30. Satu Untuk Semua

19.5K 3.1K 428
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


30. Satu Untuk Semua


"Mama!" teriak Rere menyembulkan kepala di jendela kelas dengan susu kotak rasa coklat dan chiki balls memenuhi kedua tangannya.

Gadis rambut panjang itu segera berlari dan melebur ke pelukan Nayya membuat gadis itu terlonjak, sedikit memundurkan tubuhnya.

Sumpah. Kalau nggak lagi pegang gunting kuku, pasti Nayya sudah menjitak Rere dan melemparnya ke Laut Mati.

Rere nggak liat apa Nayya lagi potong kuku Daniel? Kalau terpeleset dikit, bisa sia-sia tuh hasil mani-pedi Daniel selama satu minggu.

Mau kencan katanya.

"Re, astaga!" pekik Daniel saat Rere dengan seenak jidat mendorongnya, menjauh dari samping Nayya.

Rere melengos keras, melirik Daniel ogah-ogahan. "Lo nggak bisa apa potong kuku sendiri?"

Daniel menggelengkan kepala, kemudian memajukan bibir bagian bawah membuat Nayya menggeram gemas ingin mencubit pipinya.

Daniel itu siswa paling muda di kelas. Umurnya 3 tahun lebih muda dari teman-temannya. Daniel adalah salah satu murid dengan kemampuan di atas rata-rata yang nahasnya menjadi korban loncat kelas.

Jadi, Nayya serasa mengasuh adik jika bersama Daniel.

Awalnya Daniel bangga karena tidak perlu lama-lama menempuh pendidikan hingga 12 tahun. Namun, ketika ditempatkan di kelas 3PA1 rasanya Daniel ingin memutar waktu dan menyesali takdir.

"Lo ya! Nayya baru sembuh, malah lo suruh potongin kuku!" tunjuk Rere seraya melempar tasnya ke kursi tempat ia duduk.

Daniel mencibir pelan, kemudian melengos keras saat Rere duduk di bangku Radhit. "Yeee. Nayya aja nggak marah, kok lo yang sewot sih?"

"Tolong dong, rambut gue. Jepit aja nih pake jedai." Rere memutar tubuhnya, menyodorkan jepitan rambut yang menjepit di lengan sweater.

Daniel berdecak. "Lo juga punya tangan, kok malah nyuruh Nayya," katanya mencibir pelan. Sedangkan Nayya manut saja menuruti permintaan Rere.

"Susah. Tangannya kotor, bekas chiki."

"Nay, Nay, Nay. Kaki lo udah mendingan?" tanya Rere heboh. Nayya hanya mengangguk. Kembali fokus memotong kuku jari terakhir Daniel.

"Masih demam nggak?" Tangan Rere terangkat, hendak mengecek suhu tubuh Nayya.

Namun, dengan jurus baling-baling, Nayya buru-buru memutar kepala. Menolak tangan Rere saat ingin mendarat di keningnya. "Udah nggak panas. Udah, jangan pegang-pegang ah."

Enak saja, tangan Rere tuh kotor baru pegang chiki. Sayang dong wajah Nayya yang udah cantik.

Rere melirik kanan dan kiri, kemudian sedikit memajukan kepalanya mendekat ke arah telinga Nayya. "Gue baru dapet arisan."

3PA1 : ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang