Happy reading 🤍__________
Shasa menunduk dalam berusaha meredakan tangisnya sebelum Ken sampai. Ia sekarang sedang duduk di halte menunggu jemputan dari Ken. Untungnya halte sudah sepi di jam-jam seperti ini. Jadi Shasa bisa melepaskan tangisnya tanpa khawatir dengan orang di sekitarnya.
Ken datang setelah tiga puluh menit Shasa duduk di sana. Ken membuka kaca mobil untuk melihat Shasa. Namun Shasa belum menyadari kehadiran Ken. Ken membunyikan klakson mobil dua kali membuat Shasa tersentak kaget di tempat.
"Ish, kaget!" sungut Shasa dari jauh.
Ken terkekeh. "Lagian ngelamun mulu. Kesambet tau rasa lo."
Shasa mengusap matanya kasar lalu turun dari halte untuk masuk ke dalam mobil. Ken memperhatikan Shasa cukup lama setelah Shasa duduk di sampingnya. Hal itu membuat Shasa menoleh.
"Ngapain, sih? Ayok jalan," suruh Shasa.
"Lo abis nangis?" tanya Ken tiba-tiba.
Shasa memutar bola matanya. "Emang kenapa? Wajar kali kalo gue nangis."
Ken mulai melajukan mobilnya pelan. "Gak wajar. Lo jarang nangis, Sha," timpal Ken santai.
Shasa tidak menjawab. Ia lebih memilih menyandarkan kepalanya pada kursi mobil dan memperhatikan jalanan yang lengang. Tentunya Shasa masih memikirkan yang terjadi seharian ini. Hari dimana momen manis sekaligus rasa luka dilukiskan hanya dalam satu hari.
"Aby, ya?" celetuk Ken di tengah keheningan yang melanda mereka.
Shasa menghembuskan napas berat. "Gue udahan sama Aby." Shasa menjawab tanpa melihat Ken.
"Kenapa?"
"Gue yang bosen," sahut Shasa asal.
Ken tertawa kecil. Shasa menegakkan tubuhnya untuk mencari permen di dashboard. Setelah menemukannya, Shasa langsung membuka permen tersebut dan melahapnya.
"Lo kira gue percaya?"
Shasa mengendikkan bahunya acuh.
Ken berdesis pelan. "Namanya Zara. Bener, kan?"
Mendengar nama yang disebutkan Ken, Shasa langsung menoleh. "Bang, lo..."
"Gue tau baru-baru ini," ucapnya kemudian mendengus geli.
"Kenapa harus mereka yang ngusik keluarga gue lagi?" sambung Ken dengan pertanyaan.
"Bang," panggil Shasa dengan penekanan. Shasa mengerti maksud Ken. Ken itu nekat. Apapun akan ia lakukan jika miliknya sudah diusik.
Ken menoleh sekilas lalu pandangannya mengarah lurus ke depan lagi. "Aturannya, mereka usik punya kita, kita juga usik punya mereka."
"Abang! Lo kenapa, sih?" Shasa sedikit membentak Ken.
Ken diam. Matanya tetap lurus dan fokus menatap jalanan. Tetapi batinnya menggali memori yang telah lama ia kubur.
"Gue pernah kehilangan satu-satunya orang yang gue punya karena gue gak ngelakuin apa-apa saat itu."
Ken tersenyum tipis. "Kali ini gue lakuin itu lagi, Sha."
Shasa menggeleng. "Gak. Bukan salah lo, Bang. Ini kemauan gue sendiri."
"Lo mau karena terpaksa. Bisa-bisanya Aby mertahanin lo sedangkan dia udah punya istri. Udah beberapa bulan yang lalu, Sha. Gue beneran jaga lo gak, sih?" Suara Ken terdengar penuh penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahta Hati [End]
Romance*Follow my profile* Zara Aleena Sabiya (24 tahun), seorang sekretaris di salah satu perusahaan AB corp, dijodohkan dengan Abyan Nandana (27 tahun) pemilik AB corp, yang masih memiliki hubungan dengan kekasihnya-Shaquita Ayyara selama sembilan tahun...