Aludra merebahkan tubuh Zhafran ke kamar Zhafran lalu mengambil air kompresan untuk mengompres kakaknya itu.
Setelah mengambil air kompresan, Aludra kembali ke kamar kakaknya lalu duduk di tepi ranjang Zhafran lalu mengompres dahi Zhafran dengan telaten.
"Kenapa bisa kaya gini sih, kak?" tanya Aludra.
Zhafran tersenyum simpul saat Aludra memperhatikan dirinya.
"Kakak nggak papa kok, kakak cuma kecapean. Aludra nggak usah khawatir ya?" bujuk Zhafran sambil mengusap ujung kepala Aludra yang masih tertutup hijab nya.
"Kakak jangan kecapean, nanti sakit lagi." ucap Aludra dengan mengerucutkan bibirnya.
Zhafran sebenarnya gemas dengan tingkah laku Aludra, tetapi ia harus menahan tidak menggoda adiknya itu.
"Udah nggak usah di gituin bibirnya, Aludra tambah jelek tau gak?" ucap Zhafran.
"Masa sih?" Zhafran hanya terkekeh dengan ucapan Aludra yang sangat polos dan lugu itu.
"Masih lama ngompresnya?" Aludra mengangguk.
"Kalo ngompresnya udah selesai jangan keluar ya? Tidur sama kakak, oke?" Aludra mengangguk.
Setelah mengompres sekitar 5 menit, Aludra membawa baskom beserta alat kompresnya ke dapur.
Lalu ia kembali ke kamar Zhafran dan merebahkan tubuhnya di samping kakaknya itu.
"Hijabnya nggak dilepas, dek?" tanya Zhafran.
"Iya kak, Aludra lepas dulu ya?" Zhafran mengangguk.
Aludra berjalan ke meja rias yang berada di kamar Zhafran lalu melepas hijabnya dan tak lupa ia juga menyisir rambut nya.
Zhafran menatap adik bungsunya dengan kagum, menurut Zhafran, Aludra cantik ketika rambutnya yang berwarna hitam agak kemerahan itu terurai panjang. Tetapi Aludra tak mau memperlihatkan mahkotanya ke sembarang orang, rambut termasuk mahkota bukan? Maka dari itu Aludra menutupi mahkotanya dengan hijab.
Lagipula rambut juga aurat kan? Jika Aludra mengumbar rambutnya terurai sama saja membuka auratnya.
"Udah selesai kak." ucap Aludra dengan halus lalu menghampiri Zhafran yang masih merebahkan tubuhnya.
"Sini!" ucap Zhafran sembari menepuk ranjangnya.
Aludra berjalan menghampiri Zhafran lalu merebahkan tubuhnya di samping Zhafran. Dan tak lupa Zhafran memeluk erat tubuh mungil Aludra.
Aludra ingin mendusel-dusel ke leher jenjang Zhafran, tetapi dilarang keras oleh kakaknya itu.
"Jangan di leher." ucap Zhafran dengan dingin.
"Kenapa kak? Kan Aludra adik kakak." ucap Aludra.
"Leher kakak cuma buat istri kakak kelak, dek." Dahi Aludra mengernyitkan dahinya bingung.
"Kenapa?" tanya Aludra lagi.
"Kalo Aludra yang mendusel-dusel ke leher kakak, nanti berakhir dengan fatal. Paham?" Aludra menggeleng.
Zhafran menghela nafas kasar, "intinya nggak boleh, sekarang Aludra tidur ya? Udah malam. Besok sekolah." titah Zhafran.
"Besok Minggu, gimana kalo besok kita jalan-jalan kak?" tanya Aludra antusias.
"Oke, besok ya?" tanya Zhafran memastikan.
"Ke pantai ya kak? Liat sunset sama sunrise." Zhafran kembali mengangguk.
"Iya, setelah shalat Subuh nanti kita berangkat. Jangan kasih tau Lintang, nanti dia ngikut." ancam Zhafran.
Bukan apa-apa, ia hanya takut jikalau Lintang ikut serta ia akan menghabiskan uang Zhafran. Memang uang Zhafran banyak, tetapi masalahnya Lintang kalau berbelanja itu seperti emak-emak. Apalagi selalu beli mainan Spongebob Squarepants yang harganya mahal, belum belanja seperti skincare layaknya perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KYMBERLIANT ANNIE KASSIA
Novela Juvenil[[BUDAYAKAN VOTE SETELAH MEMBACA] [REVISI KALO UDAH TAMAT] ••• "Kenapa kakak bohongin Aludra?" tanya Aludra di sela-sela isak tangisnya. "Kakak nggak bohongin kamu, kakak takut kamu tinggalin kakak kalau kamu tau kebenarannya." jelas Zhafran. "Kak L...