2. Frustasi

34.8K 4.1K 731
                                    

2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







2. Frustasi




"Masa iya anjir gue harus tiap hari piket? Sendirian lagi." Nayya menggerutu sendiri sambil menggerakan lap pel ke depan dan ke belakang. Keadaan kelas sepi, siswa lain sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu.

"Kamu mesti sabar ya dikelas ini."

Tangan Nayya menghentikan aktivitasnya, sontak berbalik ke arah sumber suara. Di matanya kini ada seorang cewek cantik dengan paras anggunnya berdiri di ambang pintu. Gadis itu yang sudah menyapa Nayya dengan senyuman hangat sejak tadi pagi.

"Ah bidadari. Kelas ini memang dipenuhi dengan makhluk-makhluk rupawan ya," batinnya.

"Lo ngomong sama gue?" tanya Nayya menunjuk dirinya sendiri.

Cewek itu malah tertawa kecil, "kamu pikir aku indigo?"

"Kalau gitu, gue setan dong ah," jawab Nayya membalas tawa cewek itu. "Gue aneh aja, dari tadi mbak diem-diem bae dan baru sekarang ngajak gue ngomong."

"Jangan panggil mbak dong, nama aku Aletta," katanya mengulurkan tangan. Dengan sigap Nayyapun segera menerima uluran tangan cewek anggun itu.

"Nayya."

Nayya senang. Setidaknya hari ini dia dipertemukan dengan dua orang baik di kelas. Namanya Radhit dan Aletta. Radhit memang sedikit gesrek tapi dia supel, dan Aletta ini pokoknya terlihat seperti bidadari. Cantik, baik, lembut, dan pintar. Ah, auto insecure Nayya.

"Al, emang di kelas ini begini ya?" tanya Nayya menjalankan kembali tugas piketnya.

"Begini gimana?" tanya Aletta dengan gaya santainya ikut mengambil kemoceng lalu membersihkan meja, lemari, dan pigura yang menempel di dinding.

"Yaaa hening, sepi, sunyi. BERASA DI KUBURAN ANJIR!"

Aletta tertawa lagi, "kelas ini emang gitu, kamunya aja yang belum terbiasa. Kalau udah terbiasa, kamu akan nyaman kok."

Nyaman?

Bagaimana mungkin Nayya bisa nyaman dengan keadaan kelas yang siswanya seperti musuhan satu sama lain?

"Jadwal piket kelas disimpen dimana, Al?" tanya Nayya serasa mengobrak-abrik isi lemari samping meja guru. "Kok malah gue sendiri yang piket sih?"

Aletta tersenyum kecil, menyimpan kemoceng tadi lalu memandang teman barunya. "Di kelas ini emang nggak ada piket, Nay," jelasnya membuat Nayya membulatkan kedua matanya dengan mulut yang menganga lebar.

"Lah, anjir! Terus ngapain si ketua kelas ketus itu nyuruh gue piket setiap hari?" raung Nayya melempar lap pel yang sedari tadi ia gunakan untuk membersihkan lantai.

"Kamu sih malah nanya Saga," rengek Aletta memukul tubuh Nayya pelan membuat gadis itu terhuyung sedikit. Asli, ini bukan karena Nayya mendramatisasi, tapi tubuhnya benar-benar lemas mendengar jawaban Aletta.

3PA1 : ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang