45. Jangan Terlalu Pake Hati!

4.5K 600 85
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



45. Jangan Terlalu Pake Hati!



Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 08.30 malam, tiga puluh menit sebelum coffee shop yang terletak di tengah kota itu akan ditutup.

Saga masih duduk. Selama satu jam, pemuda dengan hoodie warna krem itu hanya diam di tempat, memandangi teman perempuannya— Nayya yang sedang menangis. Bahkan, gadis itu terlihat seperti kehilangan akal sehat.

Sedari tadi, tak ada obrolan dari keduanya yang terdengar hanya Nayya yang sedang terisak-isak. Bahkan, sejak Saga datang pun gadis itu belum sempat mengeluarkan sepatah kata pun seperti "Tadi macet?".

Pemuda itu berdiri, mengambil gelas kopi ke-empat yang ia pesan sebagai pengalihan dari rasa bosannya karena menunggu Nayya nangis.

Saga sesekali memandangi Nayya. Menikmati setiap perubahan wajah Nayya ketika menangis adalah kebahagiaan tersendiri untuknya. Bukan maksud tertawa di atas penderitaan orang lain. Melainkan, Saga bahagia karena ia bisa ada di sisi Nayya bahkan saat perempuan itu berada di titik terendah hidupnya.

Jika kebanyakan orang akan bertanya "Kenapa?" saat melihat seseorang ada masalah, Saga justru memilih diam tanpa bertanya sedikit pun.

Saga memang sudah tahu alasan Nayya rela membuang airmatanya saat ini, tapi nggak lebih dari Nayya dan William putus.

Pemuda itu enggan untuk bertanya lebih lanjut, seperti : jam berapa putusnya, dimana, kronologinya gimana, dan segalanya yang bisa membuat Nayya semakin tidak nyaman.

Karena kalau Nayya udah siap cerita, ia akan berbicara sendirinya tanpa diminta.

"Hiks, ternyata, hiks ucapan lo bener, Sag. Hiks," kata Nayya disela-sela isakannya, kepalanya masih ia tenggelamkan di atas tangan yang terlipat. 

Nah, seperti sekarang. Setelah kurang lebih dua jam menangis, akhirnya Nayya capek juga dan sudah kuat berbicara.

Itu kalimat pertama yang Nayya ucapkan selama mereka berdua duduk lama tanpa suara sedikitpun.

3PA1 : ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang