47.Pandangan Pertama

129K 13K 1.4K
                                    

 Tembus 1,40K SPAM COMENT lanjut  Update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tembus 1,40K SPAM COMENT lanjut  Update

**

Tujuh belas tahun yang lalu di sebuah lorong rumah sakit, terdapat sosok lelaki dengan perawakan yang tegap tengah berjalan dengan tatapan datarnya.

“Eh, Arjune mau ketemu sama Dokter Leta, yah?” tanya seorang suster yang tidak sengaja berpapasan dengannya.

“Iya Sus, Dokter Letanya ada, kan?” tanyanya balik yang langsung diangguki oleh suster itu.

“Iya ada, tapi tadi kalo gak salah Dokter Leta lagi ke ruangan pasien dulu, tapi kalo kamu pengennya ketemu sekarang bisa langsung aja ke ruangan pasien. Ruangannya ada di atas,” ucap suster itu yang langsung diangguki oleh Arjune.

Kemudian, Arjune langsung berjalan menuju lantai atas karena ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia sudah harus berangkat ke perbatasan karena terjadi masalah di sana.

Ketika berdiri di depan sebuah ruangan di lantai dua, Arjune langsung menghentikan kakinya dan menatap bingung pintu-pintu di sana.

“Tadi kata suster ruangan yang mana, yah? Aduh, kok gue bisa lupa sih, nanyain nama ruangannya,” gumam Arjune frustrasi.

“Mungkin ini kali, yah,” gumamnya lagi lalu membuka dengan perlahan kenop pintu ruangan itu, takut jika semisal ia salah ruangan dan malah mengganggu pasien yang sedang istirahat.

“Permisi, assalamu’alaikum,” ucapnya lalu secara perlahan-lahan ia masuk ke ruangan itu. Setelah memasuki ruangan itu, dapat Arjune lihat jika ruangan itu tampak sepi yang terdengar hanya suara mesin medis.

Kemudian, pandangan Arjune jatuh kepada seorang wanita yang tengah terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Entahlah, seakan-akan ada sesuatu yang menggiringnya untuk lebih mendekat dengan wanita yang terbaring di sana.

Arjune cukup terkejut karena tiba-tiba saja jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya hanya dengan melihat wajah pucat itu saja.

Padahal, untuk seorang lelaki yang baru saja putus cinta sepertinya sangat tidak memungkinkan bisa kembali merasakan jatuh cinta dalam waktu dekat.

Yah, beberapa minggu terakhir ini adalah hari-hari yang sangat berat bagi Arjune Syahreza Putra Kaisar karena di hari yang awalnya sangat ia tunggu-tunggu menjadi hari kehancuran baginya.

Bagaimana tidak? Kekasih yang selama ini ia percaya ternyata malah berkhianat. Padahal, awalnya Arjune berencana ingin membuat kejutan dengan melamar gadis yang menjadi kekasihnya itu, tetapi malah ia yang mendapatkan kejutan.

Alasan yang diberikan kekasihnya itu pun cukup klise ketika ditanya mengapa ia tega mengkhianati Arjune. Jawabannya hanya karena ia tidak tahan dengan Arjune yang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan hampir tidak ada waktu untuknya.

Padahal, jauh-jauh hari sebelum mereka menjalin hubungan, Arjune sudah mewanti-wanti kekasihnya itu, jika ia akan jarang punya waktu untuknya karena ia akan disibukkan dengan tugas-tugas negara dan kekasihnya itu pun menyetujuinya.

Tetapi sekarang, kekasihnya itu malah menyalahkannya, seakan-akan ia adalah pria paling berengsek di dunia yang suka menelantarkan pacarnya.

Diam-diam Arjune tersenyum miris mengingat kejadian itu. Sampai tanpa sadar tangannya terangkat untuk mengusap dengan lembut pipi  pucat wanita yang tidak ia ketahui siapa namanya.

Sampai secara perlahan-lahan kelopak mata itu sedikit demi sedikit terbuka dan langsung bertemu dengan manik mata milik Arjune, untuk beberapa saat terjadi keheningan di antara kedua orang itu sampai.

“Ar–eh, pasien sudah sadar? Tunggu sebentar, saya panggilkan Dokter Leta,” ucap suster itu lalu pergi untuk memanggil Dokter Leta.

“Mi–inum,” ucap wanita yang ada di atas brankar itu. Mendengar ucapan lirih dari wanita di hadapannya ini membuat Arjune secara refleks mengambil secangkir air putih yang ada di atas nakas.

Setelah selesai membantu wanita itu minum, kembali terjadi keheningan di antara keduanya dengan wanita itu yang kembali menutup matanya. Sedangkan Arjune kembali menatap lekat wanita yang tidak ia kenal di hadapannya ini.

Tidak lama pintu kembali terbuka, berdirilah Dokter Leta diikuti oleh seorang suster. “Lho Arjune, kamu kenapa di sini?” tanya Dokter Leta, pasalnya ia cukup terkejut karena kehadiran anak sulungnya itu di ruangan pasiennya.

“Do–dokter.” Mendengar suara lirih dari seseorang membuat Dokter Leta langsung menolehkan pandangannya, menatap pasiennya yang baru saja sadar dari koma itu.

Tanpa banyak bicara lagi, Dokter Leta langsung berjalan menghampiri brankar yang berisi wanita yang mampu membuat seorang Arjune kembali merasakan cinta.
“Aduh Cesya, gimana keadaan kamu? Udah mendingan belum?” ucap Dokter Leta setelah selesai memeriksa keadaan wanita yang ternyata adalah Cesya Humairah Adison itu.

Cesya hanya mengaguk merespons pertanyaan dari Dokter Leta. Sementara di sisi lain Arjune tersenyum tipis mendengar nama wanita yang berhasil menarik perhatian Arjune, bahkan mungkin sudah membuat seorang Arjune jatuh cinta lagi pada pandangan pertama.

Setelah memeriksa Cesya, Dokter Leta kembali menghampiri anak sulungnya itu.

“Ar–”

“Ma, Arjune pamit mau kembali ke perbatasan dan ... aku meminta restumu untuk menjadikan wanita di sana menjadi pendampingku,” ucap Arjune yang diakhiri bisikan di akhir kalimatnya.

Mendengar ucapan Arjune cukup membuat Dokter Leta terkejut, pasalnya anaknya ini tidak pernah main-main dengan ucapannya.

“Tapi Arjune, Cesya itu bukanlah seorang gadis lagi, melainkan seorang ibu dari kelima anaknya dan juga seorang ... janda,” ucap Dokter Leta yang ikut berbisik.

Arjune yang semulanya sudah memasang wajah masam, langsung berubah menjadi berbinar ketika mendengar kata terakhir dari mulut wanita yang menjadi ibunya itu.

“Tidak apa-apa, jika aku mencintainya berarti  aku harus menerima dia apa adanya,” ucapnya.

Dokter Leta yang mendengar ucapan dari putra sulungnya itu langsung tersenyum. Ia bangga dengan ucapan Arjune yang terbilang dewasa. Yah, Dokter Leta sama sekali tidak mempermasalahkan jika Arjune ingin menjadikan Cesya menantunya, toh sejak hari pertama ia bertemu dengan Cesya, ia sudah menyukai wanita itu.

Melihat senyuman dari ibunya membuat Arjune ikut tersenyum, seakan-akan ia paham dengan senyuman ibunya itu.
Kemudian, Arjune langsung berjalan menuju Cesya yang sudah kembali menutup matanya karena baru diberi obat oleh ibunya.

Perlahan-lahan Arjune mendekat ke arah Cesya kemudian.

Cup!

“You are mine!”

Imperfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang