Chapter 46: Out of Hands

439 45 4
                                    

"Selamat pagi, semuanya." Rob muncul paling akhir di meja makan pagi itu. Pandangannya menyapu sekeliling. "Eh? Dimana Caspian?"

"Dia sudah pergi pagi-pagi sekali," jawab Zekey. Tampaknya tak ada siapa pun lagi yang melihat Caspian pagi itu kecuali dirinya.

"Ah, begitu." Rob mengangguk lalu duduk untuk menikmati sarapan sederhana berupa roti panggang yang telah disiapkan Ellaine beberapa menit lalu.

"Kau terlihat gelisah, Zekey." Ellaine melirik Zekey yang belum menyentuh sarapannya. "Ada apa?"

"Aku baik-baik saja." Zekey tersenyum tipis. "Aku harus ke bengkel dalam satu jam."

***

Di kamar, Caspian terus merenung sambil memandangi langit-langit. Apa yang terjadi antara Zekey dan dirinya kemarin malam—ciuman itu—sungguh membuat Caspian merasa bersalah sebab ia tahu satu hal, ia tak membalas ciuman Zekey dengan tulus.

Seperti ... menjadikan Zekey sebagai pelarian akibat dari coping mechanism-nya yang buruk.

Semua itu melemparkan Caspian kembali pada saat di mana ia baru putus dari Wolfe, kurang dari setahun yang lalu. Saat itu ia baru sebentar mengenal Tania, kemudian secara tanpa sadar menjadikan gadis itu sebagai pelariannya. Namun pada akhirnya ia justru jatuh cinta sungguhan, yang kemudian hal itu juga menjadi bumerang bagi Caspian ketika Tania mematahkan hatinya.

Kini, ketika ia merasa sakit hati lagi, apa ia berani menjadikan Zekey sebagai pelarian? Bahkan dengan status Zekey yang tak lain adalah kakak kandung Tania?

Rasanya Caspian ingin mengutuk dirinya sendiri. Bukankah ia begitu jahat dan menyedihkan?

***

Tania duduk di area yang telah disediakan bersama para karyawan lain yang mulai hari ini akan menjadi rekan kerjanya. Mereka semua sama-sama menantikan peresmian kantor itu. Namun sosok yang menjadi pemilik perusahaannya masih belum muncul.

"Aku dengar pemilik sekaligus pendiri Casualads ini masih sangat muda, loh!" Tania mulai mendengar obrolan dari orang-orang yang berada di dekatnya.

"Iya! Dia juga kabarnya anak tunggal dari seorang pengusaha besar, kalau tidak salah ... ayahnya adalah pemilik juga pendiri Infinite Corp," sambung yang lain.

"Uuhh, tidak hanya itu, dia juga sangat tampan!"

"Eh, apa dia punya pacar??"

"Aku sepertinya pernah melihat foto-fotonya bersama seorang gadis di internet, tapi aku tidak ingat wajah atau namanya."

"Wah, beruntung sekali siapa pun yang jadi pacarnya!"

Tania menahan diri untuk tak mendengkus kesal. Ingin sekali ia menutup mulut-mulut yang amat berisik itu.

Suasana berubah agak riuh ketika sebuah Range Rover merapat ke halaman kantor. Daniel keluar dari mobil itu dengan mengenakan setelan jas yang begitu rapi, sepatunya berkilap dan ia melempar senyum pada siapa saja yang dilihatnya. Beberapa fotografer dan wartawan melangkah lebih dekat. Daniel berjalan bersama dengan Gary yang ternyata juga ikut.

Semua karyawan merapikan posisi duduk mereka saat Daniel menuju podium yang telah disediakan sebagai tempat pidato orang-orang yang memegang posisi penting.

Daniel memberikan pidato singkat. Namun meski sebentar, kehadirannya di podium itu amat penuh karisma. Bahkan Tania yang sejak tadi berusaha menunduk agar tak terlihat, pada akhirnya jadi tak bisa melepaskan pandangan dari pemuda itu. Mantan kekasihnya, yang mulai hari ini akan menjadi bosnya.

Setelah pemotongan pita yang menjadi simbol atas resminya kantor itu, semua orang beranjak dari sana dan menuju area kerjanya masing-masing. Hari pertama ini mungkin hanya akan jadi hari untuk menyesuaikan diri dan belum benar-benar menghadapi pekerjaan yang membosankan, tetapi Tania tak berpikir ada banyak hal yang bisa dilakukan selain berada di balik sekat area kerja dan berharap Daniel tak akan melihatnya.

Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang