21. Permainan Api Unggun
Malam semakin larut. Cahaya rembulan menyorot tepat ke halaman villa. Tanpa mereka ubah menjadi tempat yang indah pun, halaman ini sudah sangat nyaman untuk menjadi tempat berbagi kasih.Suhu udara malam di Lembang terasa dingin menusuk tulang. Semilir angin yang tertiup lembut, selalu menjadi pelengkap acara bermalam.
Robby, Radhit, dan Julian tengah berkutat dengan tumpukan ranting yang tersusun acak di tengah halaman.
"Ini kenapa nggak nyala-nyala sih?" oceh Robby seraya menyalakan api lewat sebuah kertas bekas gorengan.
"Gue nggak ngerti begini-beginian ah. It's so hot!"
"Ya sama gue juga. Nyalain kompor aja kagak bisa. Lah ini, disuruh nyalain api segede gaban." Julian berdiri, memutar pandangannya mencari seseorang.
"Woi, Aksa!"
Aksa yang sedang bermain game online di ayunan lapuk warna putih menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya.
"Sini bantuin! Kan lu anak alam ni, udah biasa kali mainan yang beginian."
Aksa jadi menutup gamenya lalu berdiri, berlenggang menghampiri keberadaan teman-temannya dengan tangan yang mengerat di saku jaket.
"Kalian mau bikin api unggun atau bakar sampah sih? Banyak banget sampahnya."
Julian menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Biasanya kan kalau nyalain api lebih gampang pake kertas."
"Ya tapi ini kebanyakan, Jul."
"Kok nggak nyala-nyala sih?" Nayya yang baru saja mengambil mentega dari dalam tiba-tiba berdiri di samping Radhit tanpa menyadari keberadaan Aksa di sana.
"Payah emang si Robby mah," ejek Julian menggelengkan kepala meremehkan.
"Lu juga sama aja!" ejek gadis itu menyimpan satu bungkus mentega di atas meja tempat jagung di letakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
3PA1 : Classmate
Teen Fiction[FOLLOW YA SEBELUM BACA] 3PA1 itu kelas yang sulit di definisikan. Kelas yang dikenal dengan kelas unggulan ini kaku dan nggak menarik sama sekali. Hingga kelas lain menjulukinya kelas ghaib, karena nggak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Satu kela...