Typo bilang^^
**
Saat ini Cesya tengah duduk di taman atas mansion nya yang langsung menghadap keramaian kota JakartaWanita yang berusia memasuki kepala empat itu nampak tengah melamun memikirkan sesuatu.
Sementara itu terdapat seseorang yang tengah memandang Cesya dengan pandangan rumit di belakangnya. Orang itu sudah sedari tadi berkeliling mencari Cesya tetapi ternyata oh ternyata orang yang tengah ia cari tengah duduk seraya melamun disini
Entah apa yang tengah orang itu pikirkan tetapi dapat terlihat dengan jelas bahwa orang itu tengah menatap Cesya dengan pandangan yang rumit
Karena sudah tidak tahan melihat Cesya melamun akhirnya orang itu memutuskan untuk menghampiri Cesya.
"Ehem!" dehem orang itu sehingga dapat membuat Cesya tersentak kaget karena harus dipaksa kembali dalam kenyataan.
"E-eh kamu rel..."ucap Cesya seraya menghapus air matanya dengan cepat-cepat takut anaknya itu melihatnya, tetapi itu sudah telat karena Karel sudah melihat semuanya bahkan ia mati-matian menahan amarah melihat ibunya yang bersedih
"Bunda kenapa?"tanya nya berusaha untuk sebisa mungkin untuk tenang
"Kamu ngapain disini rel? Nyariin bunda yah? Cie cie ada yang kangen,tapi sorry aja nih yah bunda tuh udah ada yang punya kalo kamu mah kalah jauhhhhhh banget"ucap Cesya mengalihkan pembicaraan
Sedangkan Karel yang paham jika Bundanya ini sedang tidak ingin membahas sesuatu yang membuatnya bersedih itu pun ikut mengalihkan pembicaraan
"Iya Bun Karel nyariin bunda dari tadi"ucap Karel
"Emangnya kenapa kamu nyariin bunda?"
"Masalah sekolah"ucap Karel singkat
"Sekolah? Ohhh iya hampir aja bunda lupa, kalo masalah sekolah sih terserah kalian mau sekolah dimana nanti bunda tinggal masukin"ucap Cesya yang di angguki oleh Karel
"Emangnya kamu sama adik-adik mu udah pikirin mau sekolah dimana?"tanya Cesya kepo yang lagi dan lagi mendapatkan anggukan oleh Karel
"Dimana?"
"Nixon High school"
DEG!
"K-kamu s-erius?"
**
Sementara itu ditempat lain dengan waktu yang bersamaan tepatnya di sebuah mansion mewah keluarga Nixon terdapat seorang pria dengan setelan jas yang rapi tengah tergesa-gesa merapikan berkas-berkas pentingnya
Ketika ingin melangkahkan kaki menuju tangga tiba-tiba sebuah tangan mencekal lengannya.
Melihat perjalanan nya harus terhenti membuat sang empunya menatap tajam sang pelaku, bagaimana tidak ia sudah telat untuk bertemu dengan klien dan harus berurusan dan seorang wanita yang sudah tujuh belas tahun ini menjadi istrinya
"Kamu kenapa sih? Aku harus ketemu sama klien dan ini juga udah telat jadi tolong jangan ngajak aku ribut!!" Sentak sang pria seraya menjauhkan lengannya dengan tangan wanita yang sudah menjadi istrinya itu
"Kamu itu yang kenapa sih mas?! Apa susahnya minta kamu buat kasih sedikit aja waktu buat jemput Daffa di bandara!? Inget yah mas Daffa itu anak kamu!!"Ucap wanita itu dengan nada yang tidak santainya
"Lagian kalo cuma kehilangan satu klien aja gak akan bikin kita bangkrut juga kan"lanjutnya lagi dengan nada angkuhnya
"STOP JESSY!! Justru klien ini lah yang bisa bantu agar perusahaan gak bangkrut karena sifat kamu yang suka boros itu!"ucap Devan dengan tinggi. Sementara Jessy ia terdiam mendengar bentakan dari Devan
"Lagian anak itu juga sudah besar gak usah di jemput segala karena aku sibuk!"lanjut Devan seraya berlalu meninggalkan Jessy yang masih terdiam tetapi ketika ingin menuju pintu alangkah terkejutnya ia karena disana terdapat seorang anak remaja yang sedari tadi mereka ributkan tengah berdiri dengan koper di sampingnya
Dapat Devan lihat tatapan anak itu yang terluka, mungkin karena anak itu mendengar semua perdebatan kedua orang tuanya. Yah walaupun ini sudah biasa baginya melihat kedua orang tuanya yang berdebat tetapi tetap saja hal itu membuatnya sakit hati
Tanpa memperdulikan apa pun Devan langsung pergi dari sana menuju tempat bertemunya ia dengan kliennya, bahkan ia sama sekali tidak berbicara atau sekedar menyapa kepada Daffa
Sementara Daffa yang melihat itu hanya bisa tersenyum miris, entah kapan Papa nya itu akan bersikap baik kepadanya seperti seorang papa pada umumnya
"Daffa?" Jessy yang melihat Daffa pun langsung turun menghampiri anaknya itu dan memeluk nya
"Gimana kamu menangkan sayang?"tanya Jessy dengan penuh harap yang di balas dengan gelengan pelan dari Daffa.Melihat reaksi Daffa yang seperti itu langsung membuat Jessy melepaskan pelukannya dan menatap Daffa dengan pandangan yang sulit di artikan
"Maaf ma, Daffa kalah"ucap Daffa dengan menunduk takut untuk menatap mama nya itu
Yah Daffa baru saja kembali dari olimpiade matematika antar provinsi tetapi ia harus kalah di semi final karena melawan Seorang remaja yang tampan dan dingin, Karel .
"Kamu gimana sih gitu aja kalah! Kalo kamu kek gini trus kapan papa kamu bakal nerima kamu nya Daffa!!"bentak Jessy dengan nada tinggi
"Maaf ma..."lirih Daffa
"Maaf kamu gak akan bisa bikin kamu menang Daffa!!!" Mendengar teriakkan mama nya tambah membuat Daffa menunduk takut
"Sekarang kamu ke kamar belajar lagi biar nanti kalo ada olimpiade lagi bisa menang!!" Perintah Jessy lalu pergi meninggalkan Daffa sendirian disana
Mendengar perintah mama nya itu membuat Daffa lagi dan lagi hanya bisa menghela nafas panjang lalu kemudian ia berjalan menuju kamarnya
Setelah tiba di kamarnya Daffa langsung merebahkan tubuhnya seraya menatap langit-langit kamarnya
Ia sungguh lelah hidup dengan segala peraturan dari mama nya itu yang mendidiknya untuk menjadi sempurna tetapi Daffa tetaplah manusia yang mempunyai rasa lelah jika terus menerus dikekang seperti ini
Terlebih lagi dengan papa yang tidak pernah menganggap nya ada, ingin rasanya ia merasakan hidup di tengah-tengah keluarga yang harmonis dan selalu mendukungnya bukan seperti ini
Daffa hanya akan merasakan hidup jika Oma dan opa nya pergi berkunjung kemari karena opa dan Oma nya sangat lah menyayangi nya tidak seperti papa dan mama nya
"Tuhan...kapan gue bisa hidup dengan bebas? Gue capek kalo dikekang terus menerus! Gue juga manusia yang punya rasa lelah bukan robot!"batin Daffa seraya menutup matanya lelah
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect
General FictionCover by ©Pinterest [SUDAH TERBIT] AYO BACA SELAGI LENGKAP! SEBELUM DI HAPUS ** Bagaimana perasaanmu ketika mengetahui lelaki yang selama ini kau anggap adalah satu-satunya prioritas mu ternyata malah mengkhianatimu dengan berselingkuh dengan seoran...