100 komentar, bisa?
Happy reading 🤍
__________
Jarak antara halte dan kafe cukup jauh sehingga Zara harus sedikit berlari kecil menuju kafe tempat bertemu dengan Alea. Dirinya sudah terlalu terlambat dari waktu yang Alea janjikan. Pintu kafe berdencing begitu ia membukanya. Zara langsung mendapati Alea yang sedang mengamati kegiatan di luar jendela di salah satu meja.
"Maaf, Al. Lama nunggunya, ya?" tanya Zara ketika sudah duduk di hadapan Alea.
Alea seketika menoleh. "Yaa lumayan lama, sih," jawab Alea sekenanya.
Alea membenarkan posisi duduknya lalu menghembuskan napasnya sekali. "Gue turut berduka cita, Zar. Maaf, gue gak dateng di acara pemakaman orang tua lo. Huft, padahal gue belum sempet ketemu," tutur Alea yang terdengar menyesal.
Zara tersenyum hangat. "Gak masalah. Walaupun belum ketemu, aku yakin Abah sama Ibu pasti ngerti temen baik aku ini."
"Gitu, ya.."
Mata Zara menangkap segelas jus jeruk di hadapannya. Zara melirik Alea sekilas.
"Buat lo itu, Zar," celetuk Alea yang mengerti maksud dari pandangan Zara.
"Makasih, Al," ucap Zara seraya menyeruput jus tersebut.
Alea menyipit memperhatikan Zara dari ujung ke ujung. Zara yang diperhatikan seperti itu meletakkan gelasnya kembali.
"Aby ngasih lo makan, gak, sih?" ceplos Alea asal.
"Kenapa emang?"
Alea menarik tangan Zara dan membandingkan tangannya dengan Zara. Alea menggeleng dan berdecak pelan.
"Lo makin kurus, Zar. Kemarin pas kita belanja bareng, perasaan gak sekurus ini deh. Duit Aby bisa tiba-tiba abis gitu?" cerocos Alea.
Zara menarik tangannya dari Alea kemudian ikut mencermati tangannya juga. Alea kembali memperhatikan wajah Zara dengan cermat.
"Ini pipi lo ikutan kempes juga tau."
Alea mengucapkan itu sambil tangannya terulur berniat menoel pipi Zara. Tetapi dengan reflek Zara memundurkan wajahnya. Melihat reaksi Zara yang berlebihan, membuat Alea mengernyitkan keningnya. Alea kembali menyandarkan tubuhnya pada bangku kemudian menyilangkan kedua tangannya.
Menyadari perubahan raut wajah Alea, Zara mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Kamu udah pesen makan? Kalo belum, aku aja yang pesen."Baru selesai berbicara, seorang pelayan menghampiri mereka dan menaruh dua piring pasta di hadapan mereka. Zara tersenyum kikuk pada pelayan tersebut lalu mengucapkan terima kasih.
"Mau—"
"Zar," potong Alea.
"Hm?"
"Lo belum cerita ke siapapun, kan?"
Zara diam. Alea dapat dengan mudah menebak karena tingkah Zara yang seperti menyembunyikan sesuatu. Alea berkata seperti itu mengingat orang terdekat Zara tidaklah banyak. Hanya kedua orang tuanya, Alea, dan Aby. Beberapa detik kemudian, Zara tersenyum tipis. Mungkin ini saatnya ia menceritakan semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahta Hati [End]
Roman d'amour*Follow my profile* Zara Aleena Sabiya (24 tahun), seorang sekretaris di salah satu perusahaan AB corp, dijodohkan dengan Abyan Nandana (27 tahun) pemilik AB corp, yang masih memiliki hubungan dengan kekasihnya-Shaquita Ayyara selama sembilan tahun...