PART 44 || PENYESALAN

193 13 5
                                    

Zhafran termenung di samping brankar Aludra sambil memegang telapak tangan Aludra yang sangat dingin.

Lintang menepuk pundak kakaknya itu, "biarin aludra pergi kak, mungkin Allah lebih sayang dia makanya Aludra cepet pulang,"

Zhafran menggeleng, "seandainya hari itu gue omong lebih awal, mungkin Aludra masih hidup. Dia nggak mungkin tinggalin kakak, iya kan?"

Lintang menatap kasihan ke kakaknya itu. Andai saja Lintang tak ingat tentang pesan Aludra, mungkin sekarang ia akan ikut menangis.

"Udah kak, jangan nangis. Nanti Aludra sedih liat kakaknya nangis. Lebih baik kakak liat bunda, bunda tadi pingsan," bujuk Lintang agar Zhafran pergi. Bukannya Lintang mengusir kakaknya, tetapi ia ingin ruang untuk bercerita dengan adik nya, ralat. Adik angkatnya.

"Apa kakak perlu kursi roda? Badan kakak lemes banget," ucap Lintang dengan khawatir.

Zhafran langsung berdiri, "Lo kira gue cowok apaan? Nih liat, gue bisa jalan sendiri!" sentak Zhafran

"Jagain Aludra, gue ke ruang bunda dulu," ucap Zhafran sambil berjalan ke luar ruangan Aludra.

Lintang terkekeh melihat sikap Zhafran yang menyebalkan itu kembali.

Lintang duduk di kursi dekat brankar Aludra yang tadi menjadi tempat duduk Zhafran.

"Kak Lintang ikhlasin Aludra pergi, yang tenang ya disana," ucap Lintang sembari mengusap tangan Aludra dengan halus.

Lintang merasa ada yang janggal, kenapa hatinya merasa bahwa dihadapannya ini bukan adiknya?

Tetapi ia menepis kasar perasaan nya itu.

•••

"Yah, bunda nggak papa, kan?" tanya Zhafran ke Fadhil-ayahnya.

Fadhil tersenyum hangat, "bunda udah nggak papa, biarin bunda tidur dulu ya? Persiapkan diri kamu nanti untuk pemakaman Aludra," ucap Fadhil dengan lugas.

"Yah," panggil Zhafran ke Fadhil.

"Ayah juga belum ikhlas, tapi kamu ingat dengan perkataan Aludra pas ulang tahun, kan?" Zhafran mengangguk.

"A...Aludra," ucap seseorang dengan lirih.

Fadhil dan Zhafran menengok kearah brankar, tepatnya ke seorang wanita paruh baya yang merebahkan badannya.

Lalu, Fadhil dan Zhafran pun berlari menuju kearah brankar.

"Bunda udah sadar?" tanya Zhafran dengan khawatir.

"Bunda nggak papa?" tanya Fadhil.

Kinara mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang inapnya, "Aludra, kemana?"

Fadhil dan Zhafran saling pandang terlebih dahulu, lalu mereka menghembuskan nafasnya dengan pelan lalu mengangguk.

"Aludra udah meninggal, bun," ucap Zhafran sambil menundukkan kepalanya.

"Nggak mungkin. Aludra masih hidup, kan, yah?" tanya Kinara pada Fadhil.

Fadhil hanya menggeleng, "Aludra udah meninggal, bund," ucap Fadhil.

"Jadi, bener Aludra meninggal? Tadi Aludra sempat datang ke mimpi bunda. Dia ngelambain tangannya, lalu hilang," ucap Kinara sambil menahan tangisnya.

KYMBERLIANT ANNIE KASSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang