6. Wejangan Anak Nigrat

25.1K 3.6K 381
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





6. Wejangan Anak Ningrat




"Ngapain? Tumben banget," tanya Nayya bingung. Karena pasalnya, mereka tidak pernah mengobrol apalagi bercanda sebelumnya. Jadi wajar saja jika Nayya sedikit kebingungan.

"Gue PMS," bisik gadis itu kepada Nayya. Nayya hanya mengangguk paham.

"Saga, izin ke wc ya," katanya mengetuk meja Saga, karena pemuda itu sedang fokus membaca bukunya.

Di 3PA itu, izin meninggalkan kelas kepada ketua kelas itu memang hal yang diwajibkan, kenapa? Ya biar si ketua kelas bisa ngejawab kalau misalkan guru tiba-tiba masuk dan bertanya kemana perginya murid yang tidak ada di meja.

Saga tak mengangkat kepalanya, pemuda itu hanya melirik, memandang 2 gadis di hadapannya dengan tatapan dingin.

"Hm."

Nayya tersenyum sinis, "jawab iya aja susah!" sindir gadis itu sambil berjalan meninggalkan meja Saga.

Rupanya sindiran Nayya sampai di telinga Saga. Merasa namanya disebut, cowok itu mendongakkan kepalanya, memandangi punggung Nayya hingga menghilang saat pintu kelas tertutup kembali.

"Dasar makhluk irit kata. Gue sumpahin, beneran bisu lo!" umpat Nayya pelan seraya menutup pintu kelas.

"Hush!" tegur teman ceweknya itu seraya mencubit kecil tangan Nayya membuat gadis itu mengusap bekas cubitannya. "Sakit."

Gadis yang melakukan kekerasan dengan lembut itu jadi nyengir kuda. "Ih, pelan juga," sanggahnya ikut mengusap lengan Nayya yang tadi sempat ia sakiti. "Sorry."

"Saga emang ketus gitu ya? Kenapa sih dia susah banget buka mulut!" gerutu Nayya sambil mengepalkan tangannya di depan wajah, merasa kesal dengan watak si ketua kelas barunya.

Rere mengedikkan bahunya. "Seperti yang lo lihat, Nay. Dia buka mulut aja udah kayak mau buka warung," celetuk gadis berambut panjang itu membuat Nayya menoleh bingung.

"Hah?"

"Iya, banyak persiapannya," jelas Rere lalu sedetik kemudian gadis itu terbahak mengingat penuturannya sendiri. Nayya yang mendengar itu malah menggelengkan kepala tak habis pikir. 

"Buru jalannya!!!" pinta gadis itu menarik tangan Nayya saat ia menyadari bahwa langkah Nayya kecil-kecil.

Nayya menatap bingung pergelangan tangan yang ditarik cewek itu, langkah kaki yang sedikit terburu-buru membuat Nayya beberapa kali tersandung karena sedikit kesulitan untuk menyeimbangkan langkahnya.

"Eh, rusuh amat, mbak," kata Nayya bingung. Teman perempuannya itu tak menjawab malah terus menarik tangan Nayya hingga memasuki pintu toilet.

"Mbak?" panggil Nayya lagi.

3PA1 : ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang