Hari-hari Tania jadi jauh lebih sibuk ditambah lagi Daniel yang melakukan renovasi besar di lantai tiga tokonya. Siang itu Tania sibuk membereskan dan mengatur ulang sebagian besar letak barang-barang yang ada di lantai satu dan dua. Daniel sedang pulang ke rumah untuk memeriksa sesuatu dan para pekerja konstruksi masih belum muncul untuk memulai pekerjaan mereka setelah makan siang.
Hanya kemudian kedatangan Gary yang seketika membuatnya terkejut dan panik, bertanya-tanya untuk apa dia datang? Apa lagi rencananya?
"Apa lagi yang kau inginkan?" Tania menyembunyikan rasa takutnya.
"Ada yang harus kita bicarakan." Gary melangkah lebih dekat. Tania langsung menghindar tapi Gary malah mengikutinya. Bahkan saat Tania mulai berlari ke lantai atas, Gary masih terus mengikuti dengan langkah yang lebih cepat. "Tania! Tunggu!"
Lantai tiga penuh dengan barang-barang konstruksi yang berantakan serta debu yang menyesakkan pernapasan, Gary masih saja bersikeras mengikuti hingga Tania tak bisa menjauh lagi.
"Apa yang ingin kau bicarakan? Kau ingin aku membayar semua yang telah kau berikan padaku selama ini? Katakan saja berapa uang yang kau inginkan," ucap Tania tegas meski sebenarnya ia hanya asal bicara. Jujur saja, mana mungkin ia bisa membayar semua uang yang selama ini telah dihabiskan Gary saat dia menjadi sugar daddy-nya.
"Aku tidak ingin itu, hanya ... aku hanya ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu."
Jantung Tania nyaris berhenti. Kini ia harap Gary hanya asal bicara. Apa dia sudah gila? Berapa banyak sugar daddy yang berakhir dengan jatuh cinta pada sugar baby mereka sendiri? Pikirnya.
"Cukup! Kau harus melupakanku. Aku akan menikah dengan Daniel, putramu sendiri!"
"Aku akan berikan semua yang kau inginkan bahkan seluruh dunia asalkan kau bersedia untuk tetap bersamaku-"
"Apa kau sudah gila?!" sergah Tania.
"Ya!"
"Gary, mantan istrimu masih mencintaimu, dia wanita yang paling mencintaimu dengan tulus!" Entah dari mana Tania terpikir untuk membahas itu meski kecil kemungkinan Gary akan mendengarkan dan memikirkan soal itu.
"Aku tidak peduli."
Yep, Tania sudah menduganya.
"Apa kau tega menghancurkan hati Daniel??" Tania mencoba topik lain. Gary terdiam selama beberapa saat, membalas tatapannya.
"Aku akan membawamu pergi jauh dan menghilang dari kehidupannya."
"Kau keterlaluan," Tania tak berusaha menyembunyikan nada jijik dalam kalimatnya.
Gary terus melangkah mendekat dan Tania terus mundur untuk menghindarinya hingga tanpa sadar kakinya tersandung balok kayu dan tubuhnya nyaris terjungkal ke belakang, di mana tepat terdapat jendela yang belum dipasang kaca atau penghalang apa-apa.
"Tania!" Gary berseru saat Tania hampir terjatuh. Dengan sigap Gary meraih tangan perempuan itu dan menariknya menjauh dari sana. Tarikannya yang spontan dan sangat kuat membuat Tania seketika masuk ke dalam pelukannya.
Secepat mungkin Tania melepaskan diri dan segera turun ke lantai bawah. Dalam pikirannya yang kalut bahkan ia tidak akan marah jika seandainya Gary membiarkannya jatuh saja. Mungkin mati akan jadi lebih baik dari pada harus menghadapi konflik semacam ini, pikirnya.
Beberapa pekerja konstruksi datang dan mulai mengerjakan pekerjaan mereka. Karena toko mulai ramai, Gary pergi dari sana dan mereka sama sekali tak saling mengucapkan sepatah kata pun setelah kejadian itu.
***
Setelah berhari-hari sibuk dengan pekerjaan dan tak pernah membicarakan tentang rencana pernikahan, malam itu Daniel kembali menyinggung soal gaun. Dia menunjukkan beberapa desain gaun di ponselnya yang semua desain itu didapatkannya dari saran teman-teman terdekatnya. Tania hanya terus mengangguk setuju saat Daniel memuji setiap desain gaun yang ditunjukkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...