14. Perfect Classmate

22.6K 3.2K 314
                                    

14

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




14. Perfect Classmate


"Kalau peluk boleh?" tanyanya lagi.

Saga terkesiap, membuka matanya lebar, "iyy–iya nggak boleh lah! Nanti kalau ada yang ngira kita pacaran gimana?" jawabnya gelagapan sendiri.

Pemuda itu langsung menutup kembali kaca helmnya, ia tidak mau jika Nayya melihat wajah paniknya yang mungkin sudah memias sekarang.

Nayya malah tertawa, "santai bos. Iya nggak bakalan kok, gue bercanda aja," katanya memukul pelan pundak Saga.

Saga menarik napas dalam, merasakan jantungnya yang semakin berdesir. Matanya tak henti mengamati gadis di belakang yang masih tertawa.

Angin yang berhembus kencang membuat rambut Nayya berterbangan, memperlihatkan wajah bulatnya dengan jelas. Saga yang melihat itu hanya mengulum bibir menahan tawa sesaat sebelum mengembalikan pandangan lurus ke jalanan.

===) . (===

Saga membuka kaca helmnya kembali, melirik kaca spion. "Belok kanan atau kiri, Nay?" tanya Saga saat di hadapannya ada dua arah.

"APA? NGGAK KEDENGERAN," jawab Nayya kencang. Ucapan Saga terdengar samar karena suara mereka dimakan angin.

Lagi-lagi Saga mengulum bibirnya menatap Nayya yang tampak menggemaskan ketika angin menerpa wajahnya. Matanya yang menyipit, dan rambutnya yang sudah terlihat kacau-balau.

Saga menggelengkan kepalanya cepat, segera sadar dari lamunannya. Bisa-bisa mereka kecelakaan jika pikiran Saga terus berkeliaran kemana-mana. Ah sial, kenapa semua tentang Nayya tidak pernah membosankan bagi Saga?

"BELOK KIRI ATAU KANAN?"

"NGGAK KEDENGERAN SAGA!"

Saga berdecak, menyisikan motornya ke trotoar di jalanan. Pemuda itu merogoh hp di saku lalu mulai merundukkan kepalanya.

"Kenapa, Sag?"

Saga tak menjawab. Dasar kulkas, batin Nayya. Nayya menghela napas lalu menggelengkan kepalanya. Harus banyak istighfar Nayya jika bersama Saga.

"Gila ya lo, Nay!" kata Saga sambil membuka helmnya.

Nayya mengernyit tak paham, "hah? Gue nggak kedengeran jadi gue teriak-teriak," jelas Nayya.

"Bukan itu." Saga menunjukan layar hpnya kearah belakang, "nih."

"Desa Kamboja?"

"Lo gila apa? Desa Kamboja itu jauh, dan butuh waktu 2 jam buat kita nyampe sana. Lo tiap hari PP?" tanya Saga menarik hpnya kembali dari wajah Nayya.

Nayya malah tertawa terbahak-bahak, "lo sok tahu sih. Gue nggak balik kesana. Gue balik ke kosan."

Saga terlonjak kaget dengan jawaban gadis itu, ia melebarkan matanya sempurna. "Kenapa lo nggak bilang?" sergah Saga.

3PA1 : ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang