PART 20 || ULANG-ULANG, BELUM DENGAR

89 11 3
                                    

Taman belakang. Disinilah keberadaan Aludra dan Adara. Adara mengajak Aludra berbicara 4 mata dengan Aludra.

"Jauhi Nadeem!" perintah Adara dengan menekankan setiap katanya.

"Aludra udah ngejauh dari kak Nadeem kok kak," ujar Aludra dengan lembut.

"Kenapa sih Nadeem bisa cinta sama Lo?" tanya Adara dengan serius.

"Aludra nggak tau kak, maaf kalo Aludra buat salah sama kakak. Aludra permisi dulu ya kak?" ujar Aludra lalu ia melenggang pergi meninggalkan Adara.

Adara tersenyum sinis, "liat aja kedepannya!"

🦖

"Tadi diapain Adara?" tanya Lina saat Aludra baru saja duduk di sampingnya.

"Cuma ditanya aja," ucap Aludra singkat.

"Mau makan apa? Biar sekalian gue pesenin!" ucap Lina.

"Samain aja deh," Lina mengangguk lalu beranjak menuju ke arah kantin untuk memesan makanan.

Aludra mengernyitkan dahinya ketika Ara dan Lana tak disini, biasanya mereka selalu kesini dahulu saat sudah mendengar kata kantin.

"ALUDRA!" teriak Ara dan Lana yang berjalan dari belakang Aludra.

Aludra menoleh ke belakang, tetapi tak berniat beranjak dari tempat duduk nya.

Ara dan Lana semakin mendekat, saat sudah dekat mereka berdua duduk di hadapan Aludra.

"Kenapa gue ditinggalin? Capek tau kesini lari-lari." ucap Ara dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Tau tuh, capek juga gue. Huftt." ujar Lana menimpali.

"Bukan Aludra yang ninggalin, tapi Aludra diajak Lina." ucap Aludra.

"Udah selesai gelud nya?" tanya Lina dengan membawa pesanan Aludra dan dirinya sendiri. Lalu ia duduk di saping Aludra.

"Udah, gue capek! Nih es jeruknya buat gue ya?" Tanpa menunggu jawaban Ara meneguk habis minuman entah itu punya siapa.

"Anjing Lo! Itu minuman gue bego!" maki Lina.

Ara hanya cengengesan tanpa berdosa, ya salah siapa yang ninggalin dia dan Lana yang adu bacot di lapangan?

Ara memasang wajah yang memelas, "gue haus, kalo gue mati kehausan gimana?"

"Bagus,"

Setelah itu, Lina menghabiskan baksonya tanpa mendengar bacotan dari saudara kembarnya dan Ara.

Devinisi kembar tetapi beda sifat. Yang satu judes, cuek, bodo amatan, pendiam, dingin. Sedangkan yang satu lagi petakilan, friendly ke semua orang, banyak bacot, ga punya urat malu.

Terkadang Lina juga berfikir, mengapa ia mempunyai saudara kembar seperti Lana? Yang sehari-harinya selalu membuat onar, suka membuat orang rumah darah tinggi karena ulahnya.

Bisa dibilang Lana mencerminkan sifat ayahnya dan ibunya yang petakilan, suka pembuat onar dan selalu membuat rusuh di rumah. Hanya Lina saja yang normal di dalam rumah itu.

"Gue saudara kembar Lo, kenapa Lo tinggalin? Salah gue apa?" Lina menghentikan aktivitas nya sejenak lalu memandang wajah Lana.

"Lebay," ucap Lina dengan bodoamat.

Aludra bingung dengan sikap saudara kembar itu, ia menoleh ke Lina dan Lana secara bergantian.

KYMBERLIANT ANNIE KASSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang