"Albus... ini masalah yang serius. Bagaimana bisa pelahap maut masuk ke kastil!" Profesor McGonagall menatap khawatir setelah mendengar cerita dari Freya tentang kejadian yang menimpa dirinya. Tepatnya sebelum ia dijatuhkan dari menara.
Dumbledore terdiam, ia pikir, mungkin ada murid yang sengaja mendorong Freya. Mengingat hal yang gadis itu lakukan sebelumnya. Bisa jadi Parkinson, tapi dugaannya salah. Ini justru lebih besar dari itu.
"Seorang pelahap maut bisa memasuki Hogwarts? Itu menjadi pertanda kalau sekolah kita tak aman, Albus." Lanjut Profesor McGonagall.
Freya hanya memandang heran kepada dua professor dihadapannya. Karena semenjak ia bersekolah di Hogwart, rasanya setiap tahun, Hogwarts selalu tak aman! Bukan karena kejadian ini saja.
Dumbledore menatap Profesor McGonagall. "Tenanglah, Minerva. Aku yakin ia memiliki rencana yang khusus sehingga ia mengatur semuanya dengan begitu rapi, dia bahkan bisa melewati keamanan sekolah entah bagaimana caranya," Profesor Dumbledore menatap Freya, "—apa kau ingat wajah dan namanya, Freya?"
Freya mengangguk ragu. "Wajahnya aku ingat, Prof. Tapi aku tak tahu namanya. Dia tak pernah menyebutkan."
Profesor McGonagall menatapnya. "Apa kau bisa menyebutkan ciri-cirinya?"
"Eum... badannya kurus. Rambutnya juga sedikit panjang, ia memiliki poni. Matanya besar... ah ya! Dia selalu mendesis-desis seperti ular. Ia sering mengeluarkan lidahnya. Aku tak tahu apa yang ia lakukan itu." Ujarnya. Profesor McGonagall tampak bingung, ia taka da gambaran siapa yang dimaksud Freya. Namun, tampaknya Dumbledore punya satu nama yang cocok dengan sosok yang dimaksud Freya, tapi ia tak mengungkapkannya. Karena ia masih sedikit ragu.
"Baiklah, Freya. Kau bisa kembali ke asramamu." Ujar Dumbledore.
Freya mengangguk dan hendak pergi, namun langkahnya terhenti saat Profesor Dumbledore memanggilnya.
"Ya, Prof?"
"Selamat datang kembali."
Freya tersenyum, "Terima kasih, Prof." Gadis itu menatap Profesor McGonagall kemudian, kepala asramanya itu langsung memeluknya dan mengatakan hal yang sama seperti Dumbledore.
"Selamat datang kembali, Freya. Aku senang kau sudah sadar dan maaf karena kau harus mengalami kejadian tak mengenakkan ini."
Freya menggeleng. "Kau tak perlu menyalahkan dirimu, Profesor McGonagall. Ini semua terjadi bukan karenamu, ini salahku. Tapi, aku sangat berterima kasih karena kau tak mengurangin poin asrama, Prof. Aku sudah takut terkena amukan anak-anak Gryffindor."
"Ya, aku memberi bonus atas kejadian itu. Aku shock saat melihat kondisimu malam itu, kau sempat meninggal, Freya." Ujarnya dengan rasa bersalah. Wajah tua professor wanita itu terlihat kelelahan beberapa hari ini. Ia menyalahkan hal-hal yang terjadi pada Freya karena dirinya. Kini ia lega gadis itu sudah sadar, tanpa perlu mereka bertindak mengembalikan gadis itu ke Danau Hitam yang pastinya akan menjadi beban baru bagi Profesor McGonagall karena rasa bersalah.
"Aku permisi dulu. Terima kasih, Profesor." Ucap Freya berpamitan pada kedua professor itu.
Freya keluar dari ruangan Profesor Dumbledore. Ia menenteng sepatu dan kaus kakinya yang ia ambil juga di sana, setelah Dumbledore menunjukkan dimana ia menyimpan sepatu Freya. Namun, Freya masih tak kunjung menemukan tongkatnya. Dumbledore bilang ia tak melihat keberadaan tongkat Freya. Jadi, gadis itu berasumsi, mungkin tongkatnya masih di menara astronomi saat pelahap maut yang tak ia tahu namanya itu menjatuhkan tongkat Freya. Ia akan mengecek kesana nanti. Bersama George tentunya, ia akan menyeret paksa laki-laki itu jika tak mau menemani Freya ke menara astronomi. Freya sedikit takut kesana kalau sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freya [xGeorge Weasley]
FantasíaNot 100% sama dengan Harry Potter yang asli ya. Karakter asli tetap milik JKR.... Penasaran? Yuk kepoin baca langsung... Spoilernya, Freya Ivy... anaknya Daddy Lupin