Bagian sepuluh

20.6K 1K 9
                                    

Jangan lupa vote comment

Happy reading 🤍

__________

"Sha?"

Shasa mendongakkan kepalanya menatap Aby. "Iya?"

"Kamu melamun lagi. Ada yang dipikirin?" tanya Aby.

Shasa menggeleng. "Nggak kok. Aku bukan orang penting yang banyak pikiran," sahut Shasa bercanda seraya menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.

Sejujurnya Shasa sedikit memikirkan perkataan Umi tadi saat menelfon. Kenapa Umi meminta maaf untuk Aby? Itu yang ingin Shasa tanyakan pada Umi. Sebelum bertanya seperti itu, Umi sudah memutus sambungan teleponnya karena Ayah yang terdengar memanggil Umi.

Shasa sudah selesai makan, begitu juga dengan Aby. Shasa memerhatikan wajah Aby lekat, sedangkan yang diperhatikan sedang memeriksa ponselnya sebentar. Entah hanya perasaan Shasa atau bukan, Shasa merasa takut kehilangan Aby hari ini.

"Tadi Umi nelfon, By," celetuk Shasa.
Aby terdiam sejenak lalu mengalihkan pandangannya pada Shasa. "Umi bilang apa sama kamu?"

"Mm, nanyain kamu udah sampe belom. Aku jawab kamu lagi tidur tadi," jawab Shasa santai.

"Umi gak ngomong yang aneh-aneh, kan?"

Shasa mengerutkan keningnya heran. "Cuma ngomongin itu doang sama ngobrol sedikit tadi."

"Umi selalu baik kok sama aku," sambung Shasa lirih sambil  menundukkan kepalanya.

Aby menggenggam tangan Shasa kemudian mengecup punggung tangannya pelan. "Maafin ayah, ya?"

Shasa menggelengkan kepala pelan. "No, seharusnya aku yang minta maaf."

"Berapa kali aku bilang, kamu sama sekali gak salah, Sha. Please, jangan salahin diri kamu lagi."

"Aku juga salah, aku masih belum menempatkan diri aku sendiri biar aku pantes sama kamu," sela Shasa memberanikan diri menatap manik Aby.

Shasa mengelus tangan Aby pelan.

"Jangan bilang lagi kalo aku gak salah, padahal masalah utama ada di aku sendiri, By. Aku yakin, yang buat Umi ragu buat terus nemuin aku karena dari aku sendiri. Karena kalo Umi terus nemuin aku dengan aku yang masih kaya gini, bakal sulit kedepannya."

Shasa menarik napas dalam lalu menghembusnya pelan. "Tepat hari ulang tahun aku, By. Di ulang tahun aku selanjutnya aku bakal memantaskan diri untuk kamu. Buat kamu, Umi dan Ayah yakin sama aku."

Shasa tersenyum di akhir ucapannya, tetapi senyuman itu mampu membuat Aby makin merasa bersalah dan dilema dengan keputusannya. Aby beranjak dari duduknya dan menghampiri Shasa untuk dipeluk Aby.

"Ish, aku kok geli sendiri kalo ngomong sok serius gini," ucap Shasa saat pelukan mereka terlepas.

Aby tertawa rendah dan mencubit hidung Shasa pelan.
"Kamu kalo serius keliatan lebih dewasa, Sha. Jadi tambah deh cantiknya."

Pipi Shasa merona mendengar perkataan Aby. Selalu seperti ini jika Aby sudah mulai berkata-kata manis.

"Selama ini aku jelek berarti," sungut Shasa dengan mengalihkan pandangan ke sekitarnya.

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang