PART 9 || KE PANTAI

200 25 5
                                    

Bel pulang sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, semua murid berhamburan keluar kelas. Mereka semua lelah seharian ini memikirkan tentang pelajaran yang rumit-rumit, tetapi 4 siswi itu tetap santai dan tak terburu-buru.

Siapa lagi kalau bukan Aludra, Ara, Lana, dan Lina. Di saat teman mereka heboh dan terburu-buru untuk pulang tetapi mereka berempat memilih untuk menunggu kelas sepi, karena mereka tak suka berdesak-desakan yang akibatnya menimbulkan perdebatan.

Di saat Aludra melangkah keluar kelas dengan ketiga temannya ia berhenti karena mendapati Nadeem berdiri di depan pintu menunggu Aludra keluar kelas sambil memainkan hp nya.

Nadeem yang merasa sedang di perhatikan pin mengalihkan pandangannya ke orang tersebut, dan orang itu adalah Aludra. Nadeem tersenyum hangat ke gadis itu dan di balas senyuman juga oleh Aludra.

"Ara, Lana, Lina. Aludra duluan ya?" ucap Aludra dan di balas senyuman serta anggukan oleh mereka bertiga.

Aludra berjalan beriringan dengan Nadeem sambil mengayunkan kedua tangannya, tanpa sepengetahuan Aludra tiba-tiba tangan Nadeem menggenggam dengan tangan kanan Aludra dengan erat. Aludra yang merasa tangan kanannya tak bisa berayun dengan bebas pun melirik ke tangannya. Lalu Aludra menghentikan langkahnya, Nadeem mengikuti Aludra yang berhenti mendadak.

"Mm, kak Nadeem." ucap Aludra.

"Iya, ada apa?" tanya Nadeem. Sebenarnya ia tau kalau Aludra risih jika tangannya di genggam oleh Nadeem, tapi Nadeem ingin Aludra yang bicara sendiri.

"Mm tangan...kakak." ungkap Aludra grogi.

Nadeem tersenyum jahil. Entah mengapa sekarang ia punya hobi baru, yaitu menggoda Aludra.

"Emang kenapa? Toh, disini juga nggak ada yang tau. Atau gue harus tanggung jawab karena pegang tangan Lo? tanya Nadeem sungguh-sungguh.

Aludra mendadak cengo, ia benar-benar tak mengerti perkataan Nadeem. Saat Nadeem memandangnya dengan intens, Aludra sadar.

"Tanggung jawab gimana kak?" tanya Aludra sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Nadeem. Sedangkan Nadeem mengerti bahwa Aludra sedang mencoba melepaskan genggaman tangannya.

"Nggak usah di lepas, gue nyaman." ucap Nadeem.

"Tapi kak...kita kan bukan muhrim." tolak Aludra dengan halus.

"Yaudah, yuk ke KUA!" seru Nadeem semangat.

"Hahh? Ngapain ke KUA kak?" tanya Aludra dengan sedikit berteriak.

"Nikah sama gue!" ucap Nadeem dengan entengnya.

Aludra hanya diam tak merespon, mengapa dia terpojokkan seperti ini? Niatnya hanya ingin melepaskan genggaman tangannya tapi mengapa sampai harus menikah?

"Kenapa diem?" tanya Nadeem.

Nadeem merasa ada yang janggal dari Aludra, Aludra diam tak berkutik. Apa karena perkataan nya tadi?

"Nggak usah di pikirin, itu cuma halusinasi gue. Tapi kalo Lo mau sih nggak papa, kita komitmenan aja. Gimana?" tawar Nadeem.

"Komitmen itu apa kak?" tanya Aludra.

Mengapa ia harus berhadapan dengan gadis santri seperti Aludra? Tapi setelah di pikir-pikir memang Nadeem menyukai Aludra, tidak bisa di pungkiri ia menyukai Aludra.

"Kak?" tanya Aludra lagi.

Entah mengapa ia cengo di hadapan gadis polos dan berhijab itu.

"Ehh, kenapa?" tanya Nadeem setelah sadar dari lamunannya.

"Komitmen itu apa kak?" tanya Aludra.

KYMBERLIANT ANNIE KASSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang