Sudah lima bulan semenjak para pelahap maut menyerang kediaman keluarga Weasley dan merusak acara indah mereka malam itu.
Jatuhnya kementerian sihir ke dalam tangan Voldemort dan para pelahap maut, membuat banyak penyihir yang akhirnya memilih sembunyi.
Terutama para anggota orde yang tentunya diawasi oleh pelahap maut karena Harry Potter berhubungan dengan anggota orde.
Para Keluarga Weasley yang juga menjadi target karena status darah mereka sebagai darah-penghianat, bagi para pelahap maut dan darah murni lainnya. Mereka terpaksa meninggalkan rumah dan bersembunyi di bawah tanah sehingga pelahap maut tak dapa menjumpai mereka.
Remus dan Tonks tentu saja juga menjadi incaran. Keduanya merupakan anggota Orde. Ditambah, Remus yang merupakan seorang Lycanthropy, dan malah berdiri di kubu Harry Potter disaat para Lycanthropy yang lain memilih untuk menaruh kesetiaannya pada Voldemort.
Tapi untungnya, Desa Penyihir Barat, tempat Remus tinggal, tidak pernah tercatat di kementerian. Para pelahap maut juga tak pernah tahu tempat itu. Para penyihir disana betul-betul membangun komunitas untuk mereka saja dan memutus hubungan dengan dunia sihir diluar sana. Seluruh desa sudah diberi pelindung yang semakin kuat begitu mendengar kementerian telah jatuh.
Remus bersyukur akan hal ini. Setidaknya ia aman disini, bersama Tonks yang tengah mengandung.
Tapi, Remus sejujurnya juga sangat takut jika anaknya nanti menjadi sepertinya. Ia tak mau merusak kehidupan anaknya.
Pikirannya semakin kacau karena sampai detik ini, ia tak bisa menemukan Freya dan tak mendapatkan kabar apapun tentang gadis itu. Tonks mengerti akan hal itu. Ia kerap sekali menenangkan Remus yang kelihatannya kalut selama lima bulan ini. Tapi, pria itu akan langsung tersenyum hangat begitu melihat Tonks. Karena Remus tak mau Tonks juga kepikiran dan membuat istrinya yang tengah hamil itu stress.
Tonks sangat mengerti hubungan keduanya. Mereka memang tak sedarah tapi Remus dan Freya adalah sosok ayah dan anak sejati. Jadi, wajar saja Remus bersikap seperti itu setelah gadis itu menghilang.
Ia juga tahu bagaimana Freya menemani Remus saat laki-laki itu kehilangan arahanya ketika sahabatnya meninggal dan yang satu dipenjara. Tanpa keluarga yang tersisa dan tanpa teman.
Tonks mengusap bahu suaminya itu. "Aku yakin dia baik-baik saja. Meski... Bellatrix yang menculiknya malam itu. Aku rasa Freya baik-baik saja." Ucapnya dengan nada penuh keyakinan. Meski dalam otak dan hatinya berpikir sebaliknya.
Bellatrix Lestrange tak mempunyai hati dan otak untuk mengasihani. Ia bahkan membunuh sepupunya sendiri tanpa ragu, ia membunuh Sirius Black. Ia bahkan juga menyerang keponakannya sendiri, Tonks, saat mereka di kementerian sihir.
Tonks benar-benar berharap Freya baik-baik saja.
Meski dalam pikirannya, siapalah Freya bagi Bellatrix Lestrange? Gadis itu bukan siapa-siapanya, sebab keluarganya sendiri saja dibunuh oleh Bellatrix. Apalagi Freya?
Remus tersenyum samar. Kepalanya terasa pusing sekali.
"Ya... aku harap begitu." Jawabnya sudah pasrah.
Tonks mengusap wajah Remus, suaminya itu terlihat muram sekali. "Aku rasa Bellatrix menahan Freya karena ia adalah keluarga Harry dan untuk memancing Harry keluar dari persembunyiannya. Bukan begitu? Jadi Bellatrix, pasti tak akan menyakitinya sebelum Harry betul-betul muncul." Katanya dengan lembut.
Remus meraih tangan istrinya itu dan meletakkan dipipinya. Ia menatap dalam ke arah Tonks. Rasanya sulit sekali menyimpan beban ini sendirian. Ia selalu kepikiran dan resah setiap saat karena memikirkan nasib putrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freya [xGeorge Weasley]
FantasíaNot 100% sama dengan Harry Potter yang asli ya. Karakter asli tetap milik JKR.... Penasaran? Yuk kepoin baca langsung... Spoilernya, Freya Ivy... anaknya Daddy Lupin