42. AsmaralokaSaat itu langit perlahan membiru, disinari matahari pagi yang baru saja beranjak naik dari persembunyiannya. Terlihat para panitia pensi tengah memastikan bahwa semua persiapannya sudah seratus persen selesai.
Lapangan Withara Utama semakin siang, semakin ramai dipenuhi siswa siswi yang ingin menonton penampilan murid-murid berbakat di sekolah. Salah satunya, murid yang tengah naik daun di media sosial, William.
Nayya berdiri di back stage memegang roti kemasan dan segelas susu hangat di tangan, menemani William yang sedang stem gitar.
"Makan dulu nggak tadi?" tanya Nayya menyugar rambut William dengan jemarinya. "Nggak keramas ya kamu?"
William jadi tertawa kecil. "Bau emangnya? tanya pemuda itu ikut menyugar kepala lalu menciumnya
Nayya yang melihat hal itu jadi ikut tertawa. "Jorok anjir, malah dicium! Nggak, nggak bau. Cuman lepek aja."
"Tadi aku pulang jam 3 subuh, langsung tidur bangun jam 5 langsung pergi kesini." William langsung berbalik, meraih ransel warna hitam pekatnya lalu tangannya berputar-putar mencari sesuatu. "Subuhan aja aku di mushola sekolah tadi."
Pemuda itu mengeluarkan dry shampoo spray, membuat Nayya yang peka langsung mengambil alih botol warna hijau tersebut.
"Nanti aku semprotin ya."
"Kamu sarapan dulu." Nayya membuka roti kemasan itu, menyodorkannya ke arah mulut William. "Nih, aku suapin."
William menoleh, kemudian tersenyum kecil seraya mengambil roti tadi dari tangan Nayya. "Aku makan sendiri aja. Kamu semprotin rambut aku."
Nayya mengangguk kecil, menusuk susu kotak yang tadi ia bawa sama Roti. "Nih, susunya minum juga."
"Makasih ya."
"Pake dry shampoo gini efektif emang?" tanya Nayya mengocok-ngocok botol hijau yang tadi William keluarkan dari tas.
"Bagus kok, aku sering pake."
Nayya menyemprotkan isi botol itu sedikit demi sedikit dengan tangan kiri menutupi bagian wajah pacarnya, takutnya cairan itu masuk ke roti.
"Wangi ya," kata Nayya memajukan wajah dan mencium rambut William membuat cowok itu meremang salah tingkah.
Setelah rambut William sudah rapi paripurna, gadis bergigi kelinci itu melenggang kala Yudha– si seksi perlengkapan datang dengan senyuman manis dan sekotak HT; Handy Talky di tangan.
"Udah bawa?" tanya Yudha.
Nayya menggeleng, menghampiri pemuda hitam manis itu. "Belum," jawabnya seraya mengambil satu HT.
KAMU SEDANG MEMBACA
3PA1 : Classmate
Teen Fiction[FOLLOW YA SEBELUM BACA] 3PA1 itu kelas yang sulit di definisikan. Kelas yang dikenal dengan kelas unggulan ini kaku dan nggak menarik sama sekali. Hingga kelas lain menjulukinya kelas ghaib, karena nggak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Satu kela...