32. Tragedi Kamar 123
"Pokoknya, lo ikut masuk! Biar gue sama William yang cari Arthur."
"Gue mau ikut cari."
"Kaki lo masih sakit, Nay. Gue nggak mau ya nanti malah di suruh gendong lo."
"Kaki gue ada dua, yang sakit kan cuman satu. Jadi, gue masih bisa jalan."
"Emang lo jalan pake satu kaki?"
"Ya nggak lah!"
"Masuk!"
Gadis berpipi bulat itu mendengus kesal mengingat kejadian tadi. Dimana ia itu beradu mulut dengan Saga di depan studio bioskop. Sampai-sampai atensi si mbak yang bertugas menyobek tiket pun seratus persen tertuju pada mereka.
Nayya dengan tidak tahu diri, kekeuh ingin ikut mencari Arthur, padahal jalan saja masih dibantu sama orang lain. Sedangkan Saga bersikeras melarangnya dengan nada tinggi membuat emosi Nayya pun ikut tersulut.
Intinya sih sama-sama keras kepala.
Setelah melewati banyak perdebatan, akhirnya Nayya mengalah dan tidak ikut mencari Arthur. Apalagi melihat garis wajah Saga yang mendadak sengit membuat nyali Nayya menciut, tak ingin berdebat lagi.
Sudah sekitar 3 jam Saga dan William pergi tanpa kabar membuat Nayya termenung, pikirannya terasa penuh. Gadis itu terus memainkan sendok di piring berisi ayam teriyaki sambil terus memandangi handphone-nya yang tak kunjung menyala.
Nayya sama sekali tidak menikmati pertunjukan komidi gambar tadi. Bahkan saat adegan jump-scare andalan film horror mulai bermunculan pun Nayya hanya termangu, menatap kosong ke layar bioskop. Membiarkan Rere dan Daniel yang menjerit histeris serta melekap Nayya di kedua sisi.
Gadis itu berdiri untuk kesekian kalinya. Mengacak rambutnya seraya berjalan bolak-balik cemas seperti pelicin pakaian. Aletta sampai meringis ngilu melihatnya, kaki Nayya tuh belum sehat.
Perasaan Nayya sudah tidak bisa di ambil alih oleh siapapun termasuk Radhit. Teman-teman yang lain juga sampai bingung, gimana caranya buat Nayya tenang.
Setelah menjabat sebagai wakil ketua murid, beban yang ia pikul rasanya semakin berat. Fokusnya menjadi terpecah. Sekarang bukan hanya nilai yang harus ia kejar, tapi ada tanggung jawab juga yang harus dijalankan. Ditambah, sekarang siswa 3PA1 sangat bergantung kepadanya.
Nayya sesekali memijit batang hidungnya pusing. Pikirannya kalut, berkenala entah kemana. Dia takut jika sesuatu yang tidak diinginkan benar-benar menghantam Arthur.
Tadi, tepat setelah film selesai diputar pun Nayya buru-buru berlari terpincang-pincang keluar. Meninggalkan teman lain yang masih berkemas di bangku. Langsung mengontak Saga dan William.
KAMU SEDANG MEMBACA
3PA1 : Classmate
Teen Fiction[FOLLOW YA SEBELUM BACA] 3PA1 itu kelas yang sulit di definisikan. Kelas yang dikenal dengan kelas unggulan ini kaku dan nggak menarik sama sekali. Hingga kelas lain menjulukinya kelas ghaib, karena nggak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Satu kela...