Catherine memandangi elektrokardiogram yang terus menunjukkan aktivitas jantung putranya. Daniel, lelaki muda itu kini terbaring tak sadarkan diri di ruangan ICU setelah kecelakaan fatal yang dialaminya kemarin malam. Tak butuh waktu lama bagi Catherine untuk segera mengambil penerbangan menuju Paris setelah mendapat telepon dari salah satu karyawan Daniel.
Di sinilah ia sekarang. Ia butuh waktu begitu lama untuk mencerna kejadian buruk yang menimpa putranya sebelum akhirnya menyadari sesuatu.
Tak ada satu pun orang yang dikenalnya, berada di sini, di dekat Daniel.
Gary ayahnya? Mungkin dia sibuk dan belum mendapat kabar ini, tapi ... Tania? Di mana gadis itu? Bukankah dia calon istri Daniel? Apa yang terjadi?
Catherine menyeka air mata dari wajahnya sekali lagi. Ia tidak sanggup terus berada di sini untuk memandangi putranya yang masih belum sadar dan berada dalam kesakitan, tapi ia tak bisa pergi dan meninggalkan Daniel sendiri.
Sembari menghela napas panjang, Catherine melangkah keluar dari ruangan itu. Ia akan menunggu di luar saja, mungkin nanti Tania akan datang juga.
Baru satu langkah ia keluar dari ruangan itu, sosok yang tengah duduk di kursi tunggu membuatnya terpaku. Sosok itu, seorang pria yang sudah tak ditemuinya selama bertahun-bertahun, yang tak pernah diketahui Catherine kemana saja perginya, tapi yang jelas, di hatinya, sosok itu tak pernah kemana-mana.
"Gary," ia bergumam lirih, sementara Gary yang sejak tadi melihatnya tak menunjukkan ekspresi apa-apa. "Kau tidak masuk untuk melihat keadaannya?"
"Aku melihatmu ada di dalam sana jadi kukira aku akan memberimu sedikit ruang." Gary menghela napas.
"Ruang? Kau sudah cukup memberiku ruang selama bertahun-tahun," balas Catherine. Gary melihatnya dengan tatapan yang tidak nyaman.
"Apa yang terjadi?" tanya Catherine lagi, tak membiarkan ada jeda yang lebih lama di antara mereka.
"Seandainya aku tahu."
"Kau sudah bertemu dengannya?"
"Siapa?"
"Tania, kekasih Dan."
Gary menatap mantan istrinya lekat-lekat. Ia selalu ingat saat Tania mengatakan bahwa Catherine masih mencintainya hingga saat ini, tapi sungguh, Gary sendiri pun tak punya perasaan apa pun lagi untuk wanita itu. Bukankah lebih baik jika Catherine juga menghapus perasaannya agar ia tak merasa tersakiti?
Terlintas ide di pikiran Gary untuk membuat Catherine membencinya. Mungkin ia bisa mengakui tentang hubungannya dengan Tania. Seiring dengan rasa benci itu nanti, Catherine pasti akan melupakannya. Bukan begitu?
"Ada sesuatu yang harus kau tahu." Gary berdeham pelan. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celananya. Sedangkan Catherine terdiam, menunggu lanjutan kalimatnya. "Aku tak bisa mengatakannya di sini, aku tak ingin ada orang lain yang mendengar pembicaraan kita."
"Lalu apa? Aku juga tak bisa pergi dari sini. Putraku sendirian di dalam sana dan bagaimana jika terjadi sesuatu?"
"Catherine, kumohon," pinta Gary, "aku janji ini hanya sebentar. Daniel akan baik-baik saja."
Gary melangkah pergi dari sana yang pada akhirnya diikuti oleh Catherine. Mereka menuju ke area parkir rumah sakit yang luas dan sepi tanpa seorang pun di sana, hanya deretan kendaraan yang juga tak terlalu rapat.
Catherine masuk ke dalam mobil Gary sesaat setelah pria itu membukakan pintu untuknya. Dia tak berniat mengajak Catherine kemana-mana, mereka hanya masuk ke mobil untuk bicara.
"Soal Tania ... aku tidak tahu bagaimana harus memulainya, tapi yang harus kau catat adalah, ini bukan salahnya, atau salahku, semua ini murni kebetulan yang berakhir buruk." Gary duduk dengan gugup, tanpa bersandar sedikit pun.
"Kemana arah pembicaraan ini? Kenapa terdengar seperti hanya ada kau dan gadis itu?" Catherine tampak terkejut bahkan hanya dengan kalimat pembuka dari Gary.
"Memang, dan aku tahu setelah ini kau akan membenci kami ... aku tetap harus memberitahumu karena kau berhak untuk tahu dari diriku sendiri, dan bukan dari Daniel."
"Demi Tuhan, Gary, katakan apa yang sebenarnya terjadi??"
"Tania dan aku bertemu jauh sebelum dia mengenal Daniel, dan setelah pertemuan kami, dia menjadi sugar baby-ku." Gary menolak untuk melihat Catherine. Ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela, memandangi barisan pohon kecil di halaman rumah sakit.
Catherine tak bicara, entah karena ia butuh waktu untuk mencerna apa yang baru saja ia dengar, atau karena ia ingin mendengar lebih banyak lagi dari mantan suaminya.
"Itu benar," lanjut Gary, "aku yang memberikannya karir, aku memenuhi semua kebutuhannya selama dua tahun lamanya, aku yang mengajaknya berkeliling dunia dan menjalani kehidupan enak sebelum akhirnya aku mengiyakan permintaan Daniel untuk berkenalan dengan kekasihnya. Di saat itulah aku menyadarinya, Tania, dia tanpa sadar berpacaran dengan putra dari sugar daddy-nya sendiri."
Beberapa menit kemudian akhirnya Catherine bereaksi, menutup wajah dengan kedua telapak tangannya dan tak bisa dipungkiri, ia menangis tersedu. Bagaimana bisa ia mempercayai apa yang baru saja didengarnya? Daniel adalah putra semata wayang dan sangat ia cintai, sedang Gary, mantan suami yang telah lama meninggalkannya, tetapi Catherine tak pernah benar-benar bisa melupakan atau membencinya. Bahkan untuk sekadar mencoba, ia tak bisa.
Apakah kini, setelah pengakuan Gary itu, Catherine masih bisa memandangnya dengan cara yang sama? Lalu Tania, apa yang ada di pikirannya selama ini? Bahkan ia sudah sempat menemui Catherine, begitu percayanya Catherine pada kekasih putranya itu hingga ia tanpa ragu mencurahkan isi hati serta bercerita mengenai masa lalunya bersama Gary, perasaannya yang hingga kini tak pernah bisa disingkirkannya.
"Daniel sudah tahu?"
Hanya itu yang sanggup diucapkan Catherine.
"Ya. Mereka sudah putus." Kini Gary memberanikan diri untuk melihat Catherine. "Dia menghajarku setelah dia tahu semuanya."
Catherine memperhatikan lebih jeli wajah pria di hadapannya. Dibantu pantulan cahaya dari lampu-lampu yang menerangi area parkir, ia bisa melihat bekas luka di wajah Gary, begitu samar.
"Itu benar, dia menghabisi ayahnya sendiri." Gary tertawa renyah. "Maksudku, aku tahu aku pantas untuk itu."
"Kenapa kau memberitahuku semua ini?"
"Kenapa? Kau masih bertanya? Aku hanya mencoba untuk berhenti menjadi pria brengsek dalam hidupmu. Itu yang kau pikirkan tentang aku selama ini, bukan? Kau kira aku yang menginginkan semua ini? Sekarang pikirkan jika Daniel yang memberitahumu, aku bahkan tidak tahu apa yang dia pikirkan tentangku sekarang. Jika saja bukan karena berita kecelakaan itu, aku tidak akan sanggup menemuinya lagi. Kau tahu kenapa? Karena aku yakin dia membenciku. Tidak masalah, dia sudah membenciku sejak aku melangkah pergi dari rumah itu dulu, kan?"
"Cukup, Gary!" Catherine tak bisa mencegah air matanya menetes. "Aku tak pernah menganggapmu begitu. Kau yang berusaha membuatku terlihat seperti aku yang menginginkan semuanya berakhir. Kita tahu siapa yang pergi, bukan?"
Gary lagi-lagi memalingkan wajahnya. Catherine membuka pintu dan keluar dari mobil, berjalan pergi sambil berusaha menghentikan isak tangisnya. Gary mengusap keningnya, setidaknya kini ia tak menyembunyikan rahasia itu dari siapa pun lagi meski sebenarnya kini ia tak benar-benar peduli apakah rahasia itu akan terungkap suatu saat nanti atau tidak. Namun reaksi Catherine masih belum jelas baginya. Apakah wanita itu akan membencinya sekarang? Mengapa dia sama sekali tak melakukan hal lain seperti menamparnya atau bahkan memakinya? Itu sungguh wajar jika terjadi.
Embun memburamkan kaca jendela mobil Gary. Ia hanya bisa melihat cahaya lampu dari sini, tetapi setelah pengakuannya tadi, ia jadi merasa bersalah pada Catherine. Bukan tentang Tania, atau tentang perceraiannya dulu, ia justru menyesali hal yang paling awal terjadi, yang seandainya jika ia tak lakukan, mungkin kini ia bisa menjalani hidupnya dengan tenang sebagai pria kaya raya meskipun kesepian.
Pernikahannya.
Karena sungguh, perceraian Gary dengan Catherine bukanlah karena ada cinta yang hilang di antara mereka, melainkan karena perasaan yang memang tak pernah ada dalam hati Gary terhadap Catherine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...