47. Titik Terang

4.1K 576 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



47. Titik Terang



"Bagian mana yang lo liat?" tanya Nayya membalas tatapan David berani.

Bukannya menjawab, David malah salah fokus dengan mata Nayya. Pemuda itu jadi mengangkat dagu gadis di depannya lalu memicingkan mata curiga, "kenapa mata lo sembab?"

Pertanyaan David itu sontak membuat semua pandangan jadi mengarah kepada Nayya.

Nayya melepaskan pandangannya dari David, gadis itu menunduk seraya mengerjap-ngerjap menguasai diri. "Nggak kok."

David mengangguk-angguk kecil. "Lo ... pernah nggak dikhianati sama orang yang lo sayang?"

Nayya meneguk ludah susah payah, kakinya tiba-tiba saja melemas. Pertanyaan David seolah jadi serangan mendadak bagi Nayya. Udah tau luka yang kemarin belum sembuh seutuhnya. Kenapa malah diingatin lagi sih?

Nayya memainkan giginya, ingin sekali gadis itu berteriak. "BARU KEMARIN VID GUE DIKHIANATI!"

Namun, alih-alih melakukan hal memalukan itu, Nayya hanya tersenyum miris seraya melirih, "pernah."

William yang sedang menyibukkan diri dengan memainkan ponsel jadi mendongak, memandang mantan kekasihnya sesaat dengan tatapan merasa bersalah.

"Gue minta maaf, Nay. Ini semua demi kebaikan kita."





"Sakit kan rasanya?"

Nayya mengangguk lemas, gadis itu menyandarkan tubuhnya di papan tulis. "Lo pernah nggak, nggak didenger sama orang yang lo sayang?"

David jadi menaikkan sebelah alisnya bingung. Nayya yang sadar akan kebingungan David jadi berdeham sebelum akhirnya berkata, "kebayang nggak sakitnya Ara gimana?"

"Ara udah bilang kan kalau dia sayang sama lo, tapi kenapa lo nggak mau dengerin cerita dari sudut pandang Ara?"

David bergeming, pemuda itu jadi melirik sekilas ke arah Ara yang sedang menunduk seraya memainkan jari di bawah meja karena gugup.

"Kebayang sakitnya jadi Ara?" tanya Nayya lagi, memberi penekanan dalam pertanyaannya. "Lo seolah nutup kasus ini sepihak ,Vid."

David diam, menyugar rambutnya berkali-kali.

"Kalau Ara nggak mau buka suara, sampai kapan pun lo nggak akan tau apa yang sebenernya terjadi," tutur Nayya lagi, terus menekan David.

"Semua yang lo liat, belum tentu itu yang terjadi, Vid. Belajar nerima cerita dari semua sudut pandang. Biar lo bisa menyimpulkan sendiri nanti," balas Rere sambil mengoleskan liptint dibibirnya.

Robby yang semula sibuk dengan permen karetnya jadi gatal juga ingin ikut memojokkan David.

"Bener, Vid. Lo hargain Ara lah! Kalau emang Saga yang ngelakuin, Ara nggak akan bisa baikkan sama Saga secepat itu."

3PA1 : ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang