendeskripsikannya.

"Oh iya, aku punya scrunchie baru," celetuk Zara setelah dirinya selesai menyisir rambutnya.

Aby tersenyum mendengarnya. Zara kini sibuk mencari sesuatu di laci kecil milik Zara. Zara mengikat rambutnya dengan scrunchie tersebut. Begitu selesai, Zara memandang lama pantulan wajahnya sendiri pada kaca di hadapannya.

"Kenapa rasanya sulit banget buat luluh hati Mas Aby, ya. Aku gagal kah?" lirih Zara.

Aby bisa mendengarnya dengan jelas. Senyum di wajahnya seketika luntur. Sebenarnya Zara tidak gagal, pesona Zara mampu menarik perhatian siapapun termasuk Aby. Tapi entah mengapa begitu sulit untuk mengatakan segalanya pada Zara.

"Oh iya, aku mau ambil pakaian kotor di kamar Mas Aby," cetus Zara tiba-tiba.

Aby terkejut dengan ucapan Zara yang mendadak. Tidak ingin ketahuan 'mengintip', Aby cepat berlalu menuju kamarnya sendiri. Sedangkan Zara berjalan santai mengambil kerudung yang tergantung di kursi. Sebelum ke kamar Aby, Zara mengumpulkan pakaian kotornya terlebih dahulu.

Zara mengetuk pintu kamar Aby pelan untuk memastikan Aby tidak ada di dalam. Zara hanya merasa canggung jika masuk ke kamar Aby dengan Aby di dalamnya. Apalagi tanpa alasan yang sangat penting. Ya, seperti alasan Aby sebelumnya. Aby tidak terbiasa dengan orang asing sepertinya.

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang