"Aku tak bisa, Profesor!" Freya membantah dengan cepat.
"Kau hanya perlu mengawasinya, Freya."
"Bukankah Profesor Snape yang mengawasinya? Bahkan Profesor Snape juga sudah membuat Sumpah Tak Terlanggar dengan ibunya Draco!"
"Ya, tapi Profesor Snape tak mungkin mengikutinya terus-menerus. Kau seorang murid, apalagi Slytherin dan Gryffindor sering mendapatkan kelas yang sama. Jadi mudah untukmu mengawasinya," Dumbledore melirik sekilas ke arah Snape yang berdiri di sudut ruangan, "—kita hanya perlu mencari tahu, dengan apa Draco berkomunikasi dengan para pelahap maut. Sebab kurasa, ia tengah berusaha mencari cara untuk memasukkan para pelahap maut ke dalam kastil, jika ia tak juga berhasil membunuhku."
Freya memandang sedih ke arah Profesor Dumbledore. Kepala sekolahnya itu memberitahunya segala hal yang ia tahu, ia memasukkan Freya ke dalam rencananya dan juga Snape.
"Dia bisa membunuhmu kapanpun dia mau, Prof. Aku rasa, mungkin ia tak perlu membawa pelahap maut masuk ke kastil jika ia berhasil membunuhmu secepatnya."
Snape berdehem sebelum akhirnya ia membuka suara. "The Dark Lord marah pada Lucius karena gagal dalam menjalankan rencananya tahun lalu, saat di departemen sihir. Ia membuat Draco membayar atas kegagalan ayahnya sendiri. Jika Draco gagal, The Dark Lord akan membunuhnya dan seluruh keluarganya," ia menatap Freya dengan lamat, "—Draco tak punya pilihan. Dia bahkan gugup dan takut akan tindakan yang akan dia lakukan. Aku dan Dumbledore yakin dia tak akan membunuh Dumbledore karena ia sudah ketakutan dari awal. Dan aku yakin ia akan menunggu pelahap maut untuk datang."
Dumbledore kembali menatap Freya. "Kau hanya perlu mencari tahu bagaimana caranya ia membawa atau berkomukasi dengan pelahap maut, Frey. Dengan begitu, kita bisa tahu kapan mereka akan mulai bergerak. Setidaknya sampai saat itu, aku akan menggunakan waktu sebaik mungkin untuk mencari Horcrux yang tersisa, atau bahkan mendapatkan jumlah pasti dari Horcruxnya."
Freya menegakkan tubuhnya. Ia memandang serius ke arah Dumbledore. "Horcrux? Yang tersisa? Memangnya ada berapa banyak Horcrux yang ia ciptakan?"
"Aku tak tahu. Tapi sejauh ini, aku baru menemukan 2. Harry menghancurkan buku Harian Tom saat tahun kedua, yang mana buku itu adalah Horcrux. Dan aku menemukan cincin ibunya Tom, aku menghancurkannya tapi aku malah terkena kutukannya." Dumbledore menunjukkan tangannya yang telah menghitam kepada Freya.
Freya meringis melihat tangan Dumbledore. Kemudian ia menatap kepala sekolahnya itu. "Kau bilang, kau menghancurkan Horcruxnya? Bagaimana caranya?"
Tanya gadis itu. Ia bisa melakukan cara yang sama bukan? Untuk menghancurkan Horcrux di dirinya sendiri?
Dumbledore mengerti arah pembicaraan Freya. Ia menghela nafasnya. "Akan kuberitahu jika kau menjalankan tugas yang kuperintahkan tadi."
Freya menelan salivanya sendiri. Akhirnya ia mengangguk, menyetujui untuk mengawasi Si Anak Malfoy itu. Snape menatap Dumbledore sejenak, kemudian ia melangkah pergi meninggalkan keduanya, setelah Freya setuju untuk masuk dalam rencana.
Lalu kemudian, Dumbledore memberitahu Freya bagaimana caranya ia menghancurkan Horcrux dan hal itu membuat Freya yakin, kalau dia memang akan ikut musnah bersamaan dengan Horcrux di dirinya.
Gadis itu meremas jemarinya, ia kemudian berdehem. "—jika itu satu-satunya caranya... Baiklah." Katanya dengan nada tercekat. Lalu ia memandang Dumbledore dengan cemas. "—tapi, Profesor, apa kau akan diam saja karena Voldemort mencoba untuk membunuhmu?"
Dumbledore mengangkat bahunya. "Lagipula aku sudah cukup tua, Freya. Dan... kutukan dari cincin itu akan menyebar ke seluruh tubuhku, jika Snape tidak membantuku dalam memperlambat kutukannya, aku sudah mati sejak beberapa bulan yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Freya [xGeorge Weasley]
FantezieNot 100% sama dengan Harry Potter yang asli ya. Karakter asli tetap milik JKR.... Penasaran? Yuk kepoin baca langsung... Spoilernya, Freya Ivy... anaknya Daddy Lupin