Bagian empatbelas

17.5K 1K 12
                                    

Jangan lupa vote comment

Happy reading 🤍

__________


Ibu memeluk Zara sekali lagi. "Jaga rumah tangga kalian, ya." Ibu berbisik pelan pada Zara yang hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Ibu melepaskan pelukannya kemudian mencium kening Zara pelan. Zara tersenyum menatap ibunya yang entah kapan mereka bisa bertemu lagi. Mudah saja jika Zara ingin bertemu lagi, tetapi melihat kegiatan Aby sepertinya tidak semudah yang dibayangkan.

"Abah titip Zara sama kamu, Aby." Aby menegaskan ucapannya pada Aby. 

Aby mengangguk pelan menanggapi ucapan abah.

"Dadah Tante Zala." Isel berseru saat sudah di gendongan Reyhan. Isel juga melambaikan tangannya pada Zara.

"Dadah Isel," balas Zara dengan tangan yang melambai juga.

Rombongan dua keluarga itu sudah berjalan menjauhi Aby, Zara dan Raffa. Zara memperhatikan mereka sampai benar-benar menghilang dari pandangannya.

"Ayo pulang." Suara Aby menyadarkan lamunan Zara.

Zara mengangguk. Mereka bertiga berjalan beriringan menuju tempat parkir di bandara ini. Suasana bandara lumayan ramai membuat langkah mereka sedikit tersendat karena banyaknya orang yang berlalu lalang. Zara yang badannya kecil hampir saja tertinggal jauh dari Aby jika Aby tidak memegang tangannya saat Aby menyadari Zara yang kesulitan melangkah.

"Eh." Zara sedikit kaget begitu tangan Aby melingkar di pundaknya hingga kini mereka tidak berjarak. Bahkan pundak Zara yang tidak sengaja menempel di dada Aby, bisa merasakan detak jantung Aby yang berdetak lebih cepat.

"Kamu kepelanan jalannya," ujar Aby pelan yang hanya bisa didengar oleh Zara.

Aby berjalan cepat membelah kerumunan dengan cepat mengikuti Raffa di depan mereka yang sudah jauh dari jangkauan. Zara tidak tau apa yang membuat bandara seramai ini. Melihat poster-poster yang remaja sekitarnya bawa, sepertinya akan ada kedatangan selebriti luar negeri.

"Gue pulang duluan, Raf. Atau lo mau mampir?" Aby bertanya pada Raffa ketika mereka telah sampai di parkiran. Tangan Aby sudah tidak melingkar di pundak Zara lagi.

"Oke, hati-hati. Kapan-kapan aja gue mampir," sahut Raffa.

Aby mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil.
"Saya duluan, Pak Raffa," pamit Zara.

Raffa terdiam sejenak menatap Zara. Senyumannya terukir begitu saja. "Hati-hati," ujar Raffa tulus.

Zara mengangguk sopan pada Raffa lalu masuk ke dalam mobil menyusul Aby. Mobil sudah berjalan perlahan keluar dari bandara. Zara yang berada di kursi penumpang disamping Aby hanya diam dan melamun melihat pemandangan kota. Banyak hal yang dipikirkannya, termasuk tentang Aby. Sedangkan Aby, ia hanya fokus pada jalanan di depannya.

Keheningan tersebut berakhir saat mobil sudah terparkir di halaman rumah bergaya modern dua lantai. Seorang lelaki dan wanita paruh baya menghampiri mobil Aby begitu Aby dan Zara keluar dari mobil.

"Selamat datang Tuan dan Nyonya," sapa wanita itu hangat.

"Ini Bu Inar, yang akan membantu kamu di rumah. Lalu ini Pak Damar, sopir pribadi kamu. Mereka suami istri." Aby memperkenalkan sepasang suami istri tadi.

Zara tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.
"Zara."

Pak Damar membantu Aby menurunkan barang-barang di bagasi mobil. Hanya dua koper kecil milik Aby dan Zara.
"Biar saya saja yang bawa barangnya ke dalam, Tuan," ucap Pak Damar menawarkan diri.

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang