Chapter 43: Keep Coming Back

331 36 0
                                    

Gary melangkah ke dapur untuk mengambil segelas air. Kehadiran Daniel di sana membuatnya memutuskan untuk berhenti dan duduk di sisi Daniel.

"Hei, ini sudah larut," tegur Gary dengan nada datar. Sementara Daniel tampak sibuk dengan tablet di tangannya serta segelas jus apel yang tinggal setengah di atas meja.

"Aku masih memeriksa laporan dari pegawaiku."

Gary terdiam sejenak. Dipandanginya pemuda itu, ada sedikit rasa cemas menghampiri.

"Is everything alright?" tanya Gary.

"Yeah." Daniel mengedikkan bahu. "Kenapa?"

"Bukan soal Casualads, tapi kau." Gary tetap memandangi Daniel. "Apa kau baik-baik saja?"

Daniel meletakkan tablet lalu melihat ayahnya, ia tersenyum tipis.

"Tak ada yang bisa membuatku merasa lebih baik selain melihat orang tuaku yang kini kembali bersama lagi," ucap Daniel setengah berbisik.

"Ah, kau persis seperti ibumu." Gary menggeleng lalu meminum air yang tadi diambilnya. "Selalu saja mementingkan perasaan orang lain terlebih dahulu."

"Sungguh, Ayah. Terakhir kali aku merasa tidak baik-baik saja, aku malah membuat diriku hampir mati dalam kecelakaan," gurau Daniel meski sebenarnya itu tak lucu sama sekali.

Gary termenung. Haruskah ia memberitahu Daniel tentang Tania yang ia tawari bekerja di kantor cabang Casualads yang akan dibuka beberapa minggu lagi? Atau biarkan saja sampai mereka berdua mengetahuinya sendiri?

Semakin dipikirkan, Gary semakin sadar bahwa ia seperti sedang melakukan prank pada sepasang mantan kekasih itu. Namun tentu itu bukan niatnya. Ia hanya ingin membantu Tania mendapat pekerjaan baru, tetapi terlalu cepat menawarkan pekerjaan hingga tak memikirkan bagaimana perasaan putranya jika bertemu dengan gadis itu lagi.

"Ayah duluan." Gary beranjak dari kursi dan melangkah pergi dari sana, meninggalkan Daniel dengan tabletnya.

***

Beberapa minggu berlalu dan tak banyak hal yang dilakukan Tania selain berada di flat sepanjang waktu. Ia hanya akan ke luar sesekali untuk berebelanja. Terkadang saat malam, Zekey akan datang dan mereka berbincang hingga begitu lama. Terkadang juga, Tania akan mencoba-coba untuk membuat video tutorial make up lalu membiarkan Zekey mengeditnya walaupun ketika selesai, Tania merasa tutorial yang diberikannya sangat cringy dan tidak enak ditonton.

Malam itu, Zekey baru saja pergi dari sana ketika Tania mendapatkan e-mail yang tak lain adalah pemberitahuan mengenai lanjutan lamaran pekerjaannya.

Tania bersorak gembira saat mengetahui ia diterima, tetapi kemudian ia tertegun saat menyadari satu hal.

Nama perusahaannya.

Tania menggosok mata berkali-kali demi memastikan penglihatannya tak salah—lebih tepatnya, ia berharap penglihatannya salah—tetapi sayangnya, memang benar.

Perusahaan itu tak lain adalah Casualads.

Tak perlu berpikir dua kali, Tania langsung menutup e-mail itu dan mencari nama Gary di kontaknya. Ia benar-benar terkejut, bingung, dan kesal. Apa maksud Gary melakukan ini semua?

Hanya sepersekian detik setelah Gary menjawab panggilan, Tania langsung menumpahkan kekesalannya. Ia bahkan tak peduli bila pria itu kini sedang berada di mana, atau apakah ada orang di sekitarnya yang akan mendengar pembicaraan itu.

"Jadi ini semua ada hubungannya dengan keberadaan Daniel di London?! Kenapa kau tak memberitahuku sejak awal, huh?!" Tania akhirnya berhenti sejenak untuk mengatur napas. "Jelaskan padaku apa maksudmu melakukan semua ini!"

"Dengar, aku hanya berniat membantumu, ok? Daniel juga tak tahu bahwa kau melamar kerja di sana-"

"Bahkan aku juga tak tahu!" balas Tania. Ia menyesal tak memaksa Gary untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai perusahaan itu.

"Baiklah, jadi kau ingin bekerja atau tidak?"

Pertanyaan Gary terdengar seperti jebakan. Tentu saja Tania butuh pekerjaan, tetapi apa ia benar-benar harus bekerja di perusahaan mantan kekasihnya sendiri?

"Seberapa besar kemungkinanku untuk bertemu Daniel di sana?" Tania mengembuskan napas berat.

"Sangat, sangat kecil." Gary terdengar begitu yakin. "Aku yakin dia hanya akan datang sesekali dan pastinya, bukan untuk bertemu dengan karyawan biasa. Maksudku, kau tahu-"

"Iya, aku mengerti." Tania memutar matanya. Kalimat Gary memang terdengar masuk akal. Daniel adalah pemilik perusahaan, dia pasti hanya akan menemui orang-orang penting seperti CEO, wakil direktur, atau beberapa kepala bagian yang tentu saja, Tania tak termasuk di dalamnya. Ia hanya karyawan biasa yang diterima di bagian administrasi. "Baiklah, selama aku tidak bertemu dengannya."

"I'm sure you won't."

"Tetap saja, aku akan mencari pekerjaan lain dan keluar dari sana secepat mungkin."

***

Caspian masih sering mendatangi Zekey di bengkelnya untuk mencari tahu kabar Tania, tetapi seperti biasa, Zekey hanya akan mengatakan bahwa sang adik baik-baik saja.

"Apa menurutmu dia akan mau menemuiku?" tanya Caspian.

"Sudah berkali-kali kukatakan, aku tak bisa menjamin apa pun." Zekey tertawa kecil. Ia harus mengakui dalam hatinya bahwa Caspian cukup gigih tetapi ia juga pengecut. "Dengar, aku tidak ingin menjadi perantara di antara kalian, jika kau ingin mengatakan sesuatu padanya, katakan langsung. Kau mengerti?"

"Ayolah, kau tidak mau membantuku?"

Zekey hanya menghela napas panjang sambil mengetukkan kunci bengkel pada bangku. Sudah lewat pukul lima dan ia harusnya sudah harus menutup bengkel sebentar lagi.

"Baiklah, aku akan pulang. Terima kasih sudah berbaik hati memberitahuku bahwa Tania baik-baik saja." Caspian berdiri dari bangku dan menuju sepeda motornya.

"Eh, tunggu sebentar." Zekey menyipitkan mata dan memperhatikan ban depan sepeda motor Caspian baik-baik. "Apa itu paku di banmu?"

"Huh?" Caspian membulatkan matanya lalu ikut melihat ban. Memang ada paku di sana, tertancap entah sejak kapan. "Astaga, sudah berapa lama benda itu bisa ada di sana??"

Caspian lalu memandang Zekey. "Bisakah kau ... memperbaikinya?"

"Sekarang?" Zekey sedikit kesal tetapi ia berusaha menyembunyikan ekspresinya.

"Kalau bocor pasti akan merepotkan, aku tidak sempat memperbaikinya besok, ada acara penting." Caspian memasang ekspresi memohon. "Kau mau, kan??"

"Baiklah." Zekey mendengkus, tak lagi bisa menyembunyikan rasa kesalnya. Ia sangat lelah dan ingin segera pulang, tapi apa boleh buat. Ia juga kasihan pada Caspian.

"Ganti saja bannya, aku sudah lama tidak menggantinya, hehe." Caspian tersenyum hingga menampakkan gigi sementara Zekey memutar mata dan masuk untuk mengambil ban.

Zekey mengerjakannya dengan cepat dan dalam waktu kurang dari dua puluh menit, semuanya sudah selesai.

"Selesai!" Zekey mengembuskan napas lega.

"Terima kasih!" Caspian mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya. "Ini, ambil saja kembaliannya."

Zekey memandangi lembarang uang itu. Jumlahnya tiga kali lipat dari biaya yang harus dibayar.

"Apa kau mencoba menyuapku agar aku bersedia memberikan informasi lebih banyak tentang adikku?" Zekey memandang Caspian serius. "Karena jika iya, aku tak akan melakukannya."

"E-eh? Ke-kenapa berpikir begitu, sih??" Caspian menggeleng cepat. "Tidak, kok! Anggap saja itu tip dariku."

"Tidak perlu." Zekey mengembalikan beberapa lembar uang. "Ini saja sudah cukup."

Zekey membereskan peralatan sebelum akhirnya menutup bengkel. Sementara Caspian kembali ke sepeda motornya dan memandangi Zekey selama beberapa saat sebelum akhirnya ia melaju pergi dari sana.

Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang