Aludra bergegas memakai seragam sekolahnya, lalu ke bawah dengan tergesa-gesa.
Aludra duduk di meja makan dengan anteng, semua orang yang berada di meja makan memperhatikan Aludra dengan detail.
Aludra hanya bersikap tak acuh dengan pandangan keluarganya. Ia hanya fokus ke sarapannya.
"Astaghfirullah, Lintang. Kamu niat sekolah atau nggak sih?" ucap bunda dengan keras.
"Lahh, bund. Kenapa dah?" tanya Lintang dengan cepat.
"Liat deh pakaian kamu, masa sekolah pakai pakaian bebas. Seragam kamu mana?" cecar bunda.
"Seragam? Seragam apaan, bund?" tanya Lintang dengan heran.
Bunda menepuk dahinya sendiri dengan halus, "kamu kan pindah sekolah, Lintang Abraham Attala."
Lintang mengernyitkan dahinya, "kapan?"
"Kamu belum tau?" Lintang menggeleng.
"ZHAFRANN!!!!" teriak bunda dengan kencang.
"Hmm?" Zhafran berdeham dari arah belakang bundanya.
Bunda pun berbalik badan dengan bersedekap dada, ia melipat kedua tangannya di depan dada.
"Lintang kenapa belum tau kalau pindah sekolah?" ucap bunda dengan sewot.
"Lintang emangnya pindah? Katanya kemarin nggak mau." elak Zhafran.
Lintang menyahut, "lahh, kak Zhafran kapan tanyanya? Kak Zhafran kan belum tanya."
"Sudah-sudah jangan gaduh. Sekarang makan dengan tenang. Jangan rame!" perintah bunda.
Aludra berdiri dari duduknya setelah meminum susunya, "Aludra udah selesai, Aludra berangkat ya?"
Semua orang dibuat melongo dengan Aludra, disaat semua orang gaduh. Aludra malah menghabiskan sarapannya dengan tenang.
"Bentar, kak Zhafran telepon dulu teman kakak." ucap Zhafran.
Setelah memutuskan telepon, Zhafran makan dengan tenang.
"Bentar lagi dia sampai, tunggu dulu aja." ucap Zhafran dengan dingin.
"Kenapa nggak kakak aja yang anterin Aludra?" eluh Aludra.
"Kakak meeting, Lintang juga." ucap Zhafran di sela-sela makannya.
Aludra menghela nafasnya dengan kasar, "yaudah deh, Aludra tungguin temannya kak Zhafran." putus Aludra.
Sepeninggalan Aludra, ayah dan bunda bertanya.
"Tumben masih pagi udah semangat sekolah." ucap ayah.
"Tadi bunda liat dia semangat banget, kayanya jam 02.00 dia udah bangun dan sampai sekarang belum tidur." ucap bunda.
"Ya, seharusnya begitu. Selepas shalat tahajjud seharusnya jangan tidur dulu, boleh kok sebenarnya tidur. Tapi nanti takutnya shalat Subuh nya nggak terlaksanakan." ucap ayah.
"Yang paling penting itu, selepas shalat Subuh jangan tidur. Nggak baik." lanjut ayah.
Mereka semua mengangguk, kecuali Lintang. Di raut muka Lintang terlihat kalau ia masih enggan untuk berbicara jikalau tak ada adiknya.
Ayah melirik Lintang lalu menghela nafas dengan panjang. Ketakutan istrinya sekarang menjadi nyata.
"Lintang?" panggil ayahnya dengan halus.
"Lintang mau ganti baju dulu. Abis itu berangkat e kantor." ucap Lintang dengan dingin.
Saat Lintang berjalan melewati ayahnya, tiba-tiba ayahnya mencekal pergelangan tangan Lintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KYMBERLIANT ANNIE KASSIA
Novela Juvenil[[BUDAYAKAN VOTE SETELAH MEMBACA] [REVISI KALO UDAH TAMAT] ••• "Kenapa kakak bohongin Aludra?" tanya Aludra di sela-sela isak tangisnya. "Kakak nggak bohongin kamu, kakak takut kamu tinggalin kakak kalau kamu tau kebenarannya." jelas Zhafran. "Kak L...