9. Penawaran atau Pemaksaan?

24K 3.4K 316
                                    

9

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





9. Penawaran atau Pemaksaan?



"Lo nggak apa-apa kan Nay?" sambut Rere berlari ke arah Nayya yang baru memasuki kelas. Gadis itu mengguncang kepala Nayya dengan heboh.

"Kan kepala dia lagi sakit, malah lo goyang-goyang!" celetuk Daniel lewat di samping Nayya dan Rere dengan setumpuk buku di tangannya.

Rere cengengesan. "Sorry, panik gue."

"Nggak apa-apa kok, gue kan strong," katanya mengangkat tangan untuk menunjukkan ototnya yang sama sekali tidak ada.

"Belum juga 24 jam Nay omongan gue," desis Rere sambil mendelik ke arah Nayya. Nayya malah cengengesan. "Saga mana?" tanya gadis itu sambil memperhatikan sekitar.

"Sparing di UKS."

"Lu serius Nay? Sama siapa?" tanya Rere dengan nada yang khawatir.

"David."

"Lo gila apa ninggalin mer–"

Ucapan Rere terpotong, saat melihat kedua orang yang tengah ia bicarakan keluar dari balik pintu.

Gadis itu terkejut hebat, sontak menundukkan kepala, lalu merapatkan bibirnya dengan jantung yang mencelus.

"Ada apa?" tanya Nayya langsung menoleh. Memastikan apa yang Rere lihat sehingga gadis itu menutup Mulut.

Nayya merapatkan bibirnya dan langsung mengangguk paham. Melihat Rere yang awalnya belingsatan, tiba-tiba saja mematung karena tertangkap basah membicarakan Saga dan David membuat Nayya tak tahan ingin meledakkan tawanya.

Rere berdeham,"yuk duduk, takut pingsan." Gadis itu memapah Nayya. Padahal yang sakit itu kepala Nayya, bukan kaki. Nggak usah di papah juga Nayya bisa jalan sendiri.

"Makasih Sag," kata Nayya melirik Saga, Saga hanya membalasnya dengan anggukan.

===) . (===

"SAGARA!"

Saga terkesiap saat Citra meneriakkan namanya saat masuk ke kelas. Apalagi wali kelasnya itu berteriak dengan suara tegas dan mata yang menajam ke arah Saga.

Tak hanya orang yang namanya dipanggil, seluruh siswa 3PA1 pun ikut terkejut, sampai-sampai mereka menghentikan kegiatannya dan matanya langsung terpaku kepada Citra. bagaimana bisa sosok Citra yang lembut seperti bidadari sekarang menjelma menjadi macan lepas.

"I– iya bu?"

"Kenapa Nayya bisa gitu?"

"David bu," jawab Saga menoleh ke arah David yang sedang membaca bukunya. David yang awalnya tenang jadi sedikit kebingungan juga akhirnya. Pemuda itu menegakkan badannya, lalu melirik ke arah Nayya.

"Nayya bu."

Nayya melongo, matanya terbelalak. Ini memang salah Nayya yang suaranya terlalu kencang saat berdiskusi, tapi ini juga salah David. Kenapa coba lempar Nayya pakai garpu? Coba kalau pakai cinta? Mungkin tidak akan sesakit ini.

3PA1 : ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang