Bagian tigapuluh sembilan

25.1K 1.4K 51
                                    

Happy reading 🤍

__________

Dibalik kacamata hitamnya, Zara masih memperhatikan kedua nisan yang bertuliskan nama kedua orang tuanya. Nurul sempat bercerita jika Abah dan Ibu meninggal karena kecelakaan maut yang menimpa mereka semalam, seusai menghadiri perjamuan makan malam acara pernikahan putra dari teman dekatnya. Teman dekatnya tersebut sudah meminta Abah dan Ibu untuk menginap di rumahnya saja, tetapi Abah menolak. Dan akhirnya, semua ini terjadi.

"Aduh, rasanya udah lama banget gak dengar suara kamu, Ndu."

"Kalo bisa besok kamu udah baikan terus pulang kesini sama Aby." 

"Oh, Aby sibuk ya, Ndu? Padahal ibu pengen kamu besok kesini. Yaudah gak papa, lusa aja."

Zara sekarang baru mengerti maksud dari ucapan ibunya kemarin. Baru kemarin ia melepas rindu. Baru kemarin ia merencanakan untuk pulang dan memeluk orang tuanya dengan hangat. Namun rencana Tuhan tidak ada yang tahu. Ternyata Zara pulang memeluk tubuh mereka yang dingin untuk terakhir kalinya.

Sedangkan di belakang Zara, Aby berdiri menunggu Zara disana. Beberapa kali Aby terlihat mengusap matanya yang terlindungi kacamata hitam. Umi menepuk bahu Aby pelan kemudian mengusapnya.

"Ajak Zara pulang, Aby. Sebentar lagi malam," tutur Umi lembut.

Aby mengangguk mengiyakan ucapan uminya.

"Zara diajak makan juga, dia belum makan daritadi. Juga.. gak nangis sama sekali. Nanti kamu coba bicara dengan dia, ya? Temenin Zara. Umi khawatir Zara lebih milih pendam semuanya. Itu gak baik buat kesehatan dia," ucap Umi lagi.

Aby terdiam. Sesaat setelahnya Aby mengangguk lagi. Umi dan yang lainnya pamit melalui Aby. Mereka mengerti sekarang ini Zara ingin menikmati waktunya sendiri. Setelah semua pulang, Aby melangkah mendekat lalu ikut berjongkok di samping Zara. Aby menyentuh pundak Zara pelan.

"Zara," panggil Aby lembut.

Zara tidak menjawab.

"Pulang, yuk," ajak Aby.

Zara menunduk sebentar kemudian mengangguk. Aby membantu Zara berdiri. Zara melangkah duluan ke mobil tanpa banyak bicara dan Aby mengikutinya dari belakang. Mobil melaju perlahan ketika mereka sudah duduk di kursi penumpang. Kepala Zara bersandar pada pintu mobil dengan tatapan entah mengarah kemana karena masih memakai kacamata hitam. Aby tidak dapat melihatnya.

Sampai ketika Aby melihat kepala Zara hampir terbentur pada pintu, tangan Aby dengan sigap memeganginya dan langsung memindahkannya ke pundak Aby. Aby melepaskan kacamata yang masih bertengger di wajah Zara. Aby dapat melihat Zara yang tertidur dengan damai. Selain itu, terdapat setitik air mata di ujung matanya. Bukannya Aby ikut merasa damai, Aby justru merasa sangat sakit menyaksikan Zara yang seolah tidak apa-apa. Mata Aby terasa panas sekarang.

"Kenapa gak dilepas, Ra," bisik Aby sangat pelan seraya mengusap air mata tersebut perlahan agar tak mengganggu tidur Zara.

"Pak, gak usah arah pulang. Kita muter-muter aja, sampai istri saya bangun," perintahnya pada sopir yang mengantarkan mereka.

Sopir tersebut mengangguk patuh menuruti permintaan tuannya. Mobil terus berjalan berjam-jam lamanya mengitari kota Palembang dengan Zara yang tertidur di pelukan Aby. Hingga pukul sepuluh malam, mobil baru berhenti di depan rumah Zara yang sudah sepi. Zara membuka matanya ketika merasakan mobil yang berhenti. Netranya langsung menangkap dada Aby yang membuatnya sontak menjauhkan kepalanya dari sana.

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang