7. Sebelum Kejadian UKS"Nay, itu berdarah," kata Radhit yang ada di depan Nayya.
Keenan yang sedang menghapus papan tulis, menoleh dan segera berlari ke arah meja guru untuk membawa sekotak tisu di sana lalu menyodorkanya ke arah Nayya.
Nayya menarik beberapa carik tisu lalu mengelap darah yang ada di tangannya.
"Sakit Nay? Ayo ke UKS," ucap Robby memegang kepala Nayya dengan paniknya.
"Nggak usah, lukanya kecil kok," jawab Nayya, masih menunduk membersihkan tangannya.
"Nggak usah ngeyel, ayo cepet," bujuk Julian dengan sangat khawatir. Pemuda itu meraih tangan Nayya, namun dengan segera Nayya menepisnya.
Robby menoleh ke arah si pelaku. Bukannya minta maaf, dia malah diam saja di bangkunya. Pura-pura sibuk dengan hp.
Robby menggebrak meja, "maksud lo apa?!" bentak pemuda itu dengan mata tajamnya menatap si pelaku.
"Vid, lo kalau marah kira-kira dong, jangan ngebahayain orang!" bentak Aksa. Tidak seperti biasa, pemuda tampan yang biasanya misterius dan kalem itu sekarang malah memasang wajah sangarnya untuk membela Nayya.
"Gue refleks, dia berisik mulu," jawab David tenang dengan mata yang tak lepas dari layar hpnya. Ya, manusia kasar itu yang melempari Nayya garpu, nama yang Rere wanti-wanti sejak beberapa jam yang lalu.
Sebenarnya tadi Nayya berisik juga karena lagi debat sama Rachel tentang pelajaran fisika yang tadi tidak Nayya mengerti. Mungkin, karena 3PA1 biasanya sunyi, jadi sekalinya ada suara bisa bikin penghuninya terganggu.
Pemuda tampan bertubuh kekar dengan wajah yang sedikit menyeramkan menurut semua orang, tapi tidak menurut Nayya. "David ganteng." Hanya itu yang ada diotak Nayya.
"Tapi bukan gitu caranya!" sergah Aksa lagi.
"Ceweknya aja diem, kok lo yang ribet sih?"
"Cewek lo?!" sergah David membuat Aksa terbelalak.
Aksa menghela napas berat, tangannya terkepal di atas meja, rahangnya pun terlihat mengeras. Kalau bukan William yang menariknya untuk duduk, mungkin kepalan tangan itu sudah mendarat sempurna di wajah seram David.
Nayya refleks mendongkakkan kepalanya saat mendengar suara teduh yang sangat ia kenal, suara yang selalu membuat Nayya merasa nyaman. Gadis itu melongo, matanya terbelalak sempurna saat melihat mata Aksa menajam ke arah David. Dan itu untuk membela Nayya.
Nayya mengerjap-ngerjapkan matanya pelan, badannya melemas begitu saja, otaknya menyelisik potongan-potongan masa lalu yang pernah terekam di sana.
Ah, ini nih. Perasaan Nayya selalu warna-warni jika mengingat Aksa. Bahagia, benci, malu, dan bersyukur tercampur semuanya. Tapi tetap, rasa malu selalu mendominasi di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
3PA1 : Classmate
Teen Fiction[FOLLOW YA SEBELUM BACA] 3PA1 itu kelas yang sulit di definisikan. Kelas yang dikenal dengan kelas unggulan ini kaku dan nggak menarik sama sekali. Hingga kelas lain menjulukinya kelas ghaib, karena nggak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Satu kela...