17. The Burrow

1.7K 300 33
                                    

Freya terbangun tepat pukul 3 pagi. Sudah berminggu-minggu semenjak liburan musim panas, ia selalu mendapat mimpi yang sama, tiap malamnya. Mimpi yang buruk dan membuat Freya sedikit gelisah tiap ia terbangun

Yang ia ingat dari mimpinya hanyalah, ia melihat sebuah ular yang sangat besar tengah bergerak memasuki sebuah rumah entah itu sebuah kastil, Freya tak ingat. Pandangannya sedikit kabur dan yang ia ingat akhirnya sebelum ia tersentak bangun adalah sebuah cahaya hijau yang menyilaukan matanya. Membuatnya teringat akan kejadian malam itu. Freya tentunya tahu cahaya apa dan mantra apa yang mengeluarkan cahaya itu.

Seperti malam-malam sebelumnya, ia akan turun ke lantai bawah, meninggalkan Ginny yang terlelap sendirian di kamarnya. Freya tak lupa membawa selimut rajut buatan Molly, yang kini menjadi selimut kesayangannya dan ia tak bisa tidur tanpa selimut hangat itu.

Gadis itu berjalan berjingkat-jingkat dan menuju ruang tamu. Ia akan tidur di sofa, tujuan terakhirnya jika ia tidak bisa tidur. Namun, langkahnya terhenti sekejap. Ia menatap heran ke sebuah sofa lainnya yang berada di sebrang sofa yang ia biasa tiduri.

"George?" Gumamnya pelan.

Laki-laki itu tidur meringkuk di atas sofa yang bahkan ukurannya lebih kecil dan tubuhnya yang tinggi itu. Padahal sofa yang biasanya Freya tiduri ini lebih panjang, kenapa George tidak tidur disitu saja?

Freya melempar bantalnya ke atas sofa dan berbaring disana. Ia menatap langit-langit sekejap sebelum akhirnya ia merubah posisinya. Kini ia tengah menatap George yang juga tidur menghadapnya.

Manik matanya menangkap sebuah selimut yang tergeletak di atas lantai. Selimut rajut milik George yang kembaran dengan selimut milik Freya, karena memang selimut ini awalnya untk Fred, tapi Molly lebih memberikannya untuk Freya akhirnya. Gadis itu bangkit lagi dari baringnya, ia berjalan mendekati sofa dimana George terlelap. Ia memungut selimut itu dan menyelimuti tubuh George yang masih setiap meringkuk.

Freya berjongkok, menatap lamat-lamat wajah George yang terlihat tenang namun tidak dengan suaranya, ia mendengkur sangat keras. Kemudian mengusap lembut rambut merah laki-laki itu yang ia biarkan panjang dengan tersenyum-senyum aneh.

Ia kemudian terdiam. Tenggelam dalam pikirannya sendiri. Jemarinya terus mengusap-ngusap lembut rahang George. Freya tersenyum samar dan tulus.

"Terima kasih, George. Terima kasih, telah menyelamatkanku hari itu." Ujarnya sangat pelan, nyaris berbisik.

Kemudian gadis itu bangkit dan kembali ke sofa tempat tidurnya. Ia kemudian terlelap dengan posisi yang bertatapan dengan George. Ia sama sekali tak terusik dengan dengkuran George.

***

George merenggangkan tubuhnya yang terasa sangat kaku dan pegal karena tempat yang ia tiduri. Ia menatap sekelilingnya yang sudah lumayan terang karena matahari yang mulai naik. Ia menggosok matanya yang terasa masih berat.

Seakan teringat tujuannya untuk tidur di ruang tamu malam tadi, ia langsung menoleh menatap sofa di sebrangnya. Ia tersenyum samar, karena melihat selimut rajut milik Freya masih disana dan sudah terlipat rapi.

George bangkit, hendak mencari gadis itu. Aneh saja, biasanya jam segini dia belum bangun begitu pula dengan George. Anak-anak Weasley yang lain juga sepertinya masih terlelap.

Namun, ada hal aneh yang George rasakan. Rumahnya begitu tenang. Biasanya ibunya pagi-pagi sudah asik berkemas dengan sihir-sihirnya yang membuat benda-benda bergerak sendiri. Tapi, pagi ini tak ada. Ia hanya mendengar suara alat masak dari dapur.

"Mom... tumben sekali Mom tidak—Freya?" George menatap heran ke arah Freya yang ternyata gadis itu lah yang berada di dapur.

"Apa?" Tanyanya sambil mengolesi roti dengan mentega. Ia tengah membakar roti, lebih tepatnya membuat sarapan untuk mereka semua.

Freya [xGeorge Weasley]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang